logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 7

Bab 7.
"Thalia tidak mau ma... Kenapa sih mama maksa Thalia buat menikah sama Ryan? Lagi pula semua cuma kecelakaan, Kan Thalia sudah cerita dan Thalia itu tidak cinta sama Ryan elvern dioscoro.... Mama tau kan siapa yang Thalia cintai... " Kata Thalia dwngan wajah cemberut berbicara dengan mamanya dengan suara sedikit kesal.
"Thalia, Ini juga untuk kebaikan kamu sendiri. Coba kamu pikirkan dulu, Jangan jadi egois. Anak itu adalah titipan tuhan dan dia sudah ada kehidupan kamu tidak bisa sewenang-wenang." Kata Thania dengan tegas.
"Tapi ma Thalia tidak bisa tenang kalau sama Ryan, Kita itu tidak akan pernah cocok." Kata Thalia dengan tidak sabar.
"Masalah Pernikahanmu dengan Ryan elvern dioscoro sudah di putuskan dan kami sudah membahas tanggal pernikahannya. Tadi siang papa sama mama sudah berbicara tentang urusan kalian dengan keluarga dioscoro dan kami trlah sepakat. Itu sudah final dan tidak bisa di ubah lagi. " Kata Vernando clarence dengan tajam dia menatap putrinya yang terlihat sedang sangat emosional.
"Kenapa tidak bisa di ubah? Thalia sama sekali tidak menginginkan anak ini, anak ini adalah aib , anak ini adalah kecelakaan, anak ini adalah noda! Thalia tidak ingin anak ini! " Teriakan histeria Thalia terdengar dia dengan tidak sabar berdiri dari sofa dan berlari menuju kamarnya dan membanting pintu dengan keras.
Thania dan vernando saling memandang dengan tidak berdaya, mereka sedih namun mereka juga marah banyak emosi yang tidak dapat mereka ungkapkan namun mereka tetap bertekad untuk menikahkan Thalia dengan Ryan.
Thalia melemparkan tubuhnya ke tempat tidur dan mulai menangis, Sebenarnya dia bukan orang yang mudah menangis namun semua permasalahan yang harus di hadapinya sangat banyak dan menumpuk dia merasa tidak kuat lagi dan hanya ingin menangis. Awalnya dia selalu menutupi dirinya dengan duri ketidakpedulian dan selalu memasang wajah dingin kepada orang-orang yang membuatnya kesal, Dia hanya tidak ingin peduli pada mereka menurutnya mereka semua tidak penting! Tapi sekarang karena ada seorang anak dalam rahimnya dia di paksa menghadapi masalah penting dalam hidupnya, tapi dia benar-benar tidak ingin menikah dengan Ryan elvern dioscoro dia masih mencintai Arya benedict meski Arya telah menikahi emily seorang perempuan yang entah dari mana dia berasal namun dia tidak bisa menahan perasaan cintanya pada Arya, Tidak tahu kenapa sekarang dia merasa sangat hampa dalam hatinya, Dia nerasa sangat lelah menghadapi semua ini jadi dia hanya ingin menangis melampiaskan semua perasaannya.
Thalia menghapus air matanya dan bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi, Dia menyalakan shower dan membasahi seluruh tubuhnya dengan air dingin, Air matanya larut dalam derasnya air shower.
Malam semakin gelap, cahaya bulan redup bersinar di langit malam, Thalia sudah mengenakan pakaian yang nyaman dan berencana untuk kabur dari rumah. Dia mengambil beberapa pakaian dan barang-barang lainnya yang bisa di gunakannya seperti handphone dan laptop yang menurutnya sangat penting.
Thalia mengemasnya dalam kopernya dan menunggu beberapa jam untuk memastikan bahwa orang tuanya sudah kembali ke kamar tidur Mereka sebelum dia bisa berjalan dengan percaya diri keluar dari rumah.
Thalia memiliki sebuah apartmen di Pusat kota S, Jadi Thalia yang tidak memiliki pengalaman dalam kabur dari rumah hanya pergi ke apartemennya dan tertidur di tempat tidurnya dengan sedikit gelisah.
Thalia baru bangun dari tidurnya pada jam sembilan pagi, Dia merasa tubuhnya sangat tidak nyaman dan hatinya merasa sangat gelisah. Setelah dia mandi dan makan sarapan sederhana yang di buatnya dia mulai merasa bahwa apartmenya sangat tidak aman, Setidaknya orang tuanya pasti akan tahu kalau kemungkinan besar dia berada di apartmennya jadi dia memutuskan mencari tempat persembunyian yang lebih aman di bandingkan dengan apartmen yang keberadaannya sudah di ketahui oleh oang tuanya.
"Lebih baik pergi keluar kota atau keluar negeri... Hmm... Tapi kemana saya bisa pergi... Ryan benar-benar pembuat masalah, Kenapa coba dia harus bilang masalah ini dengan orang tua kan jadi ribet." Setelah bergumam dengan diri sendiri Thalia tampak cemberut, Wajahnya mulai berubah menjadi tegas dan penuh tekad setelah mengangguk ringan pada diri sendiri dia mengepalkan tangannya dengan semangat ekstra penuh keyakinan dia mulai pencarian di google dan mencari rumah kontrakan di pinggiran Kota S bahkan dia mencari di kota lain namun tentu saja dia tidak mencari di kota yang terlalu jauh dari Kota S.
Selama hampir dua jam dia mencari berbagai informasi terkait akhirnya dia telah mengambil satu keputusan, Segera dia kembali mengemasi beberapa barang bawaannya dan berencana naik bus keluar kota menuju Kota M.
Selesai mengemasi semua barang-barang yang akan di bawanya Thalia merasa sangat puas walaupun dia merasa sedikit lelah dan banyak berkeringat namun dia merasa semuanya sepadan.
Thalia tidak tahu mengapa dia merasa sedikit lapar lagi dan berniat membuat makanan yang simple untuk makan, dia hanya berpikir bahwa mungkin dia terlalu lelah sehingga dia mudah merasa lapar walaupun tadi dia juga sudah sarapan namun rasa laparnya tidak bisa di tahan jadi dia memutuskan untuk sarapan untuk yang kedua kalinya. Dia hanya membuat mie instan dengan telur lalu mulai makan dengan sangat nyaman, aroma mie instan yang harum telah memenuhi ruangan itu namun Thalia tidak terlalu peduli, dia merasa cukup lelah dan ingin beristirahat sebentar.
Setelah mencuci piring dan mencuci peralatan dapur yang telah digunakannya Thalia berjalan menuju kamarnya dan hanya berniat berbaring sebentar untuk menghilangkan rasa lelahnya.
Perasaan lemah tak berdaya dan lemas tiba-tiba di rasakan Thalia, dia tetap menutup matanya dan berusaha tidur untuk mengurangi kelelahan fisiknya. Berangsur-angsur Thalia mulai kehilangan kesadarannya dan tertidur dengan nyenyak, dia memasuki alam mimpi dalam sekejap.
Di rumah keluarga clarence terjadi keributan yang sangat bising, baik Thania, Vernando maupun Cleon sedang pusing mencari keberadaan Thalia yang ternyata sudah tidak ada di rumah entah sejak kapan.
"Mungkin dia ada di apartmennya? " kata Cleon tiba-tiba. Vernando dan thania saling memandang dan segera mengangguk setuju, " Suamiku ayo kita pergi ke apartmennya, Cleon kamu tunggu di rumah dan coba hubungi beberapa temannya mungkin juga dia ada di rumah temannya... Nanti kita saling mengabari lagi. " Kata Thania pada vernando dan cleon.
"Oke sayang." Kata vernando dengan tegas.
"Iya ma, nanti Cleon coba hubungi teman-temannya Thalia tapi Mama dan papa harus hati-hati di jalan " Kata Cleon sambil memperhatikan kedua orang tuanya.
"Ya Cleon, Kamu di rumah juga harus jaga diri jangan kecapean nelponin temannya thalia, oh nanti kamu coba juga telpon thalia mungkin handphonenya sudah aktif... " Kata vernando sambil mengingatkan cleon untuk menjaga dirinya sendiri karena kesehatan cleon tidak terlalu baik sejak kecil.
"Oke pa.. " Jawab Cleon dengan tegas.
Saat Vernando dan Thania berjalan keluar dari rumah kebetulan mereka bertemu dengan Ryan elvern dioscoro yang baru saja memarkir mobilnya dan keluar dari mobil.
Melihat Vernando dan Thania keluar dari rumah dan terlihat terburu-buru membuat Ryan sedikit heran namun dia segera menghampiri mereka berdua dan menyapa serta bertanya dwngan sedikit penasaran "Selamat siang om, tante... Mau pergi kemana om,tante? Koq kayaknya terburu-buru? "
Vernando segera menceritakan apa yang terjadi, mendengar apa yang di katakan oleh Vernando membuat Ryan, menghela nafas berat karena dia pada awalnya sudah menduga bahwa semua tidak akan berjalan dengan lancar namun dia sama sekali tidak menyangka bahwa Thalia benar-benar seperti anak kecil yang bahkan berani kabur saat tanggal pernikahan mereka sudah di tentukan bahkan dia kabir bersama dengan anaknya di perutnya!
Ryan merasa kesal namun dia berusaha menahan amarahnya namun tangannya telah tergenggam erat dan otot-otot lengannya yang tertutupi jaket hitamnya telah lama terlihat namun tentu saja otot lengannya tidak terlihat oleh kedua orang tua Thalia karena dia mengenakan jaket hitam.
Kedua orang tua Thalia dapat melihat bahwa Ryan tampak sangat kesal namun untungnya mereka dapat melihat bahwa Ryan berusaha mengendalikan emosinya.
"Kalau boleh Ryan ingin ikut mencari Thalia... " Kata Ryan setelah menghembuskan nafas ringan dan menahan keinginannya untuk memukul sesuatu.
"Iya tentu saja nak Ryan... " Kata Thania singkat.
Vernando dan Thania memasuki mobil mereka sendiri dan bersiap keluar dari halaman rumah sementara itu Ryan juga mengeluarkan mobilnya dari halaman rumah keluarga clarence dan mundur untuk mengikuti mobil orang tua Thalia.
Thalia telah menentukan kemana dia akan pergi, dia telah mengemas kembali barang-barang bawaannya dan bersiap mengunci kembali apartmennya.
Dia berjalan menuju lift dan menekan lantai pertama, dia berniat untuk naik taksi dan tidak ingin menggunakan mobilnya dan hanya meninggalkan mobilnya di garasi apartmen. Namun saat dia menunggu taksi yang di pesannya dia melihat mobil orang tuanya dan mobil pria menyebalkan yang sangat di bencinya!
Thalia merasa sangat gelisah! Tanpa memikirkan apapun dia segera berbalik dan berlari dengan cepat! Ryan sudah melihat keberadaan Thalia di kejauhan dan dia juga melihatnya berlari dengan cepat, dia segera mencari tempat parkir terdekat untuk memarkir mobilnya dan segera mengejar Thalia.
Walaupun Thalia berlari cepat tetapi Ryan berlari lebih cepat dan segera mengejar Thalia! Thalia bernafas terengah-engah namun dia segera menyesuaikan pernafasannya dan segera melancarkan sebuah pukulan tepat ke wajah Ryan yang mendekatinya, Ryan menangkap tangan Thalia dan segera mengunakan kekuatannya untuk mengendalikan thalia yang terus berusaha memukulnya dengan dua tangannya.
"Kamu mau kemana Thalia? " Kata Ryan dengan senyum menyeringai menghiasi wajah tampannya yang masih sedikit babak belur.
"Lepaskan! Saya mau pergi! Kamu menghalangi jalan! " Teriak Thalia sambil sedikit terengah-engah, seluruh tubuhnya merasa sakit dan berlarian membuatnya lebih sakit, dia merasa seluruh otot tubuhnya berkontraksi dan sangat tidak nyaman namun dia tidak bisa melepaskan diri dari gengaman Ryan.
"Mau pergi? Berfikir cantik! Kamu tidak akan pernah bisa pergi dariku Thalia! Kamu dan anak itu milikku! Saya tidak akan pernah melepaskan kalian! Sepertinya Pernikahan kita harus di percepat. " Kata Ryan dengan senyum jahat di bibir tipisnya.
"Mimpi! Saya tidak akan pernah menikah denganmu." Kata Thalia dengan marah.
"Oh? Tapi sayangnya ini bukan terserah kamu. " Ryan berkata sambil melihat kedua orang tua Thalia yang sudah mendekat.
Melihat mereka berdua telah berjalan mendekat Ryan dengan tegas berkata kepada mereka berdua, "Om, Tante, Saya ingin Pernikahan kami di percepat. Saya tidak ingin ini terus bearut-larut. "
Vernando dan Thania mengangguk setuju dengan rencana Ryan, mereka segera membawa Thalia yang masih berusaha memberontak untuk pulang.

Book Comment (134)

  • avatar
    OfficialMuis

    bhhuu

    21d

      0
  • avatar
    ThayneAndressa

    tô me sentindo otima

    05/08

      1
  • avatar
    SevimaifrentiSevimaifrenti

    sngt bgus

    23/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters