logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 8 MASUK KAMPUS

Dengan tergesa-gesa Flora merapikan semua barang yang ingin dia bawa. Karena hari ini dia terlambat bangun.
Dia memeriksa isi tasnya kembali.
"Ok, selesai." Saat dia ingin berjalan keluar pintu sesaat dia menghentikan langkahnya.
"Kayakknya ada yang lupa. Tapi apa ya?" Dia mengetuk-ngetukkan jari pada dagu. Lalu dia meraba gigi menggunakan lidahnya.
"Behel!!" pekiknya, dan berlari menuju kamarnya memasuki kamar mandi.
Flora segera memakai behelnya, mengaturnya agar nyaman di dalam mulut. Setelah selesai dia menatap dirinya di depan cermin.
"Behel udah, rambut juga udah." Flora tersenyum menatap pantulan dirinya di depan cermin.
Tiba-tiba handphonenya berbunyi, pertanda panggilan masuk tapi nomor tanpa nama.
Sesaat dia mengernyit, lalu menggeser tombol hijau untuk mengangkatnya.
"Ha-“
Belum sempat mengatakan halo, orang di seberang sana sudah marah-marah setengah berteriak.
"Heh! Lu dimana! Gua udah lama nunggu lu di bawah! Lu pikir lu putri raja yang harus ditungguin! Lima menit lagi lu gak turun gua tinggalin lu!"
Tut!
Panggilan terputus dan detik kemudian, Flora tersadar siapa yang meneleponnya barusan. Itu Axel.
Tak ada tanda tanya dalam setiap kalimat yang diucapkan pria itu.
Detik kemudian mata Flora melebar, dia segera berlari dengan cepat menuju lift.
Untungnya lift itu berada tepat di lantai apartemennya, jadi dia langsung masuk dan tak perlu menunggu.
Tepat di lantai 15 liftnya berhenti.
"Aduh siapa lagi sih ini. Gak tau orang lagi buru buru apa!" gerutunya dengan kesal.
Dan wajahnya berubah menjadi merah padam saat melihat siapa yang memasuki lift. Pintu lift tertutup dan berjalan turun.
"Kamu lagi! Kamu bisakan naik lift yang lain. Buat lama aja tau gak!" Flora menatap kesal pada pria itu.
Ternyata pria itu adalah pria yang bertemu dengannya di dalam lift tadi malam. Sementara pria itu terlihat bingung dengan gadis aneh yang dihadapannya ini.
Marah-marah tak jelas seperti itu padanya. Memangnya, kesalahan apa yang dia lakukan.
"Urusan kita tadi malam belom selesai. Dan kalau aku di tinggalin karena kamu, kamu akan kuhajar nanti! Hari ini kamu beruntung. Karena aku lagi buru-buru." Dia mengomel dengan kecepatan seratus dua puluh kilo meter per jam, dan itu semakin membuat pria itu semakin bingung.
Lift tiba di lantai dasar dan pintu terbuka. Dengan cepat Flora keluar dari dalam lift, dia sedikit berlari.
"Urusan kita belom selesai!"
Dia mengucapkan kalimatnya itu dengan terus berlari kecil meninggalkan pria itu tanpa menoleh ke belakang.
Pria itu masih tetap bingung. Dia berjalan keluar lift.
"Urusan tadi malam?" dia bertanya pada dirinya sendiri. Lalu matanya melebar.
"Jadi dia cewek stress tadi malam? Sepertinya dia benar-benar stres, marah-marah tidak jelas seperti itu." Raut wajahnya benar benar bingung.
"Tapi kenapa tampilannya berubah menjadi seperti itu?"
Pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia berdecak dan menggelengkan kepalanya. Lalu pergi menaiki taksi.
Flora tergesa-gesa memasuki mobil yang terparkir di pinggir jalan. Nafasnya tersengal-sengal, dia duduk di sebelah Axel.
Dan saat itu juga dia di sambut dengan wajah penuh amarah.
"Gua nunggu lu lama tau gak!!" suara Axel setengah membentak Flora, alahasil gadis itu langsung memejamkan matanya.
"Arrghh dasar cewek sialan!!" Dia memukul setir mobil hingga mengeluarkan suara klakson.
Dengan cepat dia menyalakan mesin dan melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.
Dengan rasa takut Flora membuka matanya dan menatap Axel.
"Ma-maaf," gumamnya dengan gugup.
"Maaf. Maaf lu bilang! Gua nunggu lu lima belas menit. Lu pikir lu itu siapa yang harus di tunggu-tunggu!" tidak ada tanda tanya dalam setiap ucapannya, semua menggunakan tanda seru.
‘Lah, lima belas menit doang. Aku pikir satu jam.’ Flora bergumam dalam hati.
"Ini pertama dan terakhir kali gua jemput lu. Jangan berharap lebih!"
Mendengar ucapan pria itu, Flora hanya menatap wajah Axel yang datar sekilas. Lalu melihat keluar jendela.
Tidak ada yang mengeluarkan suara. Hingga dua puluh menit kemudian Axel menghentikan mobilnya di perempatan jalan.
Flora bingung. Pandangannya mengelilingi sekitarnya dari dalam mobil.
"Kok berhenti? Udah sampai ya? Tapi kampusnya kok gak ada?"
"Lu bisa diam gak!" Axel memelototi Flora.
"Sekarang lu turun." Flora membelalak.
"Hah, kok turun? Tapi di sini gak ada kampus."
"Lu punya kaki. Lu bisa jalan. Lu gak lumpuhkan. Sekarang lu turun!" ucap pria itu dengan kesal, sangat muak melihat wajah jelek gadis yang sialnya adalah tunangannya sendiri.
"Ta-tapi,”
"Buruan lu turun atau gua seret lu keluar!"
Mendengar itu Flora melepaskan seat beltnya dengan terburu-buru, dia membuka pintu mobil.
Saat sebelah kakinya sudah di atas aspal, dia menghentikan gerakannya ketika Axel mengeluarkan suara.
"Tunggu."
Flora tersenyum dalam hati, ‘semoga dia berubah pikiran," batinnya berbicara dan menoleh ke arah Axel.
"Kalau lu udah sampai kampus jangan pernah bilang pada siapapun kalau gua tunangan lu. Kalau sampai ada yang tau lu bakal nyesel!"
Tidak seperti yang diharapkan Flora. Pria itu malah mengancamnya.
"Buruan turun!"
Flora tersentak mendengar ucapan Axel. Dia turun dari mobil dan menutup pintunya. Dengan cepat Axel melajukan mobil, meninggalkan Flora di pinggir jalan begitu saja.
Flora menatap bingung sekelilingnya. Hanya ada sebuah minimarket dan beberapa toko-toko kecil. Dan pepohonan di sepanjang jalan.
Pandangannya terhenti pada seorang pria setengah baya yang sedang menyapu jalanan. Flora berinisiatif untuk menghampirinya.
"Permisi. Maaf mengganggu Pak, saya mau numpang tanya, Universitas di sekitar sini ada gak ya?"
Pria itu menghentikan aktivitasnya dan menoleh pada Flora.
"Oh ada, di depan neng. Tidak terlalu jauh. Kalau jalan kaki lima belas menit sampai,'' ucap pria itu dan menunjuk ke arah depan menggunakan jari jempolnya.
"Oh gitu. Terimakasih ya Pak." Flora tersenyum kecil.
"Sama-sama Neng." Pria itu kembali melanjutkan pekerjaannya.
Flora berjalan ke arah depan. Dia berhenti sejenak dan menatap minimarket. Lalu dia menyebrangi jalan menuju tempat itu. Dia masuk dan dengan segera mengambil satu botol Air mineral lalu membayarnya pada kasir.
Setelah itu dia berjalan keluar.
Dia berhenti di depan minimarket. Melihat seorang gadis seusianya berjalan di tepi jalan dengan tangan yang meraba-raba isi tas, gadis itu bahkan tidak memperhatikan jalannya.
Lalu Flora melihat ke arah belakang gadis itu, ada seorang pria berpakaian seperti preman dengan gerak-gerik mencurigakan mengikuti langkahnya.
Mata Flo menyipit, dia tahu ada yang tidak beres.
Flora berjalan ke arah gadis itu. Sebelum Flora sampai pada gadis itu, ternyata pria yang di belakang sudah terlebih dahulu menghampiri dan menarik tas gadis itu dengan gerakan kilat. Sesaat kemudian dia berteriak.
"Jambret! Tolong! Tolong!” dia memekik histeris.
Dengan cepat Flora berlari mengejar preman itu, dia berhenti dan melemparkan botol air mineral yang ia beli tadi dan tepat mengenai lekukan lutut belakang pria itu, hingga dia terjatuh dengan lutut menekuk.
Flora berlari menghampirinya dan menendang punggung pria itu dari belakang hingga tersungkur di atas jalan.
Cepat-cepat Flo merampas tas yang di genggam oleh preman itu.
Merasa orang-orang sekitar mulai berdatangan, pria itu langsung berdiri dan berlari secepatnya meninggalkan Flora yang menatapnya dari belakang.
Flora menghampiri gadis itu, dan memberikan tas miliknya.
"Ini, lain kali hati-hati ya."
"Makasih. Makasih banyak ya." Gadis itu mengambil tasnya dan tersenyum tulus.
"Sama-sama. Ya udah aku duluan ya." Flora melangkah dengan tergesa-gesa. Tapi langkah nya terhenti saat gadis itu menarik tangannya.
"Tunggu. Kamu mau kemana?"
"Mau ke kampus."
Gadis itu mengernyit mendengar ucapan Flora.
"Kalau gitu kita bareng aja. Aku juga mau ke kampus. Mobil gua di sana. Ayo."
Mata Flora mengikuti arah yang di tunjuk, kemudian dia tersenyum dan kembali menatap gadis itu.
"Gak usah. Makasih sebelumnya. aku jalan kaki aja, lagi pula gak terlalu jauhkan?"
"Iya, tapi pasti capekkan. Udah, jangan kebanyakan mikir. Ayo." Gadis itu menarik tangan Flora dan membawa ke arah mobil miliknya.
Dia membukakan pintu untuk Flora, "gak usah. Aku bisa sendiri kok." Flora merasa tidak enak.
"Gak apa-apa. Udah cepat masuk."
Setelah Flora duduk di kursi depan gadis itu menutup pintu, kemudian berjalan mengitari mobil dan dia duduk di kursi kemudi.
Dia menyalakan mesin mobil. Memutar setir ke kiri dan melajukan mobilnya ke arah kampus.
"Nama kamu siapa?" Gadis itu membuka suara.
" Flora. Panggil Flo aja.”
"Nelaretha Agata. Biasa di panggil Nela." Flora hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, sedikit canggung berhadapan dengan orang baru seperti ini.
"Ngomong-ngomongg kamu mahasiswi baru ya? Belum pernah lihat kamu sebelumnya."
"Iya."
"Jurusan apa?"
"Akuntansi." Nela cukup terkejut mendnegar jawaban Flora.
"Hah? Kok-" ucapannya menggantung. Dia kelihatan bingung dan heran.
"Semoga kita satu kelas ya." Flora tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Eh by the way makasih ya, udah ngasih tumpangan,” ucapnya sambil menatap Nela.
"Seharusnya aku yang ngucapin makasih, karena kamu udah nyelamatin tas aku dari jambret tadi. Kalau enggak ada kamu, gak tau, mau gimana lagi."
"Hehehe, biasa aja ah."
"Ini gak biasa aja Flo. Kamu itu penyelamat. Dan nanti aku akan kenalin kamu sama sahabat-sahabatku ya. Mereka harus tahu kalau aku punya temen baru yang hebat!” ucap Nela dengan serius.
"Kamu berlebihan Nela."
"Biarin aja!" ucap Nela tak acuh.
Tidak berapa lama, mobil Nela memasuki komplek kampus dan memarkirkan mobilnya.
"Kita udah sampai, yuk." Nela turun dari mobil dan disusul oleh Flora.
Pandangan Flora mengitari tiap sudut kampus.
Taman dan kolam ikan yang ada di tengah-tengah kampus menambah keindahan tempat itu. Dan di sekelilingnya banyak mahasiswa dan-mahasiswi duduk dengan berbagai aktivitas.
"Hei kok bengong sih? Ayo." Sentuhan tangan Nela di atas pundak Flora membuat dia tersentak kaget.
"Eh sorry-sorry. Mm Ne, bisa nganter aku ke ruangan Dekan gak?'' Nela menepuk jidatnya, seakan lupa sesuatu.
"O iya, lupa kalau kamu mahasiswa baru ya. Ya udah yuk aku anter."
Gadis itu menggandeng lengan Flora. Dia sendiri sampai kebingungan melihat tangan Nela yang melingkar di lengannya.
Mereka sampai di depan sebuah ruangan.
"Ini ruangannya. Ya udah aku tunggu di kelas ya. Bye."
Nela melepaskan gandengannya dan melambaikan tangan pada Flora. Lalu dia berlalu begitu saja.
Tok tok tok!
Flora mengetuk pintu.
"Masuk."
Terdengar suara seorang wanita dari dalam ruangan. Dia membuka pintu. Dan memasuki ruangan tersebut.
"Maaf bu, mengganggu,” ucap Flora dengan sopan.
Terlihat sebuah papan nama kecil di atas meja yang bertuliskan ‘SHERIL GUNAWAN,SE.MM’
"Silahkan duduk." Dia tersenyum kecil.
"Terimakasih Bu." Flora duduk dihadapan wanita itu.
"Kamu Flora Khatarina bukan?"
"Iya, benar Bu."
Seperti mengerti sesuatu Bu Sheril menganggukkan kepalanya. Mereka berdua sama-sama memberikan senyuman yang tulus.
•••

Book Comment (100)

  • avatar
    HutabaratElisawati

    Trimkh,msih ada penulis novel yg mengajak pembcanya utk belajar utk bisa mengampuni masa lalu dan menerima kekurangan org laintanpa kesan mengajari atau panatik dlm suatu agama tertentu,membacanya seperti melihat alur cerita nyata bkn seperti novel2 yg lain yg mengutamakan hayalan tingkat tinggi yg kadang keluar dr fakta kehidupan

    18/01/2022

      0
  • avatar
    Siti Mardina Musa

    baru mulai baca udah tertarik 😊

    14h

      0
  • avatar
    Jaku.Reza

    Mantap

    4d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters