logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

3. Kesalahan Fatal

POV Bebi
Plak!
"Bagaimana bisa kamu hamil? Kamu, 'kan belum menikah?!"
"Pah, jangan begitu kasihan anak kita!" Mama berdiri menghalangi Papa yang sudah siap melepas ikat pinggangnya.
Pipiku panas, beberapa saat lalu tamparan keras mendarat dengan mulus di sana. Air mataku mengalir deras, aku tak kuasa melawan kemarahan Papa.
Seperti yang aku takutkan, orang tuaku pasti akan marah besar kalau mengetahui kehamilan ini. Tiga bulan kututupi dari mereka, akhirnya hari ini terbongkar juga.
"Kamu sudah mencoreng nama baik keluarga kita, dasar anak tidak tahu terima kasih!" umpat Papa padaku.
"Pah, kita bisa bicarakan baik-baik. Mama yakin Bebi bukan sengaja melakukan ini semua."
Mama berusaha melindungi aku. Beruntung masih ada yang membelaku, kalau tidak entah seperti apa nasibku. Mungkin sudah habis dihajar Papa.
Aku duduk bersimpuh di lantai, berharap belas kasihan dari Papa. Air mata mengalir begitu saja. tak bisa kucegah.
"Terus saja Mama bela anak itu, semakin hari semakin ngelunjak tingkahnya! Itu karna Mama selalu membela dan memanjakan dia!" bentak Papa, ia menunjuk-nunjuk wajahku.
Mata Papa berkilat-kilat, nafasnya memburu sampai bisa kulihat dada Papa turun naik. sepertinya emosi sudah menguasainya.
Aku tak berani berkata sepatah pun, Papa tak segan menghajar siapapun kalau sedang marah. Satu-satunya orang yang bisa meredam adalah Mama.
Ini semua gara-gara kecerobohanku. Seandainya malam itu aku tidak mabuk, pasti ini semua tidak akan terjadi.
Malam itu aku dan beberapa teman merayakan pesta ulang tahun di sebuah kafe, ulang tahun Rico teman pacarku.
Ada sepuluh orang dalam pesta itu, hanya ada dua perempuan salah satunya aku. Yang kuingat kami hanya berkumpul biasa dan minum. Entah bagaimana awalnya tiba-tiba aku terbangun keesokan paginya, di sebuah kamar kost tanpa mengenakan pakaianku.
Aku segera menyadari apa yang sudah terjadi, tapi tidak kaget karena sudah biasa melakukan hubungan badan dengan pacarku. Mungkin pacarku yang tadi malam melakukannya, dia selalu memakai alat pengaman, aku tidak perlu khawatir.
Aku segera berkemas dan pulang ke rumahku, badan rasanya remuk. Sakit diseluruh sendinya. Setelah hari itu aku bersikap biasa saja. Sampai dua bulan kemudian baru kusadari tamu bulanan tak kunjung datang.
Akhirnya kubeli alat tes kehamilan. Ternyata muncul dua garis setelah kumasukkan alat itu kedalam cairan urinku, itu artinya aku hamil.
Aku sangat terkejut mengetahui kehamilan ini, apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kukatakan pada orang tuaku? Apa yang harus kulakukan pada bayi ini?
Aku segera menghubungi pacarku, berharap ia mau bertanggung jawab. Namun jawabannya justru membuatku marah.
"Dia bukan anakku, malam itu bukan hanya aku yang memakaimu!"
Ternyata malam itu aku digilir oleh teman-teman pacarku, entah berapa orang aku tidak sadar waktu itu. Di bawah pengaruh minuman keras mereka menjamah tubuhku. Sial, sekarang aku yang harus menanggung akibatnya.
Aku semakin bingung kemana harus minta pertanggung jawaban? Menanyakan satu per satu pada teman-teman pacarku tidak mungkin, sama saja mempermalukan diri sendiri.
Setelah mengetahui aku hamil pacarku memutuskan hubungan dan memblokir semua kontakku. Ah, kenapa aku jadi seperti sampah, dibuang begitu saja.
Kusembunyikan kehamilan ini serapat mungkin dari orang tua. Ingin kugugurkan janin ini tapi aku takut mati, di fesbuk banyak beredar berita kematian akibat nekat menggugurkan kandungan. Aku berharap ada cara lain agar anak ini lenyap.
Akhirnya malam ini terbongkar, setelah secara tidak sengaja Papa masuk ke kamarku dan menemukan bekas tespek yang kusimpan di laci.
Ah, Bebi kenapa kamu bodoh sekali? Kenapa tidak langsung kamu buang saja tespek itu kemarin?
"Papa kerja siang malam buat kamu, tapi ini balasan kamu buat orang tua?!" sungut Papa.
"Papa tidak mau tahu, segera bawa laki-laki itu untuk bertanggung jawab! Jangan menambah malu keluarga dengan hamil tanpa suami!"
Setelah mengucapkan kalimat barusan Papa berlalu masuk ke kamarnya, tinggallah aku dan Mama di ruang tamu. Kami saling diam beberapa saat, sibuk dengan fikiran masing-masing.
"Siapa orangnya?" tanya Mama setelah membantuku duduk di sofa.
Lidahku kelu, tak mampu berkata dan tak tahu harus menyebut siapa.
Malam ini kuhabiskan dengan meratapi nasib. Pagi harinya aku mengurung diri di kamar, pasrah jika Papa akan menghajarku karena tak bisa membawa seseorang untuk diminta pertanggung jawaban.
Drrrttt ... Drrrttt ....
Ponselku berdering, tanda panggilan masuk. Tanpa gairah kuraih ponsel di atas nakas. Panggilan masuk dari Mas Bayu.
Seketika senyum mengembang di bibir, aku bisa memanfaatkan Mas Bayu. Pasti Mas Bayu tidak akan menolak, karena kutahu ia sudah lama diam-diam suka padaku. Laki-laki itu kabarnya juga memiliki pekerjaan yang menjanjikan, usaha travelnya sering kudengar disebut-sebut. Selama kenal dia juga sangat royal padaku. Sepertinya masa depan akan semakin cerah kalau bisa menjadi istrinya.
Aku Bebi Casandra, perempuan yang selalu berhasil membuat kaum adam bertekuk lutut. Maklum kecantikanku sudah di atas rata-rata.
Dengan bantuan Mama akhirnya aku bisa menikah dengan Mas Bayu. Walaupun aku tahu ia sudah beristri, tak masalah yang penting hartanya banyak dan sayang padaku. Toh, istrinya bekerja di luar negeri.
Pesta pernikahan di langsungkan di sebuah gedung, aku sengaja memilih wedding organiser terbaik. Tentu saja semua biayanya Dari Mas Bayu.
Bahagia sekali pernikahan impianku terwujud, kalau menuruti kemampuan orang tuaku mana mungkin bisa semewah ini.
Papa hanya bekerja di pabrik tahu, gajinya tidak seberapa. Bahkan mungkin gaji Papa hanya cukup untuk makan, uang jajan saja aku sering kekurangan. Mamaku hanya ibu rumah tangga yang sehari-hari waktunya habis untuk ngerumpi.
Aku adalah putri semata wayang. Kakakku laki-laki ia sudah menikah dan tinggal di Kalimantan. Papa memang keras mendidik kami, berbanding terbalik dengan Mama.
Usiaku 25 tahun, aku belum bekerja dan tidak ingin bekerja. Buat apa susah-susah bekerja, kalau aku butuh uang tinggal minta pada Mama atau Kakak pasti diberi.
Aku bukan manja apalagi malas, aku hanya memanfaatkan dan menikmati kemudahan yang ada di depan mata. Ya begitulah, hidup memang harus dinikmati.
Suasana penuh kebahagiaan di pernikahanku mendadak berubah menegangkan, saat perempuan yang mengaku istri sah Mas Bayu datang.
Aku tidak percaya, pasti dia hanya mengaku-ngaku. Mungkin dia iri padaku karena berhasil mendapatkan Mas Bayu.
Saat perempuan itu membuka maskernya, Mas Bayu menyebut nama istrinya. Pasti mereka hanya kebetulan mirip saja.
Mas Bayu dan perempuan itu adu mulut, sebelum kemudian Mama ikut berbicara. Dia bilang pesta ini menggunakan uangnya, padahal jelas ini semua uang Mas Bayu.
Dengan lancang perempuan itu meminta kontak mobil pada Mas Bayu, tanpa perlawanan Mas Bayu memberikan begitu saja. Kenapa Mas Bayu menuruti perempuan gila itu?
Kukira setelah bentakan Mama perempuan itu akan langsung pergi, ternyata tidak. Ia berani menyahuti perkataan Mama.
Dalam hati aku berteriak supaya Mama melawan perempuan itu, tapi Mama hanya bengong saja. Ah, kenapa Mama jadi lembek begitu.
"Menantumu itu hanya penjual cilok—"
Ucapan perempuan itu tidak selesai karena langsung di potong oleh Mas Bayu.
Apa penjual cilok? Aku tertawa dalam hati dan semakin yakin dia pasti perempuan gila yang hanya mengaku-ngaku, buktinya dia tidak tahu kalau Mas Bayu adalah pemilik CV. Benar Taxi. Huh, dasar perempuan gila!
Kubiarkan saja perempuan itu mengoceh sesuka hati, ingin melawannya tapi aku tak mau di cap jelek oleh tamu-tamu yang ada di sini. Mas Bayu juga hanya diam saja, kenapa dia tidak segera mengusir perempuan itu, Sih?
Akhirnya perempuan itu akan pergi, saat ia mulai melangkah Mas Bayu malah menyusul dan menarik lengannya. Terpaksa aku berteriak dari pelaminan, aku tak ingin pesta ini semakin kacau.
"Biarkan perempuan gila itu pergi, Mas!"
Ternyata teriakanku membuat perempuan itu berbalik, ia menatapku tajam. Kenapa? Tidak terima kubilang gila? Makanya jangan ngaku-ngaku.
"Dasar gila!" umpatku.
Perempuan itu tersenyum entah apa arti senyumnya, dia juga mengacungkan jari tengah tangannya ke arahku. Ingin kuhajar dia, tapi aku tak mau pesta ini berakhir berantakan.
Dasar gila dan tidak tahu sopan santun.
Tak lama perempuan itu benar-benar pergi, aku menarik nafas lega dan menghampiri Mas Bayu yang masih mematung di tempatnya.
"Masih banyak tamu, Mas ayo kita naik ke pelaminan lagi," ucapku sembari menggamit lengan Mas Bayu.
Tamu-tamu masih terpaku pada si perempuan sampai benar-benar hilang di luar gedung. Untung saja saat keributan tadi Papa sedang tidak ada di sini, bisa habis riwayatku kalau Papa tahu.
Acara berlanjut dengan aman dan tenang setelah perempuan itu pergi, dasar pengacau!
Setelah acara selesai aku pulang ke rumah Mas Bayu, aku beruntung menikah dengan Mas Bayu rumahnya besar dan megah. Kelihatannya masih baru selesai di bangun.
Semua perabotannya mahal dan bagus, aku memang tidak salah memilih suami.
Aku penasaran siapa perempuan tadi, kutanyakan langsung saja pada Mas Bayu.
"Perempuan gila tadi siapa, Mas? hampir saja pesta kita hancur gara-gara dia," tanyaku saat kami sudah berada di kamar.
Mas Bayu berbaring di ranjang, aku baru saja selesai mandi, masih mengeringkan rambut.
"Dia Jenar, istriku," jawab Mas Bayu setelah menghela nafas panjang.
"Istrimu bukannya di luar negeri, Mas?" tanyaku tak percaya.
"Iya, aku tidak tahu kalau dia tiba-tiba pulang. Dia sama sekali tidak memberi tahuku."
Jadi perempuan itu memang istri Mas Bayu, besar sekali nyalinya sampai berani hadir di pernikahan kami.
Mas Bayu menatap lurus ke langit-langit kamar. Aku mengerutkan kening berfikir, bagaimana kalau yang di bilang perempuan itu benar? bagaimana kalau semua kekayaan ini memang miliknya?
"Tapi yang dia bilang tadi bohong, 'kan, Mas?"
Lama Mas Bayu tak menjawab, kuputar badan ke arahnya. Ternyata Mas Bayu sudah tidur, dadanya naik turun teratur tandanya ia sudah lelap.
Semoga saja yang dikatakan perempuan itu tidak benar.
Besok aku akan menanyakan pada Mas Bayu, kasihan kalau sekarang kubangunkan.
Acara pesta memang sangat melelahkan, tapi aku puas, sangat puas. Sekarang saatnya beristirahat, aku membaringkan tubuh di sebelah suamiku.

Book Comment (54)

  • avatar
    StathamAdiezha

    kapan lanjutannya ini? nanggung bet

    19d

      0
  • avatar
    SafitriAfif

    gatau caption nya🦖

    17/08

      0
  • avatar
    IngrizaResva

    bagus alur ceritanya

    03/01

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters