logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

You Are My Butterfly

You Are My Butterfly

Erni Chin Sia


Chapter 1 You Are My Butterfly

Chapter 1
Joshua berdiri menatap gedung sekolah didepannya. Sekolah yang tidak begitu besar dan mewah seperti sekolahnya dulu. Dia berjalan memasuki halaman sekolah menuju ruang kepala sekolah.
Tak lama bel masuk pun berdering. Semua siswa masuk ke kelas masing-masing. Suasana kelas pun berisik seperti sekumpulan kucing meminta makan.
Suasana kelas hening seketika saat wali kelas masuk.
"Anak-anak, hari ini kalian akan mendapat teman baru. Silakan perkenalkan dirimu." Kata guru kelas pada murid baru yang berdiri di samping nya.
"Halo semua, Nama saya Joshua Xavier. Saya pindahan dari Jakarta." Kata Joshua memperkenalkan dirinya.
"Oi, anak kota yaaa..." Teriak salah satu murid menggoda teman barunya.
" Jangan berisik. Joshua, silahkan duduk di.......... didekat Dennis Wang." Perintah guru kelas lalu Joshua mulai duduk ditempatnya.
"Hai, aku Dennis Wang. tapi kamu bisa panggil aku Dennis saja." Ucap Dennis dengan nada ramah.
"Joshua Xavier tapi kamu bisa memanggil ku Joshua saja." Ucap Joshua ramah.
"Baiklah anak-anak, cukup perkenalannya. Sekarang saya akan mengabsen kalian, yang datang tunjuk tangannya. Dennis Wang... Patrick...... Hanna......Arabelle...... Arabelle mana? " Tanya guru kelas pada murid-muridnya.
Tok tok tok
"Maaf saya terlambat, bu." Ucap Arabelle lalu membungkuk sopan ke gurunya. Arabelle duduk dikursinya. Dengan santai dia mulai membuka buku pelajaran.
"Hei, hari ini kamu ke sekolah sebelah lagi?" Tanya Lanny yang duduk disamping Arabelle, gadis itu tidak menjawab dan hanya mengangguk pelan.
"Kamu masih tidak menyerah?" Tanya Lanny lagi.
Arabelle melirik Lanny sebentar lalu dia menggoyangkan telunjuknya.
"Nah-ah , Karenina memiliki bakat yang sempurna. Aku yakin dia akan menjadi artis besar nantinya." Ucap Arabelle optimis.
"Tapi dia tidak tertarik, kan? Aku dengar dia lebih tertarik menjadi pelukis dari pada menjadi artis." Kata Lanny. Arabelle menoleh ke Lanny.
"Bukan tidak tertarik, dia hanya belum menyadari bakatnya. Nah, tugasku lah meyakinkan dia supaya bisa lebih menunjukan bakatnya lebih banyak lagi." Kata Arabelle.
Lanny diam dan hanya menggeleng kepalanya pelan. Menyerah untuk sebuah kegigihan Arabelle yang berambisius mengorbitkan seseorang menjadi artis besar walau pun itu sepertinya mustahil karena mereka tidak tinggal di Jakarta melainkan di Medan. Jadi, andai pun ada orang yang mau diorbitkan jadi artis maka Arabelle harus bekerja lebih keras lagi untuk mencari agency yang mau mengontrak artis pilihan Arabelle.
°°°°°°
Joshua terjatuh ditanah saat salah satu dari anggota geng sekolah mendorongnya, namun Joshua segera bangkit dan memandangi mereka.
"Apa maksud kalian menarikku ke tempat ini?" Tanya Joshua berusaha setenang mungkin didepan tujuh orang yang terlihat seperti preman sekolah.
"Tidak ada apa-apa." Kata pria berbadan besar yang terlihat seperti ketua geng dari kelompok itu.
"Lalu kenapa menarik ku kesini?" Tanya Joshua lagi. Mereka semua tertawa melihat wajah bingung Joshua.
"Tidak ada, bro. Kita disini hanya mau memberi ucapan selamat datang disekolah ini." Ucap ketua geng santai, dia mendekati Joshua dan menepuk pelan pundaknya.
"Kamu tau, kamu itu terlalu cantik untuk menjadi seorang pria." Bisik ketua geng lalu dia mulai meraba-raba badan Joshua membuat Joshua risih dan segera menepis tangan ketua geng.
"Kamu terlalu cantik hingga terlihat seperti banci ha ha ha ha. " Ucap salah satu anggota geng.
"Aku bukan banci." Kata Joshua yang mulai panas karena dihina oleh anggota geng preman sekolah.
Sekali lagi Joshua menepis tangan ketua geng dari bahunya, dia ingin pergi meninggalkan mereka namun belum sempat melangkahkan kaki pergi, si ketua geng segera menarik kerah baju Joshua dan mendorongnya hingga terpojok ke dinding.
"Kamu mau melawan ku, hah?" Kata ketua geng dengan muka penuh amarah namun Joshua tidak gentar, dia malah memandang balik pria yang sedang melototinya.
Merasa gertakannya tidak berhasil ketua geng bersiap melayankan tinju ke Joshua.
"Boris!!!"
Panggil seseorang yang membuat gerakan tangannya berhenti. Mereka semua menoleh ke empunya suara yang tak lain adalah Arabelle yang berdiri dibelakang mereka
"Pergi dari sini, Ara. Ini bukan urusan mu." Kata ketua geng yang bernama Boris.
Bukannya pergi, Arabelle malah berjalan mendekati mereka, Arabelle memandangi Joshua dari atas kepala hingga kaki lalu dia tersenyum gembira.
"Boris, jangan yang ini." Kata Arabelle bersemangat.
"Ara, aku bilang jangan ikut campur. Pergi sana." Kata Boris lalu mendorong tubuh Arabelle pelan supaya gadis itu tidak terjatuh.
Arabelle memasang wajah dingin ke Boris.
"Hei, apa kamu lupa siapa yang menyelamatkan mu waktu kamu di keroyok anak-anak SD waktu kita masih TK, hah?" Tanya Arabelle masih dengan wajah dinginnya. Boris menghela nafasnya.
"Ara, ini tidak ada hubungannya. Tolong jangan campuri urusanku." Kata Boris.
"Aku tidak pernah mencampuri urusan mu. Hanya saja, kali ini akan menjadi urusan ku. Dan A...Aaa!! Boris, kamu harus ingat kamu berhutang budi padaku dan sebagai balasannya aku mau kamu tidak menyentuh dia."Ucap Arabelle sambil menunjuk ke arah Joshua yang sedari tadi diam memadangi perdebatan antara Boris dan Arabelle.
Boris memandangi Arabelle lalu dia menghela nafasnya. Dia memandang ke Joshua.
"Kamu beruntung. Kali ini aku lepaskan kamu." Kata Boris lalu pergi di ikuti anak buahnya.
Arabelle memandangi Joshua dengan senyum yang masih menghias dibibir indah nya.
"Terima kasih." Kata Joshua singkat, lalu dia berjalan ingin meninggalkan Arabelle.
"Tunggu!" Teriak Arabelle membuat Joshua menghentikan langkah kakinya. Sekarang Arabelle berdiri dihadapannya.
"Kamu akan pergi begitu saja? Aku sudah menyelamatkan mu lo." Tanya Arabelle tak percaya.
Joshua memandangi Arabelle penuh rasa heran.
( "Apa gadis ini haus ucapan terima kasih.") Kata Joshua dalam hati.
"Helo.... ada orang tidak??" kata Arabelle sambil menjentikan jemarinya didepan muka Joshua membuat pria itu tersadar dari lamunannya.
"Kamu mau apa?" Tanya Joshua pasrah. Arabelle kembali tersenyum manis.
"Sebelumnya, siapa nama mu?" Tanya Arabelle.
"Joshua Xavier." Kata Joshua singkat.
"Kamu anak baru ya? Perkenalkan...."
"Aku tau." Potong Joshua membuat Arabelle mengerutkan kedua alisnya dan memandang bingung ke Joshua.
"Kamu Arabelle dari kelas 2-1 dengan no absen 21." Kata Joshua yakin.
Arabelle memandang Joshua dengan tatapan mata berbinar-binar dan Arabelle segera mengangguk senang tidak menyangka Joshua sudah mengenalnya bahkan tau nomor absennya.
"Kita satu kelas." Sambung Joshua lagi membuat Arabelle kembali mengerutkan kedua alis indahnya.
"Eh? Sekelas? Kenapa aku tidak tau?" Tanya Arabelle bingung.
"Tentu saja kamu tidak tau karena selain kamu datang terlambat, kamu juga terus berbicara dengan temanmu selama waktu belajar." Kata Joshua lalu tersenyum tipis.
Arabelle memandang sekeliling dengan tatapan was-was lalu kembali memandang Joshua dengan tatapan bingung.
Seakan mengerti maksud tatapan bingungnya Arabelle. Joshua kelmbali melanjutkan kalimatnya.
"Asyik bercerita membuat mu tidak sadar ada orang baru yang duduk tepat dibelakangmu." Kata Joshua.
"OMG. K-kamu duduk dibelakangku?" Kata Arabelle kaget. Joshua kembali tersenyum tipis ke Arabelle lalu berbalik badan berjalan meninggalkan Arabelle yang masih kaget karena tidak tau kalau Joshua si anak baru sudah duduk berjam-jam begitu dekat dengan nya.........
Continue

Book Comment (21)

  • avatar
    Rita Oktavia

    wih bagus banget baca di sini

    08/06

      0
  • avatar
    Tambar malemGantang

    mantap

    04/05

      0
  • avatar
    admira_06Melisa

    i love money

    21/04

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters