logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 10 Pekerjaan Baru

"Baik Mbak saya akan kesana." kata Bu Siti.
Fatma dan Ulum mengantar Bu Siti kerumah sakit yang disebutkan. Benar disana terlihat Pak Warto terbaring sakit diatas ranjang.
"Dengan keluarga Pak Warto?" tanya seorang perawat.
"Iya sa istrinya," jawab Bu Siti.
"Mari ikut saya menemui Dokter." kata Perawat.
"Ayo Fat temanin Ibu!" ajak Bu Siti. Fatma pun menemani Bi Siti keruagan Dokter. Sedangkan Ulum menunggu didepan ruangan Pak Warto.
Sesampainya diruangan dokter, mereka duduk.
"Keluarga Pak Warto ya?" tanya Dokter.
"Iya pak saya istrinya," jawab Bi Siti.
"Begini Bu Pak Warto akan lumpuh karena kakinya mengalami benturan yang sangat keras." tutur Dokter.
"Apa lumpuh dok?" tanya Fatma.
"Iya Mbak, kami berharap keluargamu memberikan Pak Warto dukungan dan semangat agar bisa menerima kenyataan." kata Dokter.
"Baik dok," kata Bu Siti.
Mereka lalu keluar dari ruangan Dokter tersebut.
"Mas Bapak lumpuh," kata Fatma pada Ulum saat mereka duduk dibangku.
"Parah juga ya dek, kamu yang sabar ta." kata Ulum.
"Kalian pulang saja, besok kan Ulum harus kerja." kata Bu Siti.
"Ibu nggak apa-apa disini sendiri?" tanya Fatma.
"Nggak apa-apa kalian pulang saja." kata Bu Siti meyakinkan Fatma.
Akhirnya Fatma dan Ulum pulang kerumah karena sudah malam.
"Kasihan Bapak ya dek," kata Ulum.
"Lebih kasihan lagi Ibu, udah dihianatin masih direpotkan pas Bapak nggak berdaya." kata Fatma.
"Benar juga sih," kata Ulum menyetujui ucapan istrinya.
Sesampainya dirumah mereka istirahat, Fatma tidak kunjung bisa tidur dia mengkhawatirkan Bu Siti.
"Udah malam dek, ayo tidur!" ajak Ulum.
"Aku khawatir sama Ibu mas." jawab fatma.
"Besok Mas antar kamu ke rumah sakit." kata Ulum.
"Tidak mas, mas Ulum berangkat kerja aja. Aku bisa kesana sendiri mas." kata Fatma.
"Ya sudah kamu sekarang tidur saja." kata Ulum.
Akhirnya Fatma tertidur karena dia merasa capek.
**** 
Esoknya Ulum siap berangkat ke kantor Tia. 
"Dek jadi kerumah sakit?" tanya Ulum.
"Mungkin agak siang Mas, tadi Mamanya Tia mau ketemu sama saya." kata Fatma sengaja tidak memberitahu Ulum tentang rencana Tia beli rumah Bu Zaenab.
"Ya sudah mas berangkat dulu ya," kata Ulum lalu pergi kekantor Tia.
Sesampainya disana dia langsung bertanya ke resepsionis ruangan Tia.
"Assalamualaikum, Bu Tia." kata Ulum.
"Waalaikumsalam, Dengan Mas Ulum ya?" tanya Tia.
"Iya Bu Tia," jawab Ulum.
"Disini Pak Ulum disini ada lowongan kerja tapi sebagai OB apa pak Ulum bersedia?" tanya Tia serius.
"OB? Apa tidak ada yang lain Bu?" tanya Ulum nampak keberatan.
"Tidak ada Pak, meskipun jadi OB kalau kinerja Bapak bagus bisa naik jabatan loh Pak." kata Tia meyakinkan Umum.
"Baiklah Bu, daripada saya nganggur nanti istri saya marah terus." jawab Ulum jujur.
"Baiklah mulai besok Bapak sudah bisa mulai kerja ya. Untuk hari ini nanti Bapak akan diarahkan sama senior Bapak namanya Pak Iman.Sebentar lagi dia beliau kemari." kata Tia.
Nampaknya Ulum terpesona dengan Tia yang cantik. Dan cara bicaranya yang lemah lembut beda dengan Fatma.
"Pak itu pak Iman, silahkan ikut beliau!" perintah Tia.
"Baik Bu," kata Ulum lalu mengikuti Pak Iman.
Pak Iman memberikan arahan selama kurang lebih satu jam setelah itu Ulum dipersilahkan untuk pulang.
Ulum ke rumah sakit dulu menjenguk mertuanya. Terlihat Fatma duduk dibangku depan ruangan Pak Warto.
"Sudah dari tadi dek?" tanya Ulum.
"Baru aja mas, gimana mas kamu dikasih kerja dibagian apa?" tanya Fatma penasaran.
"Aku kerja jadi staf OB dek," jawab Ulum jujur.
"Mas kok kamu mau jadi OB sihh? Apa nggak ada posisi yang lain?" tanya Fatma.
"Kata Bu Tia sementara hanya itu dek, Bu Tia bilang kalau kinerjaku bagus akan naik jabatan." kata Ulum.
"Kalau gitu kamu kerja yang rajin dan deketin tuh Tia biar dia naikkan jabatan kamu." kata Fatma.
"Iya Dek, Mas akan kerja yang rajin." kata Ulum.
"Lho Ulum kok nggak masuk?" tanya Bu Siti ketika melihat Ulum.
"Iya Bu sebentar lagi," jawab Ulum.
"Gimana kamu kerja jadi apa?" tanya Bu Siti.
"Mas Ulum masak dijadikan OB sih bu sama si Tia." kata Fatma keberatan.
"Daripada nggak kerja, meskipun OB pasti gajinya lumayan itu kan perusahaan besar." kata Bu Siti.
"Malu lah Bu, kalau tahu para tetangga." kata Fatma. "Pokoknya kamu harus dekatin Tia biar naik jabatan Mas." kata Fatma.
"Iya dek, abang akan dekati Bu Tia." kata Ulum senang karena disuruh dekat dengan wanita cantik.
Ulum dan Fatma masuk keruangan Pak Warto sementara Bu Siti pergi sebentar.
"Kasihan sekali Bapak," kata Ulum.
"Salah siapa berhianat itu akibatnya dapat cobaan yang besar." kata Fatma.
Pak Warto hanya diam saja, dia menyadari bahwa dia bersalah telah berhianat.
"Bapak tuh ngerepotin Ibu tahu nggak sih." kata Fatma.
"Dek jangan bilang begitu, Bapak kan masih sakit." kata Ulum.
"Biarin aja mas biar dia sadar, kemarin habis nyakitin Ibu. Sekarang dia malah ngerepotin Ibu dengan harus merawat dia yang lumpuh." omel Fatma.
"Mending kita pulang kalau kamu bikin Bapak marah dek." kata Ulum.
"Kamu saja sana yang pulang." kata Fatma.
"Pak Ulum pulang dulu ya," kata Ulum pamitan pada Pak Warto.
"Ajak Ibu pulang mas, biar dia istirahat." kata Fatma.
Bu Siti yang baru saja kembali langsung pulang bersama Ulum.
"Apa Ibu masih marah sama Bapak?'' tanya Ulum.
"Marah sih masih, tapi kalau keadaannya kayak gini Ibu nggak tega ninggalin Bapakmu." kata Bu Siti saat dalam perjalanan pulang.
"Mungkin dengan cara ini Bu Bapak bisa sadar akan kesalahannya. Dan menyadari hanya Ibu yang mencintai dia dengan tulus." kata Ulum.
"Ya semoga saja Lum, kalau udah lumpuh masih bertingkah ya udah tinggal aja." kata Bu Siti. "Makanya kamu yang setia sama Fatma." kata Bu Siti.
"Saya pasti setia Bu sama Fatma." kata Ulum.
"Kalau kamu berhianat modal mu apa? Kerjaan aja baru dapat." kata Bu Siti agak pedas.
Ulum hanya tersenyum, sifat Ibu dan anak sama saja cerewet dan Matre, pikir Ulum.
"Sudah sampai Bu, segera istirahat nanti kalau mau ke rumah sakit telfon saya saja." kata Ulum.
"Iya nanti aku telfon kamu," kata Bu Siti lalu masuk kedalam rumah.
Ulum pulang dia juga ingin segera istirahat karena kepalanya sedikit pusing.
****
Bu Salma datang ke kantor Pak Samsul untuk menemui Tia.
"Tia di Mama udah bertemu Fatma dan Mama udah tawar 300 juta sama Fatma. Tadi Ibu nggak ketemu penjualnya, soalnya katanya ada acara diluar kota." kata Bu Salma.
"Semoga saja disetujui Bu negonya." Kata Tia. "Oh ya Bu tadi aku udah panggil suaminya Fatma aku kasih kerjaan jadi OB." kata Mutia.
"Hah OB? Pintar sekali kamu Tia. Orang seperti mereka memang pantasnya jadi OB." kata Bu Salma tampak senang.
"Mama udah makan siang?" tanya Mutia.
"Sudah tadi mama beli makanan dijalan." kata Bu Salma.
Pak Samsul keruangan Tia karena tahu ada istrinya disana.
"Mama kangen Papa ya kok kesini?" tanya Pak Samsul menggoda Bu Salma.
"Papa percaya diri amat sih, aku kesini nemuin Tia lah bukan Papa." kata Bu Salma.
"Ah aku patah hati, ternyata bukan aku yang dicari.Mending balik aja keruangan ku saja." kata Pak Samsul membalikkan badan. Bu Salma tiba-tiba memeluk Pak Samsul dari belakang.
"Begitu saja ngambek sih pa," kata Bu Salma.
"Malu Ma dilihat Tia," kata Pak Samsul melirik Tia yang tersenyum melihat mereka berdua.
"Biarin aja sih Pa, Tia nggak akan iri kok." kata Bu Salma melepaskan pelukannya. Pak Samsul membalikkan badan dia tersenyum pada istrinya.
"Kita keruangan Papa ya," kata Pak Samsul.
"Tia , Mama keruangan Papaku ya." kata Bu Salma lalu ikut dengan Pak Samsul.
"Harmonis sekali mereka," kata Mutia.
Mutia melanjutkan pekerjaannya karena sebentar lagi ada jadwal rapat.
"Tia, ayo karyawan udah siap untuk rapat." kata Amalia masuk keruangan Tia.
Mereka pergi keruang rapat bersama, karyawan sudah siap mengikuti rapat.Mutia segera memulai rapat siang itu.
****
Ulum terbaring diranjang dia membayangkan jika punya istri cantik seperti Tia.
"Aduh bahagia hatiku," kata Ulum.
Namun bayangan Tia hilang saat muncul bayangan Fatma yang marah padanya. Fatma mengusir Ulum seperti apa yang Bu Siti lakukan ke Pak Warto.
"Ah lagi-lagi ada Fatma," kata Ulum kesal.
Ulum membayangkan wajah cantik Tia hingga dia terlelap dan terbangun saat Bu Siti minta diantar kerumah sakit.
"Ah kamu itu susah dibangunin tadi." kata Bu Siti.
"Lagi mimpi indah Bu,malah Ibu ganggu." jawab Ulum.
"Jangan-jangan lagi mimpi jorok ya kamu?" tanya Bu Siti curiga.
"Nggak lah Bu, bentar aku mandi dulu Bu." kata Ulum mengambil handuk lalu berjalan kearah kamar mandi.
Bu Siti mendapat telfon dari Fatma, "Bu cepat kesini aku bosan nungguin Bapak." kata Fatma.
"Sabar aku nungguin Ulum mandi dia baru bangun tadi. Kalau nggak Ibu bangunin mungkin masih ngorok." kata Bu Siti.
"Aku malas jaga Bapak, tadi si Novi kesini." kata Fatma.
"Ngapai jalang itu ke rumah sakit?" tanya Bu Siti kesal.
"Nggak tahu tapi tadi disuruh Bapak pulang." kata Fatma. "Eh si Novi malah marahin Bapak. Aku sih jadi penonton aja tadi." kata Fatma.
"Kurang kerjaan aja dia, kalau aku yang disana udah aku bunuh tuh wanita." kata Bu Siti.
"Ayo Bu berangkat!" kata Ulum.
"Udah dulu Fat, ini Ulum udah siap." kata Bu Siti mengakhiri panggilan telfon dari Fatma.
"Siapa Bu?'' tanya Ulum sambil mengambil kunci motor diatas meja.
"Fatma ,dia bilang tadi janda Novi kerumah sakit. Tapi diusir sama Bapak Novi jadi marah sama Bapak."kata Bu Siti.
"Nggak tahu malu banget tuh orang sih." kata Ulum mengunci pintu rumah.
"Ibu juga nggak habis fikir kenapa dia nekat nemui Bapakmu." kata Bu Siti.
Mereka lalu berangkat kerumah sakit, disana Fatma tampak gelisah.
"Lama amat sih," kata Fatma.
"Mas disini sama Ibu, Fatma mau pulang sekarang." kata Fatma.
"Ini dek kunci rumahnya," kata Ulum menyodorkan kunci pada Fatma. Fatma lalu menyambarnya lalu pergi begitu saja tanpa pamit pada Bapaknya.
"Fatma kenapa sih kok kayak marah gitu?'' tanya Bu siti.
"Nggak tahu Bu," jawab Ulum.
Mereka masuk kerjaan Pak Warto, terlihat Pak Warto hanya terdiam saat Ulum dan Bu Siti masuk.
"Fatma kenapa Pak? Kok tadi buru-buru pulang?" tanya Bu Siti.
"Dia nggak mau bantui akh ke WC aku kan marah." kata Pak Warto. "Tapi sepertinya dia nggak terima." kata Pak Warto.
"Udah biarkan saja," kata Bu Siti. "Terus tadi yang bantu ke WC siapa?" tanya Bu Siti.
"Tadi ada OB aku minta bantuan dia," kata Pak Warto merasa kecewa anaknya tidak mau merawat dia.
"Sudah jangan difikirkan, Fatma emang kayak gitu Pak." kata Ulum mendekati Pak Warto.
"Tapi aku kan Bapaknya masak nggak mau merawat Bapaknya sendiri." bantah Pak Warto.
"Mungkin Fatma masih marah atas terjadinya vidio viral kemarin." kata Bu Siti. "Bapak jangan nyalahin Fatma, kalau nggak ingin Fatma makin benci dengan Bapak." kata Bu Siti.
"Aku kan sudah meminta maaf pada kalian." kata Pak Warto.
"Oh ya ngapain tadi Novi kesini? Kangen k*l*n sama Bapak? Dasar jalang nggak tahu malu." kata Bu Siti.
"Dia hanya minta maaf atas kejadian vidio itu." kata Pak Warto.
"Sekali lagi dia kesini tak bunuh." ancam Bu Siti.
"Sudahlah Bu, percuma marah kalau nggak ada orangnya." kata Ulum. 
"Kalau ada orangnya udah aku bikin perkedel dia." kata Bu Siti.
"Bapak sudah usir dia, malah dia nuduh Bapak yang nyuruh orang buat merekam. Padahal Bapak kan juga korban." tutur Pak Warto.
"Makannya pak jangan main perempuan, kalau kamu sakit begini yang ngerawat siapa? Aku kan bukan Novi." kata Bu Siti marah.
"Sudah Bu ini rumah sakit jangan keras-keras." kata Ulum.
"Udah kamu diam saja," bentak Bu Siti. Seketika Ulum langsung diam mendengar perkataan Bu Siti.
"Jangan kasar sama mantu, nanti dia sakit hati malah anak kita yang jadi korban." kata Pak Warto.
"Bapak doain Fatma? Tega sekali Bapak ini sama anak sendiri." Kata Bu Siti.
Sampai Adzan magrib Bh Siti tidak hentinya menyalahkan Pak Warto hingga akhirnya Pak Warto diam saja. Melihat suaminya diam saja malah Bu Siti makin menjadi hingga datang seorang perawat menegur Bu Siti.
"Bu, tolong jangan bicara keras-keras pasien butuh istirahat yang cukup." kata Seorang perawat.
Bu Siti terdiam ketika mendapat teguran dari perawat tersebut.
"Tuh dengerin perawat bilang apa." kata Pak Warto.
"Tadi diam aja sekarang ada yang negur aku langsung ngomong." kata Bu Siti kesal.
Perawat tadi keluar setelah menegur Bu Siti. Tidak berapa lama terdengar suara seseorang didepan kamar Pak Warto. Namun Bu Siti dan Ulum tidak menghiraukan.
"Assalamualaikum," kata Seorang wanita cantik, siapa lagi kalau bukan Tia dan Bu Salma yang datang menjenguk Pak Warto. Bu Siti tampak berbinar melihat mereka datang menjenguk. Ulum langsung terpesona melihat penampilan Tia yang sangat cantik. Pak Warto pun nampaknya tertarik dengan Tia.

Book Comment (259)

  • avatar
    RidwanDeden

    good job

    09/08

      0
  • avatar
    MulianiFitri

    👍🏻

    28/07

      0
  • avatar
    HusnaDamia

    best

    28/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters