logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 17

Assalamualaikum Kakak semua pecinta cerbung ini. Mohon maaf, ya, dikarenakan suatu hal hari ini, Mamak jadi batal update 4 bab. Sedih sih nggak bisa nepati janji.
InsyaAllah Mamak akan ganti secepatnya, ya.
Ini otak masih ngeblank soalnya. Jujur aja cerita ini ngalir gitu aja tanpa nyimpen stok naskah hehe.
So, maafin Mamak, ya. Mamak hanya manusia yang tak luput dari salah.
Yuk, nikmati.
ANAKKU MENJADI SAKSI MATA PERSELINGKUHAN SUAMIKU
BAB 17
Setelah Rosa masuk ke dalam kamar. Aku pun bergegas masuk ke dalam kamarku. Kulihat Mas Frengky sudah terlelap. Untuk memastikannya, aku sengaja mengubah posisi tidurnya. Menggerakkan beberapa anggota tubuhnya, dan membuka paksa kelopak matanya. Namun, Mas Frengky benar-benar sudah pulas.
Kubuka ponselku, dengan cekatan aku masuk ke dalam aplikasi pengintai CCTV. Sasaran pertama yang kulihat, yakni kamar Rosa.
Meskipun yang terekam kurang pencahayaan. Tapi aku bisa melihat dengan jelas sosok tubuh Rosa. Ia begitu lihai menyapu wajahnya dengan berbagai skincare di depan cermin. Entahlah skincare apa itu, aku tak seberapa jelas mengamatinya.
Setelahnya Rosa beranjak berdiri dan membuka lemari plastik bersusun lima, ia mengambil pakaian yang masih rapi terbungkus dalam plastik transparan.
Rosa merentangkan bajunya, menghadap ke cermin.
Mataku membulat melihat pakaian dinas untuk istri yang bertugas memuaskan suami.
Satu set pakaian mini ala tentara, dengan rok span yang hanya sebatas pangkal paha. Atasan yang hanya menyerupai cup dalaman bermotif doreng. Tak lupa topi yang hanya berbentuk slayer dan stoking jaring sepaha.
Aku menggeleng tak percaya, dari mana dia dapat pakaian haram seperti itu?
Aku saja yang sah sebagai istri tak pernah mempunyai pakaian 'aneh bermotif' seperti itu.
Palingan hanya beberapa helai lingerie terawang, itupun tak se seronok seperti di film-film fantasi.
Rosa mematut dirinya di depan cermin, kini dia sudah siap memakai pakaian itu lengkap beserta aksesoris lainnya.
Ia menyapukan lipstik dan mengatupkan bibir atas dengan bibir bawahnya. Lalu tersenyum sambil berputar-putar.
Wah, aku beneran tak menyangka Rosa yang kukira gadis polos dan lugu bisa seliar itu.
Pantas Mas Frengky kepincut padanya.
Ternyata syarat menjadi pelakor tak butuh cantik atau baik. Cukup menjadi liar dan menantang itu saja sudah menjadi kunci utamanya untuk menggaet pria.
Rosa duduk di tepi ranjang, matanya serius menatap ponsel.
Berkali-kali dia melihat ke arah pintu, lalu berdecak dan kembali menatap ponselnya.
Aku jadi ingin tertawa, enaknya aku kerjain aja sekalian.
Aku mencari ponsel Mas Frengky. Ada di atas nakas dalam kondisi mati.
Entah kenapa firasat ku mengatakan Rosa bukan menghubungi Mas Frengky di ponsel tersebut.
Aku mencoba kembali merogoh celana Mas Frengky, tak kutemukan benda yang kucari.
Setelah menggeledah semua bagian tubuh Mas Frengky, aku tak kunjung juga menemukan benda pipih tersebut.
Ah ... mungkin saja benda itu berada di dalam tas kerja Mas Frengky.
Aku membuka tas kerja tersebut, hanya berisi beberapa helai pakaian, powerbank, charger dan dompet peralatan mandi.
Ke mana dia menyembunyikan ponsel gandanya?
Aku terus mengubek isi tas Mas Frengky sambil terus mengawasi layar ponselku yang menampilkan Rosa sedang dilanda kecemasan.
Dompet berbentuk persegi panjang yang kutahu berisi peralatan mandi tersebut menarik perhatianku. Bukan karena bentuknya, namun sepertinya ada sesuatu yang menyuruhku membuka dan melihat isi di dalamnya.
Dompet itu memang tak pernah ketinggalan, dompet berbahan kain dengan warna hitam polos tersebut lebih mirip disebut pouch. Di sana berisi sabun, sampo, pasta gigi dan parfum milik Mas Frengky.
Mas Frengky memang terbiasa menggunakan peralatan mandi pribadi, ia tak ingin menggunakan milik orang lain. Meskipun itu dari fasilitas hotel maupun tempat penginapan. Ia lebih suka membawa peralatan pribadinya ke mana-mana. Menurutku itu sangat ribet, melebihi wanita yang bingung membawa alat tempur make up nya jika bepergian.
Kuambil benda tersebut, hmm ... lumayan berat.
Kubuka isinya dan tercengang aku dibuatnya.
Sebuah ponsel berwarna grey dengan tipe satu tingkat di bawah ponsel Mas Frengky ini berhasil kutemukan.
Aku bergegas melihat layar ponsel yang berkedip-kedip.
Tertera nama dengan inisial R sedang memanggil.
Pantas saja tak kudengar notifikasinya, rupanya ponsel tersebut sudah diatur dalam mode senyap.
Aku membiarkan pemanggil dengan inisial bernama R terus menghubungi nomor di ponsel ini.
Hingga beberapa detik kemudian, ponsel tersebut tak lagi berkedip.
Aku membuka dan memeriksa isinya.
Hanya ada satu percakapan di aplikasi WhatsApp bersama si inisial R.
Tentu saja aku tahu dia Rosa, siapa lagi memangnya.
Aku membaca beberapa pesan yang masuk dari Rosa. Rupanya wanita ular itu sudah mengirimkan pesan berisi rayuan gombal dan menawarkan kenikmatan surga dunia.
Aku geser ke atas, tak ada riwayat percakapan apa pun lagi.
Rupanya Mas Frengky cukup pintar, ia sudah menghapus semua pesannya dengan gundik rendahan.
Beberapa detik kemudian, masuk satu pesan lagi dari Rosa.
Dadaku bergemuruh hebat saat membacanya.
[Sayang, jadi di tempat biasa? Kamu online tapi nggak angkat teleponku, sih? Kamu mau ngegoda aku, ya?😋]
begitu isi pesan yang dikirimkan barusan.
Cih ... dasar tak tahu malu.
Aku segera membalasnya.
[Sabar, dong. Jadi di mana, nih?😋]
balasku memancingnya.
[Tumben ih chatnya pake emoticon. Ganjen nih, ya. Aku tunggu di atas, ya. Nggak enak di bawah, ada tante-tante lagi bobok. Khawatir nanti terganggu tidurnya karena suara desahan kita😁]
balasnya membuat keningku berkerut.
Siapa yang dia maksud tante-tante? Aku? Jarak usianya denganku saja tak jauh berbeda. Mengapa dia menyebutku tante-tante?
[Tante siapa? Nunggu di atas lantai 2 ya?]
balasku dengan segera, aku tak ingin Rosa curiga karena menunggu terlalu lama.
[Iya istrimu. Kan kamu bilang badannya udah kendor macam tante-tante member senam di lapangan kampung. Tumben banget sih, Sayang, kok kamu betah bales chat aku? Biasanya lebih suka telefon atau menemui ku langsung]
Sial*n
Dia mengejekku seperti tante-tante di lapangan. Wajar aja, sih. Meskipun aku melakukan serangkaian perawatan mahal pun, tetap meninggalkan jejak jika aku seorang ibu yang sudah pernah melahirkan dua orang anak.
Mana bisa dia membandingkanku dengan seorang gadis?
Dasar edan!
[Gimana, Mas? Aku meluncur, nih! Tante sudah pulas belum? Kok kamu masih betah aja ngejogrok di sana🤬]
Rosa menyerangku dengan pertanyaan lagi, padahal chatnya yang tadi belum sempat kubalas.
Oh ... perlu diberi pelajaran halus dulu, nih, anak!
[Oke, tunggu di sana. Aku meluncur lima menit lagi]
balasku cepat.
[Oke, aku tunggu. Jangan lama-lama, keburu merah sama nyamuk, nih. Bukan merah karena gigitan manjamu! 😆]
Aku mengelus dada dengan mengucapkan istighfar.
Tanpa pikir panjang aku bergegas merekam semua percakapan tersebut menggunakan ponselku. Sengaja aku membuat video sedang merekam percakapan dengan menunjukkan ponsel kedua Mas Frengky. Dengan begitu, ini akan menjadi bukti pendukung ku nanti.
Setelah selesai, aku menghapus semua percakapan barusan. Lalu mengembalikan ponsel Mas Frengky ke tempat semula.
Kembali kubuka aplikasi pengintai melalui ponselku.
Terlihat Rosa keluar dari kamar dengan memakai jaket tipis.
Ia beranjak menaiki tangga, menuju ke lantai dua.
Oh ... rupanya mereka sering juga melakukan di atas.
Apa di kamar tamu kah?
Atau di dapur, ruang tengah, bahkan di wahana bermain milik Cahaya?
Karena pikiran kacau, membuatku berpikir hal yang tidak-tidak.
Sepuluh menit berlalu, sengaja ponsel Mas Frengky tadi kumatikan sebelum mengembalikannya ke tempat semula, agar Rosa tak bisa menghubunginya.
Tanganku beralih mengusap layar ke arah kanan, menampilkan sorotan ruang tengah.
Rosa sudah tidak ada di sana.
Apa mungkin dia masuk ke dalam kamar tamu?
Ah ... si@l!
Aku tak memberi jangkauan CCTV di dalam kamar tamu.
Eh, tapi tunggu.
Layar di paling bawah menarik perhatianku.
Aku memperbesar layar yang menampilkan kegelapan. Ada sedikit pantulan cahaya dari lampu taman.
Sosok itu berdiri sambil berjalan mondar-mandir.
Ah ... Rosa ada di sana rupanya. Bukan di dalam kamar tamu seperti tebakanku.
Rosa mengambil tempat duduk di taman, berulangkali ia terlihat memukul dan mengusap pipinya.
Mungkin saja sudah terserang gigitan nyamuk.
Aku berniat menyusulnya ke atas.
Tak lupa sembari membawa sebotol teh kemasan.
Kubuka tutup botol dan ku masuk kan obat pencahar yang pernah kumiliki dulu untuk diet ketat.
Obat itu termasuk obat keras, harus sesuai dengan resep dokter.
Tentu saja aku asal-asalan memasukkan tiga butir ke dalam minuman teh kemasan botol tersebut.
Aku menaiki tangga dengan perlahan, berusaha tak menimbulkan suara.
Setelah hampir sampai, aku menyalakan lampu ruangan tempat bermain milik Cahaya.
Seketika teras taman pun ikut tersorot dan menjadi sedikit lebih terang.
Rosa terlonjak melihatku berdiri di dekatnya. Bahkan jarak di antara kami tak sampai dua meter.
Rosa menggigit bibirnya dengan keras, hingga terlihat berwarna putih di sekitar bibir bawahnya.
Aku hanya memasang ekspresi datar.
"Loh, Rosa? Ngapain kamu di sini? Sudah malam, loh. Kok kamu bisa ada di sini, sendirian lagi!" ujarku sembari menghampirinya.
Reflek Rosa berjalan sedikit mundur ke belakang. Wajahnya takut-takut menatapku.
"Iya ... eh, Mbak Nayla. Belum tidur, Mbak?" tanyanya tergagap. Ia ketakutan dan tampak gelisah seperti orang yang melihat hantu.
"Belum ngantuk, nih. Iseng aja aku ke sini. Hawanya seger di sini, aku pengen relaks sejenak. Kamu ngapain di sini?" tanyaku sekali lagi.
Kali ini aku mendekat ke arahnya, bahkan jarak kami pun kurang dari satu meter.
Bisa kulihat dia sedikit menggigil, mungkin saja kedinginan, atau sedang merasakan kecemasan yang berlebihan.
"Eh ... sa–sama, Mbak. Aku juga belum ngantuk," ujarnya tak berani menatapku.
Rosa hanya menunduk.
"Yuk, kita duduk di sana. Temani aku ngobrol," ajakku sembari melewati tubuhnya.
Dengan sedikit tekanan kusenggol bahunya hingga Rosa sedikit terhuyung ke samping.
Rosa masih saja bergeming, ia seperti bingung hendak melakukan apa.
Ku lirik sekilas, Rosa sedang merapatkan jaketnya. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku jaket.
Ah ... Rosa yang malang, apa kamu kedinginan?
Mari kita ngobrol dan bersantai sejenak!
*****
Maaf banget Mamak telat update huhu :(
Nggak ada maksud ngePHP kalian, suer✌🏻
Janji bakal ditepati secepatnya! 🥳

Book Comment (137)

  • avatar
    NuorthetaAnnissa

    bagus ceritanya ditunggu kelanjutannya ceritanya 🤗

    17/12/2021

      0
  • avatar
    AnaDesy

    baik sekali

    31/07

      0
  • avatar
    ryapantunpakpahan

    baguss bgtttt

    22/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters