logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 6 Bercadar

Sudah dua bulan Si Manusia Singa tinggal di rumah mertuanya. Selama itu pula aku tak pernah melihatnya, hanya sesekali dia menghubungi via chat menanyakan kabar Umi. Dan kabarku tak dihiraukannya.
Dia sama sekali gak mau tau keadaan aku sekarang gimana. Ga mau juga melihatku sekarang sudah seglowing apa. Terakhir ketemu kan muka lagi kusut-kusutnya semenjak masih belum bisa move on dari mantan yang kebelet kawin.
Hari ini pula, bertepatan dengan kelulusan kelas XII. Semua siswa berkumpul di lapangan mengikuti arahan dari guru.
"Olan, selamat ya! Nilai kamu bagus, kamu diterima di fakultas kedokteran lagi. Terharu aku tuh." tangan Via mengelus-elus jemariku. Masih baik-baikin aku, ga sadar apa dulu dia jadi orang ketiga.
Emmm lebih tepatnya, aku yang kege-eran sih. Hehe.
"Makasih." singkat, padat, dan jelas jawabku. Tak perlu banyak cakap agar hati tak kembali rapuh.
"Aku juga kuliah disana, tapi kita beda fakultas. Aku jurusan ekonomi."
'Siapa yang nanya, Neeeeng?' tanyaku dalam hati.
"Ya, bagus."
"Nanti pas pengenalan kampus kita bareng ya?"
"Insya Alloh."
Ada haru yang terselip di dalam rongga dada. Biasanya momen-momen seperti ini Bunda lah yang selalu hadir atau bahkan Si Ojan yang hadir sebagai wali. Tapi kali ini, Umi bisa hadir dalam acara sekolah anaknya. Satu hal saat ini yang bisa ku persembahkan pada oranh tua, Umi bisa naik ke atas panggung menerima plakat keberhasilanku masuk sepuluh besar nilai ujian tertinggi.
Momen yang membahagiakan seharusnya, tetapi senyum ini serasa sulit mengembang. Ada kenangan di tempat ini. Ada teman dan guru yang tak terlupakan. Ada masa-masa mengenal cinta meski hanya cinta monyet.
Di tempat ini, ada aku yang beranjak remaja dengan rasa ge-er yang menggelora. Dan berulang kali merasakan harapan palsu para pria remaja.
"Kamu makin anggun, Lan."
"Bima." netraku membola saat tangannya mengajak bersalaman. "Selamat. Kamu hebat." jadi ingat beberapa bulan lalu.
***
"Olan,nanti malam boleh aku ke rumahmu?" tanyanya dengan suara yang lembut.
"Ngapain?" ketusku tak berselera.
"Pengen belajar bareng." alasannya. Hingga behari-hari dilalui dengan kebiasaan baru. Seperti diantar jemput Bima kalo berangkat sekolah. Bahkan hampir setiap malam dia datang bertandang ke rumah baik-baikin Umi dengan menenteng sogokan berupa makanan kesukaanku dan Umi.
Bahkan, setiap saat aku sampai mengerjakan tugas-tugasnya.
Sampai suatu hari sepulang sekolah. Aku pulang sendirian melewati kantin. Di sana bergerombol anak-anak IPA yang ternyata ada Bima.
Nampaknya obrolan mereka terlihat seru.
"Bim, nih duit taruhan gue. Goceng ya...." Rido menyodorkan beberapa lembar uang berwarna merah yang diterima oleh Bima dengan senyum melebar.
"Gak nyangka Si Olan bisa dibegoin...." ujar Marsel. Seketika langkangku terhenti. Namaku disebut-sebut oleh mereka. Mungkinkah aku yang menjadi objek obrolan mereka?
"Gak nyangka gampang banget ngerayu cewek model begituan...kayaknya kalo diajak ngamar juga bakal ga nolak...." Bima menimpali diikuti suara tawa yang lainnya.
Namun suara tawa tiba-tiba berhenti saat mereka melihatku tengah berdiri mematung menatap mereka.
Kok bisa-bisanya nasibku selalu dipermainkan seperti ini?
****
"Kamu yakin sama keputusanmu?"
"Insya Alloh harus siap, Mi."
"Berpenampilan seperti itu berat lho."
"Umi takut aku gak laku kan?"
"Bukan gitu, Olaaann. Umi ngedukung banget, cuman ya kamu tuh masih pecicilan, urakan, bahkan ngomongnya gak pernah disaring."
"Lah Umi mah bukan suport anak gadisnya, malah ngejatuhin gitu."
"Ya tentu suport dong. Makanya ini mau ngajakin belanja, nyicil dikit-dikit."
"Bunda juga katanya mau ngasih Olan duit, Mi."
"Yaudah, sono ambil dulu sekalian ajakin siapa tau mau ikut."
Dengan semangat empat lima, ku langkahkan kaki menuju rumah Bunda. Semangatnya tak terkira kalo ada motivasinya, duit.
"Assalamualaikum, Bun." ku ucapkan salam sembari nyelonong masuk dapur. Buka kulkas nyari Bunda. Ehh nyari buah.
"Olan, tadinya Bunda mau ngasih buat beli gamis. Tapi Bunda lagi gak pegang uang." hadeeeehh Bunda malah matahin semangat. Mau ngejawab rasa kecewa, tiba-tiba hp berdering.
Si Manusia Singa Calling...
"Ape?"
"Ya Alloh, Olah. Ucapin salam kalo ngangkat telpon tuh."
"Iye,mafin. Assalamualaikum, babang tamvan."
"Wa'alaikumsalam. Tuh kan enak gue dengernya."
"Ah elo mah modus. Bilang aja kangen ama suara gue gitu."
"Iyah, gue kangen elo, disini sepi gada bocah yang tereak-tereak."
"Kayak kuburan ya, sepi. Tragis idup lo kesepian. Katanya lagi hanimun, enak dong."
"Iyah, gue yang hanimun sendirian, Sinta malah kerja. Ternyata hanimun cuman alesan dia supaya dapet izin kerja keluar kota."
"Sabar ya mas bro. Idup emang pait dan surem, kayak liatin elo. Hehe...."
"Betewe, kata Bunda elo keterima di fakultas kedokteran."
"Iyah. Alhamdulillah banget. Mudah-mudahan Umi kuat biayainnya. Kalo otak gue mah gak usah diragukan lagi."
"Muley deh sombong. Ntar sms in norek elo, gue transfer bantu dikit. Ntar kalo kurang bilang aja. Kasian Umi jangan diperes tenaganya."
"Aseekk. Elo ngeselin tapi baik hati juga. Mudah-mudahan ntar dapet istri solehah..aamiin"
"Aamiin ...yaaaaahhhaaa. Pan gue udah ada istri Olaaann. Sialan lo."
"Ya siapa tau mau ganti, atow mau nambah..bhaahaa."
"Ogah ah, yang ini juga kewalahan. Aku transfer 10 cukup ga?"
"Sepuluh rebu? Lo kate gue bocah paud."
"Sepuluh jeti oncom."
"Omaygat... Kekecilan, Bbuuaaaaaaang. Eh kebanyakan, Ojan. Gue belum tentu sanggup bayarnya."
"Itu ngasih dari gue."
"Tapi ikhlas kan? Gada udang di balik bakwan?"
"Ikhlas...ikhlas...ikhlas... Tapi sebenernya nih, ada yang buat ati gue ragu ama elo."
"Ape?"
"Kata Umi, elo mau pake masker?"
"Yampun, ontaaaaa. Cadar bukan masker."
"Ya sama aja, sama-sama nutup idung ama mulut, Marimaaarr."
"Eeuuuhhh. Katro elo mah."
Sambungan telepon akhirnya ku putuskan, dan segera cek sms banking. Ternyata sudah ada transfer masuk. Dan benar saja, sepuluh juta sudah ada di saldo tabunganku.
Ku kecup pipi Bunda tanda terima kasih pada anaknya. Semangat, karena yakin seratus persen ini bukan uang sogokan agar aku nerima dia jadi bapak tiri lagi.
Ku tungtun lengan Bunda keluar dari rumah. Rencananya kita bertiga mau shoping dan wisata kulineran.
***
Setelah nyampe di pusat perbelanjaan, kita bertiga masing-masing mencari barang yang ku perlukan. Biar cepet jadi dibagi tugas.
Aku melipir ke sebuah butik muslim syar'i yang kebetulan punya ibunya temen. Meskipun modelnya lucu-lucu tapi harganya tak membuat Si Olan yang lucu ini pingsan.
Hanya beberapa stel gamis dengan cadarnya yang aku beli. Juga tidak memilih harga yang selangit, bahkan yang ku beli hanya gamis murah biasa yang jelas nyaman di badan dan modelnya jelas tidak ndeso.
***
Hari ini, hari pertama kuliahku. Sekaligus hari pertama ku menutup badan dengan sempurna. Semoga Abi diringankan siksa kuburnya karena anak perempuannya yang urakan dulu.
Aku memang sudah terbiasa memakai kerudung sejak kecil. Namun masih kerudung yang asal nempel saja, lekuk badan masih jelas dipandang. Masuk SMA baru memulai memakai gamis dan rok. Dan sekarang bismillah menutup diri dengan sempurna, sambil belajar sedikit-sedikit.
ASSALAMU'ALAIKUM WAROHMATULLOHI WABAROKAATUH
ADIK-ADIK SEMUANYA SILAHKAN DUDUK DENGAN TERTIB DI LAPANGAN SESUAI FAKULTAS MASING-MASING.
HARI INI, MASA PENGENALAN LINGKUNGAN KAMPUS AKAN SEGERA DIMULAI. SETIAP FAKULTAS AKAN DIBAGI MENJADI BEBERAPA REGU. DAN SETIAP REGU AKAN DIPIMPIN OLEH TIGA ORANG KAKAK MENTOR.
SILAHKAN PASANG PAPAN NAMANYA DENGAN JELAS AGAR MUDAH DIINGAT ATAU MUDAH DIPANGGIL.
Suara senior menggema memakai pengeras suara.
Akhirnya aku berkumpul sekelompok dengan teman satu fakultasku. Kami bertujuh yang kebetulan menjadi sahabat sampai sekarang.
Namanya Ayu, Sekar, Rendi, Haddad, Cristie, dan Leo.
"Hallo selamat siang, perkenalkan saya Safar mentor kalian." terang seorang dari tiga mentor saat kami akan diberi pengarahan.
Degh!
Wajah itu nampak sangat tidak asing meskipun banyak perubahan ke arah lebih...lebih...lebih...lebih guanteng. Namanya benar-benar tak asing. Semoga dia tidak mengenalku.
Umiiiiiii kenapa harus dipertemukan dengan diaaaaaaa...aaaaaaaaaaaaaaa.
#
Ganbate, Olan!
Emak2, kaka2, smangat juga ya bacanya!

Book Comment (50)

  • avatar
    AndreasJhon

    bagus

    16/08

      0
  • avatar
    Ramadhanzaki

    yabgus

    08/07

      0
  • avatar
    AurelEnjel

    wow

    27/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters