logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 15

Altair masih berdiri di posisi yang sama sejauh yang dia lihat hanya sebuah tembok putih tanpa ada sesuatu setelah Altair menyesuaikan pandangan dengan sekitar, Altair mulai berjalan menyusuri tempat.
Kosong dan aneh berada saat berada di dimensi lain Saintess sudah menunggu di bangku duduk yang luas melihat ke arah Altair yang berjalan mendekatinya.
“Terima kasih banyak sudah mau menolongku untuk bertemu dengan dewa,” ucap Altair yang tiba dan berdiri di hadapan Saintess.
Saintess kemudian berdiri tanpa mengucapkan sesuatu, setelah berjalan beberapa langkah dia merentangkan kedua tanganya ke atas langit dan mengucapkan doa.
Altair melihat dari dekat apa yang Saintess lakukan lalu muncul cahaya besar yang sangat menyilaukan mata. Ukuran cahaya sangat besar seperti matahari namun, tidak panas terasa sejuk dan dingin. Perasaan damai yang menyelimuti cahaya berada di depan mereka membuat Altair tidak ingin kembali ke dunia manusia.
Saintess terlihat sedang berbicara dengan cahaya besar namun, tidak terdengar suara percakapan Saintess dan dewa. Saintess langsung menoleh ke arah Altair. Mata Saintess yang memutih seperti tidak memiliki kornea mata dan dia tidak terkejut.
“Dewa sudah mengetahui keinginanmu dan kau ingin bertemu dengan pemilik tubuh aslimu kan?” tanya Saintess yang sudah menurunkan kedua tangan.
Cahaya besar itu masih berada disana seolah-olah Dia sedang mengawasi mereka. Altair hanya mengangguk, perasaan khawatir dan takut mulai memenuhi tubuhnya.
Seperti sebuah firasat yang menuntun Altair untuk berjalan lurus ke depan. Terlihat cahaya lain yang berwarna biru muda seperti sebuah pintu yang menuju tempat lain berada di depan Altair.
Altair berjalan dengan sangat yakin di sana dia akan menemukan jawaban yang dia cari.
Lapangan yang luas dan membentang dengan bunga-bunga kecil menghampar di sekitar. Altair melihat seseorang dari jauh yang tidak asing baginya dengan rambut panjang sedang membelakanginya dan Altair berjalan mendekatinya.
Muncul perasaan senang dan juga haru, Altair sudah berada di belakang orang itu segera membalikkan badan lalu tersenyum pada Altair.
“Kau sudah tiba?” tanyanya.
Perempuan itu adalah sosok Claretta yang sangat Altair rindukan.
“Altair?” ucap Altair.
Perempuan itu tertawa kecil dengan menutupi mulut dengan tangannya.
“Terdengar aneh jika seseorang memanggilku dengan namaku sendiri,” ujar Claretta.
“Mungkin banyak pertanyaan yang akan kamu lontarkan kepadaku,” ungkap Claretta, “tapi sebelum itu tolong Altair, terbiasalah dengan tubuhmu yang baru, aku sudah lelah dengan tuntutan sebagai penerus pengendali Mana, yang aku inginkan hanya bagaimana rasa memiliki seorang ibu.” sambung Claretta.
Claretta menengadahkan wajahnya ke langit.
“Kau pasti tahu banyak informasi tentang duniaku sekarang karena kau adalah orang yang cerdas dan tangguh,” ujar Claretta lagi melihat wajah Altair.
Wajah mereka saling menatap Altair tidak bisa membalas perkataan Claretta Altair yang merasa tidak adil dengan pertukaran tubuh seenaknya yang dilakukan dewa kepada mereka berdua.
Muncul perasaan iba di dalam benak mereka masing-masing seperti mengerti rasa sakit, penderitaan mereka dan kesedihan. Claretta mengambil kedua tangan Altair, air matanya tidak bisa dibendung.
Dengan tersenyum Claretta berkata,”Mungkin karena aku sudah berada di tubuh seorang wanita jadi perasaanku menjadi lebih sedikit sensitif.”
“Maukah kamu merelakan hidup kita yang sekarang?” tanya Claretta dengan harap.
Altair menggenggam tangan wanita kecil itu, kini hati Altair menjadi goyah karena sebelum dirinya bertemu dengan pemilik asli tubuh Altair, dia berniat untuk memukul kepala orang tersebut yang dengan sesuka hati meminta kepada dewa untuk menukarkan tubuhnya tanpa izin.
Angin sejuk berhembus, menerbangkan beberapa kelopak bunga di sekitar mereka mengibaskan rambut panjang milik Claretta.
“Ternyata, aku sangat cantik.” batin Altair.
Altair meletakkan tangannya di atas kepala Claretta dan membelai kepalanya seraya berkata, “tidak apa-apa.” ucap Altair dengan tenang.
Akhirnya mereka saling mengikhlaskan satu sama lain dan memutuskan untuk menjalani kehidupan mereka sekarang masing-masing, mereka terpisah oleh sebuah cahaya.
“Aku akan menjaga ibumu Altair sebagaimana ibuku sendiri karena aku sangat menyayanginya.” ujar Claretta yang hanya terdengar suara.
Altair memantapkan hati untuk menjalani kehidupan dirinya yang sekarang melalui cahaya itu Altair sudah berada di kolam yang suci di mana Pino sudah menunggunya dari tadi.
Pandangan Altair kosong dengan kaki yang terasa dingin menyentuh air kolam altar tidak membuat Altair ingin segera pergi meninggalkan tempat itu. Altair menatap ke bawah kakinya terlihat pantulan dirinya yang berada di atas air.
Saat dirinya masih menjadi Claretta yang berat menghadapi kenyataan hidup dimana dia sangat membenci sosok semua laki-laki karena siksaan yang dia dan ibunya alami selama ini.
Sosok asli Altair juga menghadapi kenyataan dibenci keluarganya sendiri, dibenci oleh rakyat Rhodes yang hanya karena ibu Altair adalah orang di luar Rhodes.
Hidup mereka tidaklah jauh berbeda, Claretta beruntung yang masih bisa berbaur baik dengan lingkungannya namun, Altair menerima kebencian lain hanya karena dia terlahir dari ibunya.
Membulatkan tekad untuk mendapatkan pengakuan bahwa dirinya adalah orang kuat demi melindungi rakyat Rhodes.
“Semoga kau mendapat hidup yang lebih baik, Altair” ujar batin Altair.
Ruangan berdoa Saintess terasa hening, tidak ada yang berani mengeluarkan suara untuk berbicara. Tekad Altair bulat untuk menjadi orang yang sangat kuat, membuktikan kepada semua orang di seluruh kerajaan Rhodes dan menghapus trauma rakyat Rhodes yang tidak menyukai dirinya atau orang di luar Rhodes.
Rasa curiga itu memang harus ditanamkan jika itu terlihat membahayakan.
Saintess berjalan keluar dari altar yang mengapung menuju anaknya Adir yang masih melihat Altair tidak bergerak.
“Tidak apa-apa anakku,” ujar ayahnya.
Emosi dan rasa ingin tahu Adir luluh karena ucapan yang disampaikan oleh ayahnya Adir tidak bisa membantah dan mengelak karena ayahnya lebih mengetahuinya.
Adir berjalan mengikuti langkah kaki ayahnya sekali lagi melihat ke arah Altair. Setelah yakin Adir dan Saintess pergi meninggalkan tempat suci pintu utama tertutup.
Pino menghampiri Altair lingkaran sihir yang tadi mengapung sudah menghilang.
“Kau pipis di celana ya?” tanya Pino.
Amarah Altair muncul kembali mendengarkan suara Pino yang menjengkelkan.
“Tidak,” jawab Altair, “ayo kita pergi dari sini.” sambungnya lagi.
Altair membalikkan badan dan berjalan menuju tepi kolam air beriak di setiap langkah kakinya, betis Altair yang basah membasahi keramik setiap kali berjalan berada di atas keramik namun, langsung menghilang.
Altair terus berjalan mengikuti jalan keluar. Adir dan Saintess mengarah ke pintu utama Pino mengikutinya dari belakang.
Di tempat itu hanya sebuah ruangan sederhana milik keluarga Saintess. Dinding yang terbuat dari kayu perabotan sederhana juga terbuat dari kayu.
Rasa heran setelah memasuki ruang keluarga Saintess karena sebelumnya Altair berada di ruangan yang sangat mewah dan megah.
Tercium aroma kayu bakar untuk menghangatkan ruangan berada di tungku perapian diikuti suara kaki berdecit berlantai kayu.
Ruangan dengan beberapa sekat untuk kamar tidur dan kamar mandi pintu keluar terlihat di sebelah dapur lengkap dengan tungku api sedang memasak makanan di atas panci.
Tidak terlihat orang berada di dalam rumah seakan penghuni rumah tahu akan kedatangan tamu yang hanya sekedar lewat. Pino menoleh ke tempat belajar yang dia datangi semalam beruntung Pino tidak berada di dekat Adir sekarang.
Setelah keluar dari rumah kayu Altair memasuki hutan terdengar suara bisik di balik semak-semak. Altair mulai waspada dan mengingat bahwa sebelum bertemu dengan Saintess dirinya sedang dikejar oleh orang-orang yang tidak dia kenal dengan sigap Altair melompat ke atas pohon untuk melihat keadaan sekitar.
Ternyata benar mereka sedang menunggu Altair untuk masuk ke dalam perangkap. Melihat dari jauh sedang terpasang jebakan jaring yang tertutupi dengan daun-daun kering, di atasnya terdapat tali panjang yang siap menarik Altair ke atas.

Book Comment (153)

  • avatar
    15Heranim

    Suka banget sama ceritanya. Bikin emosiku gak karuan..Semangat! Mari mampir juga ke ceritaku ^^

    17/01/2022

      4
  • avatar
    Ssraah

    saya sangat menyukai cerita ini, mempunyai jalan cerita yang menarik dan tata bahasa yang rapi dan mudah dimengerti.

    21/12/2021

      0
  • avatar
    Yesmi Anita

    lima ribu DM 5.000

    3d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters