logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

21. UKS

Selamat membaca!!
~~~
"Apa tidak apa-apa kita tidak memberitahu orangtuamu tentang kejadian tadi?" Anggasta mulai berbicara saat mereka sudah berada didepan rumah Renata.
Setelah beberapa Jam Renata mendapatan perawatan, dia akhirnya sudah diijinkan untuk pulang. Sopia juga sempat menengoknya dan menyuruh Anggasta untuk mengantarkan pulang Renata.
Anggasta menoleh pada Renata yang masih menatap lurus lengan kiri yang terbalut perban.
Gadis itu rupanya tidak menyadari jika dia sudah berada didepan rumahnya, dia juga tidak mendengarkan ucapan Anggasta.
"Semuanya akan baik-baik saja." Anggasta menyentuh lembut lengan Renata.
Renata menoleh dan menatap Anggasta yang juga tengah menatapnya lembut.
"Aku hanya takut jika nanti akan terjadi sesuatu yang lebih buruk dari ini." mata gadis itu mulai berkaca-kaca.
Dia benar-benar sudah tidak bisa menahan semua traumanya, ini benar-benar buruk untuknya.
Apa mungkin mati menjadi solusi terbaik untuknya?
Anggasta mengelus lembut tangan yang masih dia genggam dan berusaha untuk membuat Renata tidak menangis. "Itu semua tidak akan terjadi lagi, kali ini aku berjanji untuk selalu melindungimu. Apa kamu percaya dengan ucapanku?"
Renata hanya diam menunduk, dia tidak sanggup untuk menjawab atau sekadar menatap Anggasta, dia sungguh malu pada dirinya sendiri.
Renata mengusap lembut pipinya untuk menghapus air mata yang baru saja terjatuh. "Terimakasih untuk hari ini, maaf merepotkan. Aku turun." setelah mengucapkan itu Renata langsung turun dari mobil Anggasta dan berjalan masuk kedalam rumah.
Anggasta hanya bisa menatap kepergian gadis itu.
"Kali ini aku sungguh akan melindungimu."
~~~
Setelah acara festival selesai dilaksanakan, seluruh siswa sudah biasa kembali masuk dalam pelajaran.
Kali ini siswa kelas 12 akan segera melangsungkan ujian akhir semester, semua orang sibuk dengan tugas dan pelajaran masing-masing.
Hari ini juga Renata sudah biasa masuk kedalam kelas, meskpun dia masih merasa takut dengan hal yang sudah terjadi beberapa hari ini.
Anggasta juga lebih sering melintasi kelas Renata, meskipun tidak secara terang-terangan dia memperhatika Renata. Tapi gadis itu menyadari jika Anggasta selalu mengawasi dan berada disekitarnya.
Untuk masalah Pria itu, dia sudah dikeluarkan dari sekolah dan mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya, meskipun sampai saat ini Renata tidak mengetahui nama pria itu, tapi dia sudah merasa lebih aman. Dan mengenai video yang telah dia rekam, Anggasta juga sudah membereskannya.
Menurut Baim, Pria itu mengidap gangguan yang lumayan serius dia seperti tidak pernah memiliki seorang teman dan juga memiliki obsesi yang tinggi.
"Kali ini apa kita akan pergi ke kantin?" Andini duduk depannya.
Renata hanya tersenyum samar saat gadis didepannya menatap dirinya dengan wajah memelas.
Setelah kejadian itu, Andini menjadi semakin dekat dengan dirinya. Dia selalu mengikuti kemanapun Renata pergi.
"Baiklah, kita pergi setelah istirahat." Renata menyetujui ajakan Andini untuk pertama kalinya.
Andini terlihat senang dengan jawaban yang diberikan Renata. "Oke."
Gadis itu kembali duduk dimejanya. Renata juga kembali membaca buku sebelum bel pergantian pelajaran berbunyi.
"Renata...,"
Gadis itu langsung menoleh begitu namanya dipanggil oleh Bima.
"Kepala sekolah menyuruhmu untuk datang keruangannya." ucap Bima yang sudah berdiri disampingnya.
Renata hanya mengangguk sebagai jawaban, sifatnya sudah kembali seperti semula. Setelah kejadian, Renata merasa perubahan perilaku terhadap dirinya sangat mempengaruhi semuanya.
Dia mulai membatasi dirinya kembali dan hanya bicara seperlunya saja.
Meskipun sikap yang dia tunjukan berbeda dengan sikap yang dia tunjukan pada Andini, karena menurutnya Andini bukanlah orang yang harus dia hindari.
Renata menutup buku miliknya dan bergegas keluar dari kelas menuju ruang kepala sekolah.
"Apa hari ini sudah lebih baik?"
Renata langsung menoleh kaget saat seseorang berbicara tepat disampingnya.
Pria itu langsung tersenyum saat mendapati wajah kaget Renata.
"Apa segitu kagetnya aku berbicara?" tanyanya.
Renata hanya bisa membuang nafas pelan saat Anggasta tengah menertawan wajah kaget dirinya.
"Aku harus pergi."
"Mau kemana?" tanyanya.
"Aku harus pergi keruang kepala sekolah."
"Tidal usah, aku yang menyuruh Bima untuk mengatakan itu padamu, Kepala sekolah tidak menyuruhmu untuk keruangannya."
Renata hanya bisa menatap kesal pada Anggasta, bisa-bisanya dia berbohong pada dirinya. "Kenapa melakukan itu, aku harus belajar." ucapnya kesal.
Anggasta mengucap belakang lehernya pelan. "Aku tidak memiliki alasan lain untuk memanggilmu."
Renata terdiam, dia tiba-tiba tidak bisa berkata apapun lagi.
"Ayo." ajaknya.
"Kemana? Aku harus segera kembali." tanya Renata heran.
"Hanya sebentar." Anggasta menyeret pelan lengan gadis itu untuk ikut bersamanya.
Mereka berhenti disebuah ruangan yang membuat Renata menyerit heran. "Apa kau sakit?" tanyanya.
Anggasta membawa Renata masuk kedalam UKS, dia kemudian menyuruh Renata untuk duduk dikursi dan dirinya mengambil beberapa kain kasa dan juga obat antispetik.
"Aku tau, lukamu belum dibersihkan bukan? Kain kasa yang kamu pakai masih sama dengan kain yang waktu itu dirumah sakit."
Renata hanya diam saat Anggasta mulai berbicara mengenai lukanya. Memang benar jika dirinya belum mengganti kain kasa yang masih melekat dipergelangan tangannya.
"Seharusnya ini harus dibersihan agar lukamu cepat sembuh dan tidak meninggalkan bekas." Anggasta duduk didepan Renata dan mulai membuka kain yang menepel dilengan gadis itu.
Renata langsung menarik pelan tangannya saat Anggasta sudah hampir selesai membukanya. "Aku bisa membersihkan sendiri nanti, aku harus segera kembali kedalam kelas."
Anggasta terlihat sedikit terkejut saat Renata menarik tangannya, "apa kamu takut aku terkejut dengan lukamu?" tanya Anggasta.
Tebakan Anggasta sangat tepat Renata hanya tidak mau jika Anggasta mengetahui banyaknya bekas luka ditangannya, dia takut jika Anggasta terkejut dan mulai menjauhi dirinya.
Tidak mendapat jawaban apapun dari Renata, Anggasta terseyum samar dan menatap Renata. "Aku tidak akan terkejut atau menjauh darimu, aku sudah berjanji untuk menjagamu bukan?!"
Anggasta kembali membuka kasa dan kali ini Renata hanya diam sambil menatap luka yang sudah beberapa hari ini belum dibersihkan.
"Lihat, jika dalam beberapa hari lagi kamu tidak menggantinya, lukamu akan semakin parah. Apa ini tidak sakit?"
Renata hanya menggeleng pelan sebagai jawaban. Anggasta kembali menatap Renata dia hanya diam tanpa bersuara hingga beberapa menit dia kembali menatap luka Renata, "kau sudah melalui banyak hal menyakitlan sendiri." setelah itu dia mulai membersihkan luka dan kembali membalut dengan kain kasa baru.
Benar. Kata yang diucapak Anggasata sangatlah benar sudah 12 tahun ini dia sudah banyak mengalami hal menyakitkan, dia harus menanggung semuanya sendiri.
Semua orang yang dekat dengannya harus terpaksa dia tinggalkan demi menyembunyikan semuanya. Dia benar-benar selalu dalam kondisi yang tidak baik.
***

Book Comment (138)

  • avatar
    SariLinda

    bagus banget ini

    03/08

      0
  • avatar
    WijayaAngga

    Bagus ka, ada lanjutannya ga? atau cerita yang 11 12 ma ini bagus banget soalnya

    23/07

      0
  • avatar
    Abima aKeynan

    bgs

    11/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters