logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 10

Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Kini, hanya tinggal beberapa murid saja yang berada di dalam kelas.
“Mau pulang bareng nggak, Ay?” tegur Argatha sembari menggendong tas berwarna hitam miliknya.
“Nggak deh.”
Argatha terdiam sejenak. Pria itu mengerutkan keningnya. “Kenapa?”
“Lagi pengen pulang sendiri,” jawab Ayana seraya memasukkan buku ke dalam tasnya.
“Lo sehat?” Argatha menaruh telapak tangannya di kening gadis itu
“Ayana sehat kok,” jawab Ayana sembari melepaskan tangan Argatha dari keningnya.
“Mendung Ay, nanti kalau lo kehujanan gimana?”
Ayana tersenyum, “Ya kalau kehujanan pasti basah Argatha, tapi Argatha tenang aja, Ayana kalau basah nggak akan berubah jadi mermaid kok,”
Farah dan Gaeun berusaha menahan tawanya.
“Serius nih nggak mau pulang bareng gue?” tanya Argatha memastikan.
“Iya, Argatha,” jawab Ayana konsisten.
“Oke. Gue balik duluan ya, hati-hati pulangnya, kalau ada apa-apa dijalan pokoknya lo harus telpon gue.”
“Siap kapten.”
Argatha berjalan keluar kelas, meninggalkan Ayana dan Farah yang masih berada di dalam kelas.
Farah yang berada di dekat Ayana merasa aneh dengan sikap Argatha yang semakin hari berubah.
“Apa cuma gue yang merasa kalau akhir-akhir ini Argatha berubah?”
°°°°°
Sepulang sekolah Ayana tidak langsung pulang ke rumah, melainkan singgah sebentar di rumah Farah.
“Ayo masuk, “ ajak Farah.
“Iya ayo masuk, anggap aja rumah sendiri Far,” sahut Ayana.
“Ini emang rumah gue woy.”
Mereka berdua pun masuk ke rumah Farah.
“Lo langsung masuk ke kamar aja,” ucap Farah.
“Oke cantik.”
Ayana pun menuruti perkataan Farah. Ia segera masuk kedalam kamar.
Ayana dan Farah asyik bercerita tentang apa aja saja yang belum mereka ketahui satu sama lain. Apalagi sudah lama mereka tidak saling bertukar cerita. Tak ada yang berhenti berbicara, kedua terlalu asyik sampai tidak mengingat waktu.
“Udah lama deh nggak kayak gini sama Farah,” ucap Ayana.
“Iya, lo sibuk terus sama Argatha,” sahut Farah.
“Tapi gak apa-apa Ay, gue senang kalau lo senang,” tambah Farah.
“Ah Farah, jadi makin sayang  deh,” Ayana memeluk Farah dengan sangat erat.
“Sayang lo juga, Ay,” Farah tak kalah erat membalas pelukan sahabatnya itu.
Ayana melirik jam dinding berbentuk Doraemon yang berada di kamar Farah. Jam itu menunjukkan pukul delapan malam.
“Itu jamnya benar? Udah jam delapan? Perasaan baru tadi sore kesini.”
Farah mengambil ponselnya, mencoba memastikan kalau jam dindingnya tidak salah. “Benar kok, Ay. Nih liat.”
“Mangkanya lo jangan ngandelin perasaan, Ay. Perasaan tuh sering salah,” tambah Farah.
“Udah malam, Ayana pulang dulu ya, nanti takut dicariin Papa,” ucap Ayana sembari terburu-buru memakai blazernya.
“Tunggu.”
“Kenapa Farah?”
“Lo mau pulang naik apa? Supir gue udah nggak ada jam segini.”
“Naik ojek online,” jawab Ayana.
“Jangan udah malam. Gue minta Argatha aja buat nganterin lo pulang. Gue telfon Argatha dulu,” ucap Farah.
“Farah jangan.”
“Nggak apa-apa, Ay”.
“FARAH JANGAN!”
Farah tak memperdulikan Ayana, ia pun tetap melakukan panggilan ke Argatha.
“Ih, Farah, matiin!”
“Halo..”
Farah dan Ayana terdiam sejenak ketika mendengar sambungan terangkat. Suara Argatha terdengar sangat jelas.
“Argatha, lo lagi dimana?” tanya Farah basa-basi.
“Farah matiin telfonnya. Cepetan!” bisik Ayana.
Farah menggeleng.
“Rumah. Kenapa?” tanya Argatha dari seberang.
“Boleh minta tolong nggak?”
“Tolong apa, Far?”
Farah menarik napasnya sejenak. Ia merasa sedikit gugup berbicara dengan Argatha melalui telfon.
“Ayana ada dirumah gue sekarang, dia mau pulang, ini kan udah malam ya, lo mau nggak nganterin dia pulang?”
“Argatha pasti nggak mau,” bisik Ayana.
Tak ada jawaban dari Argatha beberapa detik.
“Argatha?” panggil Farah.
“Oke. Gue otw sekarang.”
Mulut Farah dan Ayana langsung terbuka lebar, mereka berdua tidak menyangka dengan jawaban Argatha. Pria itu mengiyakan ucapan Farah tanpa berpikir panjang.
“Lo serius mau kerumah gue? Mau nganterin Ayana pulang?” tanya Farah memastikan.
“Iya, cepat lo sharelocation.”
“Oke Ga,”  sambungan langsung diputus oleh Farah.
“Argatha beneran berubah Ay, gila dia mau kerumah gue cuma pengen nganterin lo pulang,” ucap Farah takjub.
“Kok bisa ya Argatha jadi kayak gitu?”
Ayana tersenyum malu.
“Apa jangan-jangan Argatha ada rasa sama lo, Ay?” tebak Farah.
“Ih, Farah jangan bikin Ayana geer deh,” ucap Ayana.
Farah tersenyum penuh makna. “Cie.. cie.. mulai ada lampu ijo nih,” ledek Farah.
“Apa sih lampu ijo? Emang perempatan?” sahut Ayana malu-malu.
°°°°°
Ponsel Ayana berdering, ada panggilan masuk dari Argatha. Ia buru-buru mengambil tasnya.
“Gue pulang ya, Far.”
“Argatha udah datang?” tanya Farah.
“Argatha udah di depan,” ucap Ayana langsung berlari keluar rumah Farah, meninggalkan Farah sendirian di kamar.
Ayana keluar dengan salah tingkah.
“Maaf, Ayana ngerepotin,” ucap Ayana pelan.
Argatha tersenyum kecil. “Nggak kok.”
“Serius?”
“Iya, Ay.”
Ayana mengembangkan kedua sudut bibirnya.
°°°°°
If I had to live my life without you near me
The days would all be empty
The nights would seem so long, with you I see forever
Oh, so clearly, I might have been in love before
But it never felt this strong
Our dreams are young and we both know
They’ll take us where we want to go
Hold me now
Touch me now
I don’t want to live without you
Nothing’s gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I’ll never ask for more than your love
Nothing’s gonna change my love for you
You ought to know by know how much I love you
The world may change my whole life through but
Nothing’s gonna change my love for you
Argatha memejamkan matanya sembari mendengarkan lagu di kamarnya.
Krek!
“Kayaknya ada yang lagi jatuh cinta nih,” ucap Echa yang berdiri di tengah pintu.
Argatha membuka matanya, menatap kakak perempuannya itu dengan tajam. “Kalau masuk kamar orang tuh ketuk pintu dulu.”
“Emang lo orang?” goda Echa.
“Ma, Argatha lagi falling in love nih,” teriak Echa seraya menggoda Argatha.
 
“Sana keluar, mengganggu aja lo.”
“Galak amat sih lo. Gimana lo mau punya pacar kalau lo kayak gini?”
“Emang gue kenapa?” tanya Argatha.
“Cuek, dingin, nggak ada perhatiannya sama cewek. Nggak bakal ada cewek yang suka sama lo,” jawab Echa.
“Ada kok,” jawab Argatha tenang.
Echa berjalan mendekat ke arah Argatha. Lalu duduk di pinggir tempat tidur. “Sumpah ya Ga, gue nggak tau harus percaya atau nggak sama omongan lo barusan. Tapi, kalau beneran ada cewek yang suka sama lo, kok bisa ya? Apa dia kuat ngadepin cowok kayak lo?”
“Asal lo tau aja Kak, cewek tuh banyak yang mau sama gue,” ucap Argatha sombong.
“Masa? Mana buktinya? Lo aja nggak punya pacar.”
“Nanti kalau gue bawa pacar kerumah, kelar hidup lo!”
°°°°°
Argatha terbangun pukul 02.00 dini hari. Tangannya mengambil ponsel yang berada di bawah bantal. Ia melihat ada beberapa chat yang masuk.
Ayana R Udara: Argatha makasih ya..
Ayana R Udara: Argatha udah tidur ya?
Ayana R Udara: Yaudah deh, good night.
Perlahan kedua sudut bibir Argatha mengembang sedikit. Tanpa ragu ia membalas chat dari gadis itu.
Argatha Bumi Y: Good night too.

Book Comment (252)

  • avatar
    Cunda Damayanti

    keren bgt sumpa

    11d

      0
  • avatar
    EN CHo Ng

    hi thank u

    17d

      0
  • avatar
    NgegameAlfat

    ini saya yang mau bicara ya tolong cerita ini sangat menyentuh hati dan prasaan hampir sama seperti yang kisah ku

    22/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters