logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

19. Dalam keadaan ini

Selamat membaca!!
~~~
"Bukankah Renata sangat cantik saat menggunakan gaun seperti itu?" Erik berbicara pada Anggasta yang masih sangat sibuk mengurus semua acara festival.
Anggasta hanya terus menghiraukan ucapan Erik. Dia selalu saja mengoceh tidak jelas, bahkan saat dirinya tengah sibuk pun Erik terus-terusan mengganggu dirinya.
"Jangan sampai menyesal jika Renata diambil orang." goda Erik lagi.
Anggasta hanya bisa membuang nafas kesal. "Bisakah tidak selalu mengoceh? Aku pusing dengan suaramu, lebih baik urus urusanmu sendiri." kesalnya.
Erik berdecih kesal karena tingkah sahabatnya ini, sudah sangat jelas jika Anggasta menyukai Renata tapi dia malah bersikap acuh didepannya dan berusaha untuk tidak peduli dengan itu semua.
Lihat saja nanti, jika Renata sudah memiliki seorang pacar dia pasti akan menyesal karena terlambat mengungkapkannya.
"Gasta...," Dari arah jauh Bima sudah berteriak memanggil Anggasta.
Anggasta langsung menoleh. "Ada apa?" tanyanya.
Baim masih berusaha untuk mengatur nafasnya. "Renata tidak ada." ucapnya.
Mendengar itu Anggasta langsung terlihat sangat panik, dia takut terjadi sesuatu pada Renata seperti waktu itu. Ini tidak boleh terjadi, jika hari ini dia terlambat menemukannya kemungkinan terburuk yang akan terjadi adalah nyawa Renata sedang dalam bahaya.
"Apa yang terjadi?" Anggasta sudah tidak bisa menyembunyikan rasa panik dalam dirinnya, dia benar-benar takut terjadi sesuatu yang buruk pada Renata.
"Aku menyuruhnya untuk beristirahat sebentar dan aku sibuk mengurus stan, awalnya aku masih melihat Renata didepan, tapi setelah aku melihatnya kembali dia sudah tidak ada. Aku pikir dia pergi ketoilet dan kami semua memutuskan untuk menunggunya, tapi sudah sekitar 30 menit dia tidak kembali, kami sudah mencarinya kemana-mana dan dia tidak ada." jelas Bima.
"Apa kamu tidak bisa mengatur semua anggota kelasmu dengan benar hah? Jika terjadi sesuatu dengannya, apa yang akan kalian lakukan?!" tanpa sadar Anggasta berbicara dengan nada tinggi dan terkesan membentak. Dia benar-benar panik saat ini.
Erik yang saat itu ada disana juga terlihat sedikit terkejut dengan reaksi berlebihan Anggasta. Dia pikir Renata bukan seorang anak kecil yang harus terus diawasi, mungkin saja kan dia memilki kesibukan sendiri dan akhirnya memilih pergi.
"Kenapa membentaknya. Ayolah Renata bukan seorang anak kecil. Apa kalian sudah mebghubunginya?" Erik berusaha untuk tidak membuat situasi memanas.
Baim mengangguk. "Aku sudah mencobanya tapi ponsel Renata ada didalam tasnya."
Anggasta hanya bisa membuang nafas kasar. "Aku akan mencarinya, kalian tetaplah disini, Erik aturkan semua tugasku dan ambil alih semua acara festival ini." perintah Anggasta.
Erik hanya bisa mengangguk patuh saat Anggasta memberika perintah.
Setelah mengucapkan itu Anggasta segera pergi untuk mencari keberadaan Renata. Dia mulai mencari kedalam toilet wanita dan berkeliling ke seluruh sekolah, namun dia tidak menemukan keberadaan Renata.
Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan Renata, aku benar-benar khawatir.
Anggasta melanjutkan pencarian untuk menemukan Renata, tidak peduli dengan rasa lelahnya saat ini yang terpenting dia harus menemukannya.
~~~
"Berhentilah menangis!! Tidak ada orang yang akan menyelamatkanmu, mereka semua sibuk mengurus acara festival itu," Pria itu jongkok menghadap kearah Renata yang masih menangis ketakutan.
"Sungguh menyedihkan. Baiklah kita buat penawaran saja, aku memberimu kesempatan untuk menebus rasa sakitku. Bagaimana jika kamu memberiku sejumlah uang? Aku dengar orangtuamu sangat kaya, maka berilah aku sedikit."
Renata masih diam tidak menjawab ucapan Pria yang ada dihadapannya saat ini. Dia benar-benar takut, potongan-potingan kejadian 12 tahun mulai teringat kembali dikepalanya.
Dia sudah tidak bisa mengendalikan dirinya. Renata memberontak sangat kecang, dia menjerit tidak karuan. Pria itu sangat kaget dengan perilaku Renata, dia berdiri memegang tubuh gadis itu.
"Apa yang sedang kamu lakukan!! Berhentilah menjerit!!" Pria itu membentak Renata, jika gadis ini terus-terusan berteriak maka dia akan ketahuan oleh orang lain.
"AKU MOHON LEPASKAN AKU!!! AYAH IBU TOLONG AKU!!JANGAN PUKUL AKU." Renata menjerit menahan rasa sakit akibat ingatan itu kembali muncul.
Kepribadian itu sudah muncul ditubuh Renata, dia sudah tidak bisa mengendalikannya.
Pria itu panik. "Aku bilang berhenti!!"
Plakkk
Satu tamparan telak dia layangan pada pipi mulus Renata hingga meninggalkan bekas kemerahan.
Dia juga sedikit kaget dengan tindakannya, dia hanya takut, bukan ini maksud dari rencananya, dia hanya ingin Renata meminta maaf padanya jika Renata menolak maka dia ingin memeras gadis itu.
"Jangan sakiti aku. PAMAN!!!"
Pria itu menyerit bingung, apa yang salah dengan gadis ini. Kenala dia menyebut dirinya Paman.
"Apa yang kamu maks-"
Brakkk
"RENATA!!" seseorang membuka paska pintu gedung kosong yang dimana Renata tengah disekap oleh pria yang tidak dia kenali itu.
Dia berlari menghampiri Renata, gadis itu masih menjerit dan meminta tolong. Dia benar-benar dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
"Renata, ini aku Anggasta. Aku mohon kendalikan dirimu." Anggasta berusaha untuk membuat Renata tenang, tapi pandangannya langsung beralih pada pipi dan lengan gadis itu, ada bercak darah yang keluar dari kain kasa yang dia gunakan untuk menutupi lengannya.
Terlihat jelas ada rasa marah dalam dirinya, dia telah menyakiti Renata. Anggasta berdiri dan berbalik menatap tajam pria yang kini tengah berdiri ketakutan.
"Apa yang kamu lakukan padanya?" marah Anggasta.
"A-ku tidak melakukan apapun padanya." ucap pria itu.
Bughh
Anggasta meninju pria itu sampai dia tersungkur, dia sangat marah padanya. Melihat kondisi Renata sudah seperti itu pasti dia sudah melakukan kekerasan padanya.
Anggasta menarik kerah pria itu."Aku tidak akan pernah mengampunimu jika terjadi sesuatu pada Renata."
Bugh!!
Setelah tinjuan terakhirnya, dia melepaskan pria itu dan kembali menghampiri Renata.
"Renata...,"
"Aku mohon Paman!! Jangan sakiti aku." tangis gadis itu.
Anggasta memang tidak mengerti dengan ucapan gadis itu, tapi dia paham mungkin itu adalah salah satu penyebab Renata mengalami trauma hebat.
Tanpa sadar Anggasta sudah memeluk erat tubuh gadis itu, dia sungguh tidak tega melihatnya seperti ini.
Entah kenapa ada perasaan marah dan kesal dalam diri Anggasta, ingin sekali dia menghajar orang yang telah membawa trauma pada gadis ini.
"Tenanglah, aku sudah ada untukmu." Anggasta menepuk pelan punggung gadis itu untuk membuatnya tenang.
Renata langsung pingsan dalam pelukan Anggasta.
***

Book Comment (138)

  • avatar
    SariLinda

    bagus banget ini

    03/08

      0
  • avatar
    WijayaAngga

    Bagus ka, ada lanjutannya ga? atau cerita yang 11 12 ma ini bagus banget soalnya

    23/07

      0
  • avatar
    Abima aKeynan

    bgs

    11/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters