logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 7

Onder de mulai memegang dua belati di tangannya dan sisa belati miliknya melayang menyerang salah satu kepala naga. Belatih yang berterbangan menyerang membuat naga kelelahan dan kebingungan.
Belati-belati yang terbang dikendalikan Mana Onder de seperti tali berwarna hijau muda keemasan jika terkena sinar bulan di malam hari.
Salah satu belatih yang melayang tergigit oleh naga sisanya berusaha berputar kembali menusuk kepala naga dan Onder de berusaha lari mendekati sayap naga.
Kepakan sayap dari naga mengeluarkan hembusan angin besar membuat pergerakan mereka sedikit terhambat. Setelah diam-diam menyusup di belakang naga, terlihat dua sayap yang sibuk mengepakkan untuk membuat hembusan angin yang kuat.
Belati yang dipegang dengan kedua tangannya dicengkram kuat.
Onder de memusatkan kembali Mana kepada semua belati miliknya. Mana yang melapisi belati-belati membuat ukuran mereka 3x lebih besar dari sebelumnya,
Di saat bersamaan Onder de mulai menebas kedua sayap naga dengan sekali tebasan disusul ke empat belatinya menusuk kepala naga bermata merah searah arah mata angin.
Di sisi lain karena kedua sayap sudah ditebas oleh Onder de maka angin yang besar menghilang Voor’t dan Bedros lari tanpa hambatan.
Bedros yang mendekati bagian bawah naga seperti kaki serta ekor berusaha menghindar amukan naga yang baru saja kehilangan sayapnya dan mengerang kesakitan.
Bedros menghentikan langkah kaki naga tersebut yang hendak maju menyerangnya dengan membekukan kaki serta ekor naga dan menjadikannya batu keras oleh Bedros dihancurkan atas kehendaknya sehingga menjadi serpihan-serpihan kecil.
Debu-debu batu keras berwarna putih berterbangan tertiup angin bersinar seperti kunang-kunang malam yang indah.
Di saat bersamaan sebelum naga tersebut di bekukan oleh Bedros, Voor’t mendekati kepala yang lain, dimana kepala naga tersebut yang selalu menyemburkan asap membuat apa saja yang ada di hadapannya menjadi batu.
Beberapa kali Voor’t berusaha keras untuk menembakkan anak panahnya namun, selalu saja bisa dihindarinya.
Voor’t mengeluarkan Mana miliknya berwarna biru muda keunguan. Busur serta anak panahnya diselimuti Mana milik Voor’t, seperti api yang berkobar terkena tiupan angin.
Disaat yang bersamaan kepala naga hendak menyemburkan kembali asap untuk menyerang Voor’t.
Panah pun dilepaskan dan melesat di dalam asap melaju lurus tanpa hambatan. Mendekati mulut yang terbuka lebar dan langsung menembus kepalanya. Di balik bayangan purnama semburan darah dan sebuah anak panah yang menembus keluar dari kepala naga.
Adhelmar berlari melihat teman-temannya sudah bisa menaklukkan naga yang sejak tadi mengamuk.
“Jantung Adhelmar!” teriak Voor’t.
Seketika Adhelmar berlari mendekati Bedros yang tengah berdiri di sana menebas bagian tubuh naga yang hanya tersisa badan naga saja.
Darah mengalir deras seperti aliran sungai, tercium bau amis, serta bau belerang yang amat sangat menusuk hidung.
Setelah menebas tubuh naga dengan mata pedang terlihat bagian dalam tubuh naga semuanya terlihat gelap tidak memiliki organ tubuh seperti makhluk lain hanya ada sebuah jantung besar berukuran rumah sedang berdetak keras ada cahaya di dalam jantung naga.
Adhelmar langsung menebas saluran penghubung aliran jantung dan tubuh naga itu. Tidak menunggu waktu lama jantung naga di tusuk menggunakan dua pedang dan tertancap diikuti teriakan Adhelmar.
“Mati kau!! Sialan!!” teriak Adhelmar.
Adhelmar juga mengeluarkan Mana dan mengalir dari kedua tangannya hingga menembus jantung yang tertancap pedang. Jantung naga hancur menjadi serpihan-serpihan daging segar seperti baru saja terpotong.
Catwijck yang dari tadi di tempat yang sama sudah siap dengan sabit kematian. Mengeluarkan Mana merah kejinggaan lalu mengendalikan dari jauh dengan melemparkannya ke udara, sabit berukuran besar berputar dan menimbulkan angin yang sangat kencang.
Mengarah dengan kecepatan tinggi langsung membelah kepala naga yang memiliki tanduk di tengah menjadi dua bagian dengan rapi.
Setelah selesai mereka berusaha pergi menjauh dan mencari anak tersebut. Setelah mereka menemukannya anak tersebut menceritakan bahwa dia sudah hidup lama dengan sang naga.
Ketika dia berumur 8 tahun, dia juga pernah pergi bersama rombongan dan mereka berpindah-pindah karena anak yatim piatu tidak ada yang mau menanggung biaya hidupnya.
Suatu hari seorang laki-laki dewasa mengajaknya ke hutan untuk mencari persediaan makanan di dalam hutan yang jauh dari rombongannya dia ditinggal pergi saat tengah hari dia kembali semua rombongannya menghilang.
Dia berjalan mencari rombongan dan tidak menemukan mereka di manapun. Malam Pun tiba dia hanya menemukan sebuah gua yang sangat besar dan pergi masuk untuk tidur.
Ketika pagi dia menemukan seekor naga juga tengah masuk ke dalam gua. Dia ingin lari, tapi jika dia berlari keluar dia pasti akan dimakan oleh naga lalu dia berlari masuk lebih dalam ke gua.
Di dalam gua ada sebuah danau besar mengeluarkan asap dan dia bersembunyi di dalam. Naga itu juga masuk dan berendam di danau itu sang anak berusaha menahan nafasnya karena bau yang sangat menyengat, membuat kepalanya pusing.
Naga yang berendam mengeluarkan cahaya Mana seperti kobaran api. Ke tiga kepala Naga itu berteriak, suara mereka menggelegar di dalam gua beberapa runtuhan langit berjatuhan memeka telinga terasa pecah.
Di sebelah naga terdapat batu keras seukuran bukit besar. Batu keras itu seperti menyerap cahaya Mana yang telah dikeluarkan oleh naga.
Setelah berendam naga itu tertidur kembali.
Anak itu terjebak di sana cukup lama bersama seekor naga yang tertidur panjang sehingga si anak tidak tahu sudah berapa tahun dia hidup dengan naga-naga itu.
Tubuhnya tidak bertambah tinggi dan dewasa sedikitpun hanya perubahan warna rambut menjadi putih serta warna mata yang berubah menjadi merah darah.
Jika ditanya kenapa dia tidak meninggalkan naga tersebut alasannya adalah karena dia kesepian dan tidak ada yang mau bersamanya. Akhirnya dia memutuskan untuk tinggal bersama dengan naga itu.
Sampai kejadian malam ini, anak tersebut tiba-tiba melihat naga keluar dan mengamuk kepada rombongan Onder de dan yang lainnya. Dia akhirnya mengerti apa yang selama ini naga itu lakukan setiap kali keluar dari gua.
Melihat orang-orang yang diselamatkan, dia juga ingin kembali bersama orang-orang disana. Itulah sebabnya, dia mengambil beberapa pecahan batu keras dimana itu adalah sumber kelemahan yang selalu naga-naga keluarkan saat berendam mandi.
Setelah mendengarkan penjelasan si anak semua orang-orang di sana yang mengerumuninya tersadar. Bahwa anak itu sudah hidup lebih lama dan abadi bersama naga berkepala tiga.
Catwijck pergi menuju rombongan yang selamat di atas bukit untuk mengantarkan mereka kepada pemimpin mereka.
Setelah mereka tiba disana, mereka melihat tempat itu seperti neraka, api yang masih belum padam, asap yang berterbangan dan tubuh orang-orang yang mati sudah tidak terlihat bentuk.
Isak tangis terdengar dari beberapa tempat.
“Naga itu belum mati, maka tebaslah semua pangkal kepalanya.” ucap anak itu lagi.
Adhelmar menebas langsung semua kepala-kepala itu dengan sekali tebasan. Cahaya besar berwarna pelangi di kelilingi keemasan tiba-tiba keluar menembus ke langit dan menyentuh bulan muncul dari kepala naga.
Setelah cahaya tersebut menghilang terlihat beberapa kali bulan bersinar dengan kilauan.
Semua orang yang melihat kejadian terkagum, ada juga yang masih dengan perasaan takut beberapa detik kemudian bulan mengeluarkan pecahan 5 cahaya dan semuanya melaju menuju batu keras yang masih mereka pegang.
Cahaya-cahaya tersebut masuk ke batu Mana milik mereka. Kekuatan Mana yang banyak membuat tubuh pemiliknya juga dikelilingi dengan cahaya.
Berat, panas dan seakan-akan meledak dalam tubuh mereka beruntung cahaya yang masuk tidaklah begitu lama ke dalam tubuh mereka. Sisa cahaya meledak di atas langit malam seperti kembang api.
Tubuh mereka berubah, dari mata berubah menjadi warna merah darah sama seperti yang dimiliki anak tersebut fisik yang paling mirip dengan anak tersebut adalah Voor’t, Voor’t memiliki rambut putih silver dan mata merah.
Onder de rambut kuning keemasan, Bedros dengan rambut biru, Catwijck seperti warna merah kejinggaan, dan Adhelmar hitam pekat awalnya dia memiliki rambut yang kecoklatan. Semua pemimpin memiliki mata merah api.
Keesokan pagi mereka memotong-motong naga dan menguburkannya di dalam gua serta menguburkan orang-orang di sana untuk mengenang jasa mereka. Menutupi gua itu dengan tanah dan menjadi gundukan besar.
Di saat itulah anak tersebut diangkat menjadi raja mereka dan mereka hidup mendirikan kerajaan Rhodes. Istana megah dengan warna putih milik raja Raul berada di atas makam gua.

Book Comment (153)

  • avatar
    15Heranim

    Suka banget sama ceritanya. Bikin emosiku gak karuan..Semangat! Mari mampir juga ke ceritaku ^^

    17/01/2022

      4
  • avatar
    Ssraah

    saya sangat menyukai cerita ini, mempunyai jalan cerita yang menarik dan tata bahasa yang rapi dan mudah dimengerti.

    21/12/2021

      0
  • avatar
    Yesmi Anita

    lima ribu DM 5.000

    4d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters