logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 3 Cinta Untuk Selingkuhan

Di tempat yang berbeda, Guntur sedang duduk termenung duduk di kursi kebesarannya. Hatinya sungguh terasa kacau. Kejadiannya tadi pagi bersama Zahra membuat dirinya cemas, tak bisa dibayangkan seandainya kedua orangtuanya tau, dia telah menampar Zahra, maka habislah dia. Di satu sisi dia tidak bisa berpisah dengan Zahra, karena kedua orangtuanya yang pasti tak akan mengijinkannya, tapi di sisi lain dia sangat mencintai Luna, wanita dambaan hatinya.
Dia memandang poto Luna yang sedang tersenyum, begitu teramat cantik menurut pandangannya. Sekilas dia teringat akan kenangan manis bersamanya, di saat Zahra belum hadir dalam kehidupannya. Begitu indah hari-harinya, di dalam kubangan cinta Luna. Tak seperti sekarang yang tak bebas menemuinya.
Di tengah lamunannya, tiba-tiba terdengar pintu diketuk dari arah luar.
"Masuk!" titah Guntur sembari membenarkan posisi duduknya.
Adnan asisten sekaligus teman dekat Guntur, melangkah berjalan menghampirinya.
"Ada apa?" tanya Guntur singkat.
Adnan tak menjawab pertanyaan Guntur, tapi dia langsung membisikkannya di telinga Guntur. Spontan Guntur membelalakkan kedua matanya. Guntur langsung beranjak, menengok ke arah pintu.
"Dimana dia? cepat katakan!" Rupanya Guntur sudah tak sabar ingin bertemu dengan seseorang yang selama ini dia rindukan.
"Santai bro, dia ada di luar pintu." Menepuk pelan pundak Guntur.
"Cepat panggil dia!" serunya penuh dengan penekanan.
"Hemmm, apa tidak akan jadi masalah, jika dia menemuimu sekarang? semua orang di sini tau jika kamu sudah menikah dengan Zahra. Bisa jadi mereka akan memberitahu kepada orang tuamu, kalau Luna datang ke sini," ucap Adnan penuh pertimbangan. Rupanya seseorang yang hendak bertemu dengan Guntur adalah Luna, kekasihnya.
"Persetan dengan mereka, yang aku pedulikan sekarang hanya Luna. Aku sudah tak sabar ingin bertemu dengannya. Cepat panggilkan dia!" Seru Guntur, dengan mengulangi kembali perkataannya. Jika saja tidak Adnan di sini, mungkin dia  sudah berlari ke arah pintu, memeluk erat sang pujaan hatinya.
"Ok, baiklah, tapi ingat jika terjadi masalah jangan bawa-bawa nama aku!" sahut Adnan pasrah. Temannya yang satu ini jika berhubungan dengan orang yang dia cintai, pasti akan nekad melakukan apapun.
"Bawel cepat panggil dia!" bentak Guntur sembari mendorong tubuh Adnan. Sedangkan Adnan hanya menggeleng-gelengkan kepala, melihat sikap nekad temannya itu.
Adnan bergegas kembali ke arah pintu, dan menyuruh Luna masuk ke dalam ruangan Guntur.
Tak lama kemudian seorang perempuan cantik dan bertubuh ramping, yang tak lain adalah Luna, berjalan melenggang ke arah Guntur.
Guntur demi melihat seorang Luna sang pujaan hati, tak bisa dia membendung lagi rasa rindunya yang sudah berbulan-bulan lamanya tak berjumpa. Dia langsung menghambur memeluk erat tubuh Luna. Beribu-ribu ciuman dia hujani di wajah Luna. Sungguh iblis telah memenangkan hati Guntur, menodai sebuah kalimat sakral dan suci pernikahan.
"Sayang, aku merindukanmu," ucap Guntur mesra. Di tatapnya wajah Luna penuh dengan kelembutan, berbeda halnya jika menatap Zahra, selalu tatapan dingin yang selalu dia berikan kepadanya.
"Iya, sayang aku juga merindukanmu. Hatiku sungguh tersiksa tak bisa bertemu denganmu." Luna menatap kembali wajah Guntur. Kemudian Luna bergelayut manja di tangan Guntur, dan membawa Guntur duduk di atas kursi kebesarannya. Dengan tak punya rasa malu, jika lelaki yang dipujanya itu sudah mempunyai istri, sengaja dia duduk dalam pangkuan Guntur.
"Sebentar lagi kita akan hidup bersama, jadi setiap hari kita akan bertemu," ucap Guntur sembari memegang mesra kedua  pipi Luna.
"Maksudmu?" tanya Luna dengan memainkan bibir sensualnya.
"Kita akan segera menikah, sayang. Aku sudah muak hidup bersama wanita sialan itu." Tanpa dia sadari, dia telah mengucapkan kalimat terlarang untuk istrinya, Zahra. Sungguh setan telah merasuki hati dan jiwa Guntur.
"Tapi bagaimana dengan kedua orangtuamu? bukankah mereka sangat menyukai istrimu. Aku tak mau menjadi peretak hubunganmu  dengan kedua orangtuamu." sahut Luna dengan suaranya yang mendayu-dayu, dan itu membuat Guntur semakin-makin tergila-gila akan sosok Luna.
"Untuk sementara waktu, biarlah kamu menjadi istri siriku, dan aku akan merahasiakannya dari ke dua orang tuaku, yang penting kita harus terikat dulu dalam pernikahan," usul Guntur yang tangannya telah menjalar ke tubuh Luna, dan dengan santainya Luna membiarkan Guntur melakukan itu.
"Dan istrimu bagaimana? apakah dia akan menyetujui jika kamu akan menikah lagi," tanya Luna sembari mengeluarkan suara desahannya.
Sejenak Guntur menghentikan aktivitas tangannya, demi mendengar kata 'istri' yang membuat telinganya sakit.
"Aku tak butuh ijin wanita sialan itu. Dia adalah bonekaku, bukan istriku. Tidak tanpa pun ijin darinya, aku akan tetap menikahimu, dan bila sudah waktunya aku akan cepat menceraikannya," ucap Guntur berapi-api, kini raut wajahnya terlihat kesal manakala mengingat sosok Zahra.
"Aku akan mengikuti keputusanmu, sayang. Biarlah sementara waktu aku rela menjadi istri sirimu, karena aku mencintaimu." Luna membenamkan wajahnya di dada bidang Guntur.
"Kamu memang wanita yang sangat pengertian. Tak salah jika aku selalu mencintaimu selamanya." Kini Guntur menghentikan aktivitas tangan nakalnya, dan kini beralih mengusap lembut rambut Luna.
"Hemmm, baiklah kalau begitu aku pergi dulu. Aku takut jika berlama-lama di sini akan ada orang yang memergoki kita, dan itu urusannya akan lebih rumit lagi." Luna merapikan rambut dan pakaiannya yang sedikit acak-acakan. Dia beranjak dari pangkuan Guntur, namun Guntur mencegahnya.
"Sebentar, aku masih ingin berduan denganmu sayang," ucap Guntur seraya menarik tangan Luna dan mendudukkan kembali kepangkuannya.
"Sayang, aku harus pergi. Sebentar lagi kita akan menikah, dan aku akan menjadi milikmu seutuhnya. Nanti kamu bebas melakukan apapun kepadaku." Luna meletakkan jari telunjuknya tepat di bibir Guntur, manakala Guntur akan menciumnya.
"Baiklah kalau begitu. Secepatnya nanti akan kukabari tanggal pernikahan kita. Hati-hati sayang." Sebelum Luna beranjak, dia memeluk erat tubuh ramping Luna, lalu melepaskannya kembali.
Luna hanya menjawab dengan anggukan kepala dan senyum manis yang mengembang di wajahnya.
Luna beranjak, kemudian melangkah pergi meninggalkan Guntur seorang diri.
Guntur berdiri menatap punggung wanita terkasihnya dari belakang. Walapun dengan berat hati, membiarkan Luna pergi meninggalkan ruangannya.
Sepeninggal Luna, Guntur kembali duduk di kursi kebesarannya. Dia menatap layar laptop, melanjutkan kembali pekerjaannya yang sempat tertunda.
Ya, memang Guntur adalah seorang pengusaha, yang meneruskan kembali usaha keluarganya yang telah turun-temurun sejak lama, tapi alangkah ironisnya Guntur yang seorang pengusaha, membiarkan istrinya hidup biasa-biasa saja, jauh dari kata mewah layaknya istri seorang pengusaha. Seperti halnya tadi pagi, Zahra hanya sarapan dengan semangkok bubur saja. Di rumahnya pun tak ada seorang pembantu, semua dikerjakan masing-masing. Itu semua tak ada tanpa alasan, sengaja Guntur melakukannya, karena dia ingin menciptakan neraka dalam kehidupan Zahra. Dia akan melampiaskan segala amarah atas perjodohan kedua orangtuanya kepada Zahra, wanita polos yang tak tau apa-apa.
Hingga pukul lima sore, pekerjaannya sudah selesai. Dia mematikan laptopnya dan memastikan kembali semua berkas-berkas telah dia tanda tangani, tapi Guntur tak langsung pulang, dia sengaja berlama-lama di tempat kerjanya hanya semata-mata ingin menghindari Zahra, merasa muak bila melihat wajah istrinya itu.

Book Comment (153)

  • avatar
    Ernaa RM

    kisah cinta yang romantis walaupun ada duri di dalamnya

    10/05/2022

      0
  • avatar
    Arif Hidayatullah

    👍👍👍👍

    14d

      0
  • avatar
    123Zikri

    yang bagus

    29/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters