logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 3 Satu Tim

Erin mendengus kasar. Padahal mereka sudah sepakat untuk merahasiakan hubungan satu kantor, tetapi Hansel melakukan sesuatu yang dapat membongkarnya. Pertemuan mereka sudah jelas harus dihindari ketika berada di kantor.
Saat ini Gina terlihat sedang berbincang-bincang dengan beberapa orang karyawan bagaikan sekelompok manusia dengan hobi yang sama—bergosip. Terlepas dari itu semua, satu hal yang wajib dilakukannya yaitu memastikan kalau Gina tidak curiga dengan kejadian di mana dia berurusan dengan pemilik perusahaan.
Maka dari itu, Erin ikut bercengkerama dengan mereka. Niat awalnya begitu, tetapi baru beberapa langkah, formasi satu kelompok langsung bubar sehingga dia hanya bisa terpaku di tempat.
Gina yang sadar akan kehadiran temannya pun berkata, "E—erin, apa Kau baik-baik saja?"
"Ya. Tentu." Erin berkata sembari menilai ekspresi wajah temannya yang tidak biasa.
Apa Gina telah mencurigai sesuatu?
"Syukurlah. Aku sangat khawatir. Lalu, apa yang Mister Hansel katakan padamu?"
Ditinjau dari pertanyaan, seperti Gina tidak mencurigai apa pun. Jika benar begitu, maka Erin bisa tenang hati dan pikirannya.
"Oh, itu ... tidak apa-apa. Bukan masalah besar. Hanya ... membicarakan mengenai pekerjaan."
Perhatian semuanya teralih kala beberapa orang datang, termasuk Hansel yang didapati memimpin pergerakan. Kali ini kedua pasangan rahasia melakukannya dengan sangat baik. Tidak ada yang dapat mengundang kecurigaan seperti tadi. Hanya tatapan sekilas yang begitu tajam pada Erin.
Hansel memperkenalkan penghuni baru perusahaannya pada semua orang. Sebentar saja perannya di sana sebelum pergi menyerahkan urusan interaksi ditangani bawahannya.
"Tadi itu sangat menegangkan! Kau yakin tidak ada masalah besar dengan Mister Hansel? Dia menatapmu begitu tajam tadi," ucap Gina, satu-satunya yang sadar.
"Bukankah dia selalu seperti itu?"
"Ah, Kau benar! Tidak ada yang bisa mengalahkan kekakuan Mister Hansel, bahkan ketika mengikuti acara makan bersama karyawan, dia membuat suasana menjadi sangat buruk. Untung saja tampan, maka semua tindakannya bisa dimaafkan."
Erin terkekeh. "Lebih baik kita kembali ke meja kerja."
Saat akan melaksanakan niatnya, mereka langsung terhenti saat seorang pria memegangi tangan Erin. Pria itu begitu tampan dan juga menyegarkan meski dalam keadaan bingung. Siapa pun yang melihat pasti akan terpesona menyaksikan kepolosan rupa dari pria jangkung ini.
"Maafkan saya." Pegangan di tangan itu terlepas.
Kecuali Erin yang membelalakkan mata ketika melihat siapa yang ada di hadapannya. Seketika gemuruh di dada memuncak dalam satu waktu. Betapa dia ingin segera pergi dari sana, akan tetapi seluruh tubuh yang terasa kaku tidak mau diajak kerja sama.
"Perkenalkan. Saya Calvin Taner, pemagang baru di Kya Corporation."
Erin segera menarik dirinya yang tadi tenggelam dalam sebuah kenangan pahit. Dia harus tetap tegar, menampakkan dirinya yang baik-baik saja. Itu adalah apa yang dilakukan seseorang yang patah hati akan cinta pertamanya ketika bertemu, bukan?
"Lalu?"
Calvin terbengong. "La—lu?"
Erin meletakkan kedua belah tangannya di dada. "Apa yang pemagang baru ini inginkan dariku?"
Semakin berbicara, Erin semakin sadar bahwa apa pun yang ada di antara mereka adalah masa lalu. Dia bukan anak perempuan yang mudah terbawa perasaan lagi sekarang.
Gina mencolek temannya yang bersikap dingin itu. "Tidakkah Kau terlalu bersemangat mendalami peranmu sebagai wanita karier? Dia adalah orang baru di sini dan sikapmu membuat dia menjadi kebingungan," bisiknya.
Memperbaiki suasana yang begitu tegang, Gina melangkah maju ke depan. "Selamat datang di Kya Corporation, Calvin Taner. Kau bisa memanggilku Gina, salah satu staf divisi keuangan. Dan wanita ini,"—dia menyentuh lengan Erin—"adalah ketua divisi kita, Sakya Erina. Dia memang tidak berperasaan ketika sudah bersinggungan dengan yang namanya pekerjaan. Jadi, harap dimaklumi sikapnya."
Calvin menunduk dengan hormat. "Mohon bimbingannya!" serunya dengan semangat.
Erin sendiri tidak tahu harus menanggapi bagaimana. Dia menolak kehadiran orang baru yang menurutnya hanya akan merepotkan, apalagi orang itu adalah lelaki yang membuat dia patah hati belasan kali. Namun, dia juga tidak bisa menolak jika memang itu keinginan perusahaan. Dia harus bersikap profesional.
Tidak seperti Erin yang berlalu pergi begitu saja, justru Gina bersikap ramah dengan menuntun anggota baru ke divisi mereka. Bisa dikatakan kalau dia berinisiatif menggantikan pekerjaan Erin untuk membimbing pemagang baru.
***
Langit mulai berubah warnanya ketika jam sibuk telah usai. Masing-masing meja kerja berubah kosong, begitu pula untuk ruangan divisi keuangan. Kini satu tim yang terdiri dari beberapa orang itu menggunakan lift yang sama untuk turun menuju lobi.
"Calvin, apa Kau sudah punya kekasih?"
Pertanyaan mendadak Gina berhasil mengejutkan semua penghuni lift. Calvin sendiri cukup canggung untuk memberikan jawaban, tetapi pemagang baru di perusahaan pasti akan mengalami hal yang sama, bukan? Mereka harus mampu menghadapi segala situasi agar posisi pekerjaan tetap aman terkendali. Lagi pula, itu hanya sebuah pertanyaan kecil.
"Itu ... saya—"
"Jangan membuat pemagang baru kita menjadi tidak nyaman karena pertanyaanmu." Kata Erin.
Gina mencebik. "Padahal sekarang bukan lagi jam kerja."
"Maka dari itu, jangan lontarkan pertanyaan yang bersifat pribadi di tempat umum."
Suasana mendadak tegang setelah Gina tidak dapat lagi membantah. Dia memang dekat dengan Erin, tetapi bukan berarti dapat menentang seseorang yang sangat dihormati. Dia harus tahu tentang batasan.
Pintu lift terbuka, semuanya kembali ke jalan masing-masing. Gina memiliki janji sehingga harus berpisah lebih cepat, sedangkan Erin dan Calvin berpikir untuk pulang menaiki bus.
Tidak ada kursi yang kosong. Jadi, mereka terpaksa berdiri berdampingan. Sebenarnya bisa saja Erin membuat jarak pada pemagang baru yang tidak diharapkannya untuk ada, akan tetapi dia selalu diikuti dari belakang seperti seekor ayam.
"Terima kasih, karena sudah membantu di dalam lift."
Sejujurnya Erin hanya ingin memberi peringatan pada Gina yang selalu memiliki tingkat penasaran yang tinggi agar sadar bahwa segala sesuatu memiliki ruang dan waktu.
"Setelah jam kerja selesai, maka Kau bukan lagi seorang pemagang. Kau bisa menolak pertanyaan yang membuatmu tidak nyaman,"—Erin mengoceh kesal—"bahkan, pertanyaan itu tidak seharusnya dilontarkan pada para pemagang baru. Sepertinya Gina berencana untuk mendekatimu. Jadi, berhati-hatilah."
Suara tawa kecil terdengar, membuat Erin mendongak lagi. Dia mengernyitkan alis seolah tertulis kata 'kesal' di dahinya. "Kenapa Kau tertawa?"
"Tidak. Saya hanya merasa lucu saat mendengarnya. Ketua Tim terlihat seperti seorang detektif."
Erin memperhatikan sekeliling di mana kini mereka menjadi pusat perhatian. "Tertawa lagi, maka aku akan membuat tugasmu menjadi berat," ucapnya dengan nada suara rendah.
Justru hal itu membuat Calvin semakin tergelitik. Dia berkata dengan nada suara rendah pula, "Sekarang bukan lagi jam kerja. Kau tahu itu, Erin."
Erin melebarkan mata. Sikap informal itu membuat dia naik darah. Hanya saja, perkataan Calvin tidak salah kalau mereka bukan lagi rekan kerja sekarang. Jadi, dia hanya bisa melemparkan muka ke arah lain agar kekesalannya teratasi.
"Bagaimana kabarmu?"
"Baik-baik saja." Erin mencengkeram lengannya, masih belum terbiasa dengan pertemuan mereka.
"Aku tidak tahu kalau ternyata akan satu tempat kerja denganmu. Kau juga berpikir begitu, bukan, Ketua Tim?"
Erin berpikir sesaat sebelum menolehkan kepala. Tatapannya lantang dan penuh keyakinan. "Lebih baik kita tetap mengenal sebagai rekan satu tim. Apa yang terjadi di masa lalu, tidak perlu memikirkannya lagi di masa sekarang. Anggap saja semua itu sebagai sebuah mimpi yang mana setelah terbangun, maka semuanya akan sirna."
Calvin tersenyum pahit. "Apa pertemuan kita begitu menyakitkan bagimu, Erin?"

Book Comment (113)

  • avatar
    BilqisAqila

    Hansel tersenyum jahil dan hal itu membuat Erin semakin naik saja hasratnya. senyuman yang selalu menawan hati dan memaksanya untuk merelakan diri tenggelam dalam mata terpejam, melanjutkan ciuman mereka yang sempat berhenti dengan gairah membara.. dari bait inilah saya senyum dan tertawa sendiri saat membaca

    16/07/2022

      0
  • avatar
    16serli

    bagus thor ceritanya sangat menarik

    26/06/2022

      0
  • avatar
    SyifaAskiya

    aplikasinya bagusss banget aku suka semoga barokah bagi ku

    06/04/2022

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters