logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 5

Argatha menyandarkan tubuhnya di papan tulis dengan kedua tangan ia masukan ke dalam saku celana.
Kedua matanya mengamati Ayana yang tengah sibuk memasukan buku ke dalam tasnya.
“Ayo pulang, Ay,” ucap Argatha.
Seketika murid yang berada di kelas melihat ke arah Argatha tajam, tidak terkecuali dengan Ayana. Gadis itu mematung sejenak.
“Gue nggak salah dengar?” tanya Aldi memastikan.
Argatha menggelengkan kepalanya, lalu berjalan mendekat ke Ayana.
Tangan dingin Argatha menyentuh jemari Ayana tanpa aba-aba dan menggenggamnya dengan erat. “Ayo kita pulang.”
“Hah? Kita?” ucap Farah yang tidak yakin dengan apa yang ia dengan barusan.
Beberapa orang di kelas benar-benar dibuat tercengang dengan sikap Argatha. Bagaimana bisa? Sosok Argatha yang cuek tiba-tiba menjadi lembut dalam waktu yang singkat, sungguh mustahil.
“Far, Di, gue sama Ayana duluan ya,” pamit Argatha pada kedua temannya yang masih bertanya-tanya.
Farah dan Aldi saling melihat satu sama lain. “Mereka akur?” tanya Farah.
“Ayana pakai dukun apa ya? Kok Argatha bisa jadi lembut gitu?” tanya Aldi.
Gaeun menggeleng-gelengkan kepalanya, takjub. Bagaimana bisa sosok dingin Argatha bisa jadi sehangat itu dengan mudah? Apakah Argatha sudah luluh dengan Ayana? Atau.. ah sudahlah.
°°°°°
Argatha berhasil mengajak Ayana untuk pulang bersamanya.
Selama diperjalanan tak henti-hentinya Argatha melihat Ayana dari spion. Gadis itu yang terus mengembangkan kedua sudut bibirnya.
“Senang banget ya pulang bareng gue?”
“Nggak. B aja.”
“Masa? Kok gue perhatiin dari tadi lo senyum terus?”
“Kata mama senyum itu ibadah, jadi kalau senyum terus kan lumayan buat nambahin pahala.”
Argatha menggelengkan kepalanya pelan sembari tersenyum kecil. Ia baru merasakan bahwa gadis itu benar-benar menggemaskan. “Nggak gitu konsepnya, Ay.”
Perlahan tangan Argatha menangkap tangan Ayana dan meletakkannya di perut.
Argatha harus menyeimbangkan konsentrasinya sekarang. Di satu sisi, Argatha menggenggam erat tangan mungil Ayana, di sisi lain, Argatha harus memegang kendali penuh atas kemudinya.
“Lepasin tangan Ayana,” gerutu Ayana.
“Pegangan,” sahut Argatha.
“Ayana bisa pegangan belakang, nggak harus pegangan sama Argatha.”
“Jangan pegangan belakang. Lo bukan GTA.”
Jlebb.
°°°°°
Ayana turun dari motor Argatha, mengembalikan helm yang sudah ia lepas beberapa detik lalu.
“Bayar,” ucap Argatha datar.
“Hah? Bayar?” tanya Ayana memastikan.
“Iya bayar, kurang dengar?”
“Argatha freelance jadi ojek online?”
“Bayar berapa? Uang Ayana tinggal sepuluh ribu,”
Kedua sudut bibir Argatha mengembang. “Gue nggak mau bayar pakai itu,” jawabnya sembari turun dari motornya.
“Terus bayar pakai apa? Ovo? Gopay? Dana? Atau transfer?” tanya Ayana polos.
Argatha menarik tangan kanan Ayana dan menggenggamnya erat.
Mulut Ayana terbuka setengah, jantungnya berdegup tidak beraturan.
Ayana dapat melihat Argatha dengan jarak yang sangat dekat. Kedua mata mereka saling menatap dengan hangat.
Ayana meneguk ludahnya. Lalu, melepaskan genggaman tangan Argatha. “Argatha kenapa natap Ayana kayak gitu?  Aneh banget,” ucap Ayana berusaha tenang. Walau ia bersusah payah menyembunyikan kegugupannya.
“Bukannya lo yang pengin kita saling menatap?”
Ayana tak menjawab, ia berusaha mengingat kejadian di kelas sebelum Argatha melontarkan kata-kata pahitnya.
“Sampai Argatha lihat ke Ayana juga, dan kita saling menatap.”
Yaps, Ayana jelas mengingat ucapannya pada Argatha.
“Udah ah, Ayana mau masuk dulu,” ucapnya salah tingkah.
Sebuah tangan menahan lengan Ayana, menghentikan langkah gadis itu.
Ayana membalikkan tubuhnya, “Kenapa lagi Argatha?”
“Besok pagi gue jemput, kita berangkat bareng,” ucap Argatha sembari mengacak-acak pucuk rambut Ayana. Kemudian berlalu menaiki motornya meninggalkan Ayana yang masih mematung.
Ayana menepuk-nepuk pipinya pelan. “Ini mimpi apa nyata ya?”

Book Comment (252)

  • avatar
    Cunda Damayanti

    keren bgt sumpa

    11d

      0
  • avatar
    EN CHo Ng

    hi thank u

    17d

      0
  • avatar
    NgegameAlfat

    ini saya yang mau bicara ya tolong cerita ini sangat menyentuh hati dan prasaan hampir sama seperti yang kisah ku

    22/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters