logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

BAB 10 ~ Salah paham

Adegan pun dimulai, perasaan Vyna semakin bercampur aduk tak menentu. Karena baru pertama kalinya ia melakukan adegan ranjang, apalagi bersama dengan aktor favoritnya.
Dan itu semua membuatnya semakin canggung dan takut jika ia nanti melakukan kesalahan.
Adegan dimulai saat Stefan dan Vyna sedang tidur pada satu tempat tidur yang sama. Saat Stefan mulai memeluk tubuh Vyna, Vyna merasa semakin merinding dan takut.
Puncaknya, saat Stefan akan mencium bibirnya tiba-tiba ia menolak adegan itu.
“Tunggu, aku nggak bisa. Aku bener-bener nggak bisa ngelakuin adegan ini. Maafin aku,” kata Vyna dengan terisak sambil melepaskan tubuhnya dari pelukan Stefan lalu ia pergi begitu saja.
Untuk menenangkan dirinya, Vyna pergi ke sebuah taman di dekat lokasi syuting tersebut. Ternyata Stefan mengikutinya, dan ia pun mendatangi Vyna untuk menghiburnya.
“Stefan, ngapain kamu kesini?” tanya Vyna dengan mengusap air matanya.
Stefan duduk disamping Vyna, “Vyna, aku tau ini semua sulit buat kamu. Aku ngerti gimana perasaan kamu sekarang. Kamu ngerasa takut?”
Vyna hanya mengangguk dan air matanya semakin deras.
“Aku sudah bilang kan tadi sama kamu, kita bisa pelan-pelan. Kita nggak akan maksain kamu kalau kamu nggak mau ada adegan kita ciuman. Tapi satu hal yang harus kamu ingat kita disini kerja, kita dibayar. Jadi apapun yang mereka suruh selama hal itu positif dan bagus buat film kita kenapa kita nggak lakuin. Itu saja yang ingin aku bicarakan sama kamu, kalau kamu ada masalah cerita saja. Aku akan dengan senang hati mendengarkan cerita kamu. Sudah jangan menangis lagi ya, ada aku disini,” ucap Stefan panjang lebar sambil mengusap air mata di pipi Vyna dan memeluknya.
“Makasih banyak ya Stef, aku seneng banget bisa punya temen seperti kamu. Makasih udah mau mengerti aku.”
“Iya sama-sama, sudah ya jangan menangis,” kata Stefan sambil mengelus punggung Vyna dan semakin mengeratkan pelukan mereka.
Pagi harinya, terbitlah sebuah majalah dengan cover bergambar Vyna dan Stefan yang sedang berpelukan. Tanpa sepengetahuan mereka ternyata ada paparazzi yang sengaja mengambil gambar mereka saat sedang berpelukan.
Berita tersebut pun segera menyebar luas, tidak hanya di Amerika saja bahkan berita tersebut telah beredar pula di London.
Sementara itu di London, Franc yang berlangganan majalah harian itupun sangat terkejut begitu ia melihat bahwa wanita yang berpelukan dengan seorang pria dalam majalah tersebut adalah Vyna, wanita yang sangat ia cintai.
“Nggak mungkin, kamu nggak mungkin tega melakukan ini ke aku kan Vyn,” ucap Franc dengan melempar majalah tersebut.
Seketika itu pula Franc langsung menghubungi Vyna untuk meminta penjelasan, apakah benar wanita yang berada dalam majalah tersebut adalah dirinya atau bukan.
“Halo kak Franc, maaf ya aku lupa lagi hubungin kamu kemarin habis syuting aku lang...”
Franc langsung memotong peekataan Vyna, “Sudahlah, nggak usah banyak basa-basi. Sebaiknya kamu jelaskan sekarang juga ke aku, benar atau nggak cewek yang berpelukan dalam majalah itu kamu,” ujar Franc menuntut jawaban Vyna.
“Berpelukan? Majalah? Kamu lagi ngomongin apa sih ini, aku bener-bener nggak ngerti sama sekali kak,” jawab Vyna dengan wajah yang bingung.
“Kamu sudah lihat majalah pagi ini?”
“Majalah? Tunggu sebentar.” Vyna berjalan menuju ruang tamu dan mengambil sebuah majalah, “Astaga! Ini... kenapa bisa ada disini.” Vyna pun merasa bingung mengapa fotonya dan Stefan ada dimajalah tersebut.
“Jadi benar itu foto kamu. Siapa lelaki itu?” tanya Franc tidak sabar menunggu jawaban Vyna.
“Tapi kak, cowok ini itu...”
“Siapa lelaki dalam foto itu!!” bentak Franc.
“Dia Stefan, lawan main aku di film ini kak,” jawab Vyna akhirnya.
“Ok, fine.” Franc langsung menutup telponnya.
“Kak Franc, halo.. kak... Seandainya aja kakak tau, kalau kejadian itu bener-bener nggak sengaja kak,” ucap Vyna getir dengan meneteskan air mata.
Saat syuting sedang berlangsung, betapa terkejutnya Vyna melihat Franc berada di hadapannya dan melihatnya sedang melakukan pengambilan adegan dengan Stefan.
Akhirnya ia pun meminta ijin untuk menyudahi syuting hari ini dan langsung pergi menemui Franc yang telah menunggunya dari tadi.
“Kak, kenapa kakak nggak bilang dulu sama aku kalau mau kesini?”
“Kalimat itukah yang diucapkan seseorang kepada kekasihnya yang sudah lama tidak bertemu?” Franc langsung memeluk Vyna dihadapan banyak orang, “Aku rindu kamu Vyna, apa kamu nggak merasakan hal yang sama?”
“Aku juga rindu sama kakak, tapi jangan disini ya,” ujar Vyna lalu melepas pelukan mereka.
“Memang kenapa? Kamu malu ya aku samperin disini.”
“Bukan gitu kak. Udah mendingan sekarang kita ke hotel aku aja ya. Kakak kan baru dateng, pasti capek kan.”
Mereka berdua pun pergi meninggalkan lokasi syuting dan menuju ke hotel tempat Vyna menginap selama di Hawaii.
Sesampainya di hotel, Franc pun langsung meminta penjelasan kepada Vyna mengenai foto-foto Vyna dan Stefan yang telah beredar luas di media masa.
“Sekarang, bisakah kamu jelaskan kepadaku tentang foto-fotomu dan Stefan yang beredar luas di media masa itu?” tanya Franc sambil meminum segelas softdrink.
“Baiklah jadi begini, waktu itu aku sedang sedih karena aku nggak bisa ngelakuin adegan ciuman sama Stefan. Terus aku pergi ke taman didekat lokasi syuting, Stefan datang untuk menghibur aku dan nggak sengaja sepertinya ada orang yang nggak bertanggung jawab mengambil gambar itu. Lalu disebar luaskan gambar-gambar itu, satu hal yang harus kakak tau aku nggak pernah sekalipun ada niat apalagi sampai selingkuh dari kakak,” jawab Vyna menjelaskan kepada Franc.
“Benar semua yang kamu ucapkan barusan?” tanya Franc memastikan.
“Iya sweety,” jawab Vyna sambil mengalungkan tangannya dileher Franc.
“Hmm… aku lega, kalau memang begitu ceritanya aku janji aku nggak akan pernah salah sangka lagi sama kamu sebelum aku tau yang sebenarnya. Maafkan aku ya sweety,” kata Franc dengan mencium kening Vyna.
“Iya nggak papa kak lain kali jangan cemburuan gitu lagi ya, aku nggak mau kamu cemburuan lagi kayak gitu,” ucap Vyna dengan cemberut.
“Itu bagus donk sweety, tandanya aku itu cinta sekali sama kamu dan aku nggak mau kalau sampai kehilangan kamu.” Franc mencubit gemas pipi Vyna.
“Aduh! Sakit tau,” erang Vyna, ia pun membalas dengan mencubit pipi Franc.
“Aww! Kok malah dicubit sih, cium aja nih,” goda Franc dengan memajukan bibirnya.
“Gak mau lah cium aja tembok sana.” Vyna menjulurkan lidahnya lalu berlari dan Franc pun mengerjarnya.
“Awas kamu ya, kakak kasih hukuman nanti.” Dengan sigap Franc menangkap Vyna, namun karena tersandung karpet mereka pun terjatuh dengan posisi Franc diatas tubuh Vyna.
Vyna dan Franc saling berpandangan, dengan perlahan saling mengikis jarak diantara mereka dan bibir mereka pun bertemu.
C U P !!!
Ini adalah ciuman pertama mereka sejak mereka menjadi sepasang kekasih. Semakin lama ciuman itu semakin dalam dan menuntut.
“Emmph...,” desah Vyna saat Franc menciumi lehernya lalu naik untuk mencium bibir Vyna lagi.
“I love you, sweety,” lirih Franc di sela ciuman mereka.
Setelah ciuman panas itu, mereka memutuskan untuk tidur bersama. Vyna tidak lagi merasa takut tidur berdua dengan Franc, ia semakin merasa aman jika Franc selalu ada disampingnya.

Book Comment (84)

  • avatar
    FaezyamahardikaEja

    aku sangat senang dengan membaca buku ini juga bisa menjadi salah satu dari mereka yang tidak bisa menjadi salah satu dari mereka yang tidak bisa menjadi salah satu dari mereka yang tidak bisa menjadi salah satu dari mereka yang tidak bisa menjadi salah satu dari mereka yang tidak bisa menjadi salah satu dari mereka yang tidak bisa menjadi salah satu dari mereka adalah orang yang tidak bisa menjadi salah satu yang tidak dapat di operasi yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah dasar n

    18d

      0
  • avatar
    Farah John

    Sangat mengkagum kan

    17/12

      0
  • avatar
    JAYA MANDIRIRIZKI

    ok ok

    15/07/2023

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters