logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 7 BERTEMU PRIA ASING

Saat ini Flora sedang berada di bandara. Mengantarkan kedua orangtuanya.
Terlihat Flora dengan setia merangkul Mamahnya dari samping, dan kepalanya yang di sandarkan pada lengan Retta.
"Arin, kalau kamu gini terus gimana Mamah mau pulang?"
Arin tidak menghiraukan ucapan Retta, dia masih setia dengan posisi seperti tadi.
"Dasar kamu ini anak manja ya. Udah dewasa juga. Bentar lagi kamu akan menikah. Masa ia seperti ini terus." Christian mengacak-acak rambut Flo, tapi gadis itu tidak bergeming malah mengerucutkan bibirnya ke depan.
"Biarin aja. Aku cuma gak mau jauh dari Mamah dan Ayah. Kita gak pernah sejauh ini." Flora menangis dan memeluk Retta, gadis ini memang sedikit cengeng.
"Arin, udah dong Mamah jadi gak tega nih buat ninggalin kamu." Retta mengusap punggung Flora yang bergetar karena menangis, mencoba menenangkan putrinya itu.
"Apa- gak bisa. Di undur- kepulangannya?" Flora mengucapkan tiap katanya terbata-bata di tengah tangisannya.
"Gak bisa sayang, Mamah dan Ayah gak bisa ninggalin adik-adik kamu terlalu lama."
Christian sendiri benar-benar tidak tega dengan putrinya itu. Memang benar tidak pernah mereka terpisah sejauh ini.
Christian melepaskan pelukan istri dan putrinya itu. Meletakkan kedua tangannya di atas pundak Flora dan menunduk sedikit untuk menyeimbangkan tubuh mereka.
"Dengarin Ayah. Kamu putri Ayah yang paling kuat dan tangguh. Mandiri, pemberani. Ayah percaya kamu pasti bisa menjalani semuanya. Bukan putri Ayah yang menangis ketika di tinggal sendirian. Bukan putri Ayah yang cengeng seperti ini!” ucapnya dengan tegas, dan tiba tiba Flora memeluk Christian dengan erat.
"Maafin Arin Ayah."
Christian mengusap rambut Flora dengan lembut.
"Sudah. Tidak apa-apa. Kamu harus janji sama Ayah jangan cengeng seperti ini lagi. Oke!" Flora melepaskan pelukannya dan menganggukkan kepala dengan cepat.
"Arin janji," ucap Arin seraya menghapus air matanya.
"Arin, nanti kalau ada waktu kami akan berkunjung ke sini. Kita bukan terpisah untuk selamanya sayang. Hanya laut yang memisahkan kita. Jangan sedih lagi ya."
Mendengar ucapan Retta, Flora mengangguk dan menjadi sedikit kuat.
"Ya udah kalau gitu, Ayah dan Mamah masuk ya. Kamu langsung pulang. Jaga diri baik-baik."
Sekali lagi Flora memeluk orang tuanya secara bergantian. Sangat berat untuk berpisah, tapi dia harus rela.
"Mamah dan Ayah hati-hati ya. Nanti kalau udah sampai kabarin Arin."
"Iya sayang. Ya udah Mamah dan Ayah pergi dulu. Kamu jaga diri baik-baik!” ucap Retta sambil melangkah masuk untuk chek-in.
Christian dan Margaretta berjalan meninggalkan Flora. Gadis itu melambaikan tangannya dengan mata yang sembab. Dia menunggu sampai pesawat yang di tumpangi orangtuanya berangkat.
Announcement keberangkatan terdengar di seluruh bandara, menuju pulau seberang. Flora melihat sebuah pesawat terbang meninggalkan bandara, sungguh hatinya sangat berat untuk berpisah.
Setelah itu dia beranjak dari duduknya dan berjalan keluar menemui pak Deni yang mengantar mereka tadi.
Flora masuk ke dalam mobil, Pak Deni yang memejamkan matanya tiba-tiba menoleh ke arah kursi penumpang.
"Maaf ya Pak, saya lama. Bapak pasti bosan nunggu saya,” ucap Flora yang merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa Non, saya bisa ngerasain apa yang Non rasain saat terpisah jauh dari orangtua."
Deni tersenyum kecil dan dengan perlahan melajukan mobil meninggalkan bandara.
"Kita langsung pulang Non?"
"Iya pak. Langsung ke apartemen aja."
"Baik Non."
"Pak Deni jangan panggil saya Non dong. Saya gak enak tau pak."
"Kenapa? Non Flora itu calon istrinya Aden, jadi saya harus memanggil dengan sebutan Non."
"Tapi saya tidak suka Pak. Panggil saya Flo aja deh."
"Baiklah. Saya panggil Nak Flo saja bagaimana?"
"Nah, begitu lebih baik." Mereka terus mengobrol sepanjang jalan, meski baru kenal tapi Flora yang ramah dengan mudahnya beradaptasi.
"Mm, Pak Deni udah kenal Axel berapa lama Pak?"
Mendengar pertanyaan Flora Deni tersenyum dan masih fokus dengan pandangan lurus ke depan mengemudikan mobil.
"Saya sudah dua puluh tahun bekerja pada keluarga Kusuma. Jadi saya tau bagaimana sifat Aden, Nak Flo."
Mendengar itu Flora semakin penasaran.
"Dia orangnya seperti apa Pak?"
"Aden itu orangnya sangat baik. Dan sangat sayang pada Nyonya besar. Dia suka menolong orang yang kesusahan. Pokoknya dia orangnya baiklah Nak. Bapak yakin Nak Flo tidak akan menyesal menikah dengan Aden."
Flora tersenyum mendengar perkataan Deni. Dia menatap ke arah luar jendela.
"Semoga saja Pak.”
Hanya itu yang di ucapkan oleh dia, dan tidak berniat untuk melanjutkan pertanyaan yang lain.
***
Tidak terasa, perjalanan mereka sudah berlalu satu jam.
"Kita sudah sampai Nak Flo."
Suara Deni mengagetkan Flora. Dia tersentak kaget dan memperbaiki duduknya yang merosot.
"Oh, sudah sampai ya." Flora bergegas ingin turun, dan diikuti oleh Deni.
"Bapak mau kemana?"
"Saya mau mengantar Nak Flo ke atas." Flo tersenyum.
"Tidak perlu Pak. Saya bisa sendiri. Bapak pulang saja, hari sudah mau gelap."
Mendengar ucapan Flora Deni tersenyum. Dan kembali masuk ke dalam mobil.
"Hati-hati Pak," ucap Flora saat Deni membunyikan klakson dan membuka kaca mobil.
Setelah Deni pergi, Flora memasuki lift dan menekan tombol unit yang dia tinggali. Hanya dia sendiri yang berada di dalam Lift.
Sampai di depan pintu apartemen, dia langsung menekan password apartemen, dan memasukinya dengan wajah lesu.
Setelah mengunci pintu, dia berjalan menuju kamarnya, merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Setelah beberapa menit, dia beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Melepaskan semua yang ia pakai dari ujung kepala hingga ujung kaki.
1 jam kemudian
Flora keluar dari kamarnya, dia hanya mengenakan hotpants berwarna coklat muda dan tangtop berwarna hitam.
Dia berjalan ke arah dapur. Membuka lemari penyimpanan makanan dan ternyata kosong. Dia berjalan ke arah lemari Es membukanya dan dia mendesah.
"Astaga! Semuanya habis. Lah aku mau makan apa ini. Malah laper banget lagi!"
Dia menutup kembali lemari es itu dan berjalan meninggalkan dapur menuju kamarnya.
Mengambil jaket handphone dan dompet miliknya yang berada di atas nakas.
Dia berjalan keluar. Mengunci pintu dan kemudian memasuki lift.
Sampai di ground floor dia berjalan ke arah minimarket yang berada tepat di depan apartemen.
Masuk ke dalam minimarket dan mengambil keranjang kemudian memilih milih apa yang dia inginkan.
Mulai dari mie instan dengan rasa yang bermacam macam, berbagai macam cemilan, bubble gummy dengan lima rasa yang berbeda dan tidak lupa ice cream rasa coklat.
Keranjang belanjaannya hampir penuh. Lalu dia bergegas menuju kasir.
"Totalnya jadi seratus lima puluh ribu Mbak."
Kemudian dia mengambil dua lembar uang dari dalam dompetnya. Uang lembaran seratus dan limah puluh ribu.
Setelah menyerahkannya pada kasir dia mengambil kantong plastik berisi belanjaannya.
"Terimakasih, selamat datang kembali!" ucap kasir minimarket itu dan tersenyum.
"Sama-sama." Flora tersenyum dan pergi meninggalkan minimarket itu.
Saat berada di depan apartemen, dia melihat lift terbuka dan seseorang berjalan memasukinya. Tanpa pikir panjang Flora berlari menuju lift sebelum pintunya tertutup.
"Tungguuu!!" teriak Flora.
Mendengar suara itu mengarah padanya, pria yang berada di dalam lift itu menekan tombol agar pintunya tidak tertutup.
Dengan cepat Flora berlari dan memasuki lift dengan nafas yang tersengal-sengal. Karena terlalu lelah, gadis itu sampai duduk di atas lantai.
Melihat keadaan Flora, pria itu bertanya, "are you okey?"
"Iya-hah. Ma-makasih!”jawab Flo dengan nafas tersengal-sengal, dia berusaha mengatur nafasnya.
Setelah merasa tenang Flora bangkit berdiri. Dia menatap pria itu yang terus menatapnya tanpa berkedip.
"Kenapa? Ada apa?" tanya Flora dengan mata yang di sipitkan.
Pria itu tersentak, lalu menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Eh-nggak. Gak apa-apa. Justru saya yang bertanya seperti itu. Kamu kenapa lari-lari begitu?" dia mengalihkan pandangannya dari Flora dan memilih menatap pintu lift.
"Ngejar lift. Biar gak ketinggalan."
Mendengar jawaban Flora pria itu menoleh ke arahnya.
"Ck, kan kamu bisa nunggu di bawah saat saya sudah sampai. Atau Memakai lift sebelah."
"Kelamaan kalau nunggu." Pria itu menggelengkan kepalanya. Dan menatap belanjaan yang dibawa oleh Flora.
"Belanjaan kamu banyak sekali, kamu bisa menghabiskan itu semua?"
Pria berkacamata itu terheran-heran.
Flora jengkel mendengar pertanyaan-pertanyaan pria itu. Kenapa pria ini terkesan sangat kepo dengannya.
"Bisa. Saya makannya banyak, jadi kalau kamu mau nyulik saya, mikir-mikir dulu. Entar kamu bangkrut lagi karena ngehabisin uang buat beli makananku," ucap Flo dengan jengkel.
Pria itu bingung dengan ucapan Flora. Keningnya berkerut.
"Siapa yang mau nyulik kamu?"
"Ya dari tadi kamu lihat-lihat saya mulu. Kali aja kamu mau nyulik. Tatapan kamu itu mencurigakan!" Flora memicingkan matanya.
"Ck, dasar gadis gila. Saya nyulik kamu buat apa? gak ada untungnya buat saya."
"Apa! kamu bilang? Saya gila?" Flora menatap tajam ke arah pria itu.
Tiba-tiba lift berhenti dan terdengar bunyi ting pertanda sudah sampai.
"Iya lu gila, cewek stres!!" Pria itu keluar dengan cepat saat pintu lift terbuka.
"Hei! Awas kamu ya-“ Belum sempat menyelesaikan ucapannya pintu Lift sudah tertutup kembali.
"Ck, sialan! Awas aja Entar ketemu bakal aku hajar dia." Flora mengomel sendiri di dalam lift. Kenapa bisa bertemu orang gila sih di sini, dia tidak habis pikir.
Sampai di apartemen dia langsung menuju dapur. Menyalakan kompor dan merebus mie instan yang dia beli tadi.
Setelah matang dia melahapnya sampai habis.
"Aku kenyang,” gumamnya sambil mengusap perut yang terasa penuh.
Tiba-tiba handphone miliknya berbunyi. Dia merogoh benda itu dari dalam saku jaketnya.
Dia langsung menggeser tombol hijau, setelah melihat pemanggilnya.
"Halo, Mamah!"
"Hallo Rin, Mamah cuma mau memberi tahu kita sudah sampai di rumah."
"Oh,syukurlah. Tapi Mamah dan Ayah baik baik sajakan?"
"Iya, Mamah dan Ayah baik baik saja. Kamu sudah makan?"
"Udah Mah, baru aja selesai."
"Ya sudah kamu istirahat saja. Besok kamu harus kuliahkan?"
"Iya Mah, kalau gitu Arin istirahat ya."
"Iya, jaga diri baik baik ya."
"Iya Mamah. Selamat malam."
Setelah mengakhiri percakapannya Flora berjalan ke kamar, membuka jaketnya dan berjalan menuju kamar mandi. Mencuci wajah dan gosok gigi.
Setelah itu dia berjalan ke arah tempat tidurnya, memadamkan lampu dan menyisakan cahaya dari lampu tidur.
Merebahkan tubuhnya di atas kasur,menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Memejamkan mata dan berharap esok akan menjadi hari yang indah.
•••

Book Comment (100)

  • avatar
    HutabaratElisawati

    Trimkh,msih ada penulis novel yg mengajak pembcanya utk belajar utk bisa mengampuni masa lalu dan menerima kekurangan org laintanpa kesan mengajari atau panatik dlm suatu agama tertentu,membacanya seperti melihat alur cerita nyata bkn seperti novel2 yg lain yg mengutamakan hayalan tingkat tinggi yg kadang keluar dr fakta kehidupan

    18/01/2022

      0
  • avatar
    Siti Mardina Musa

    baru mulai baca udah tertarik 😊

    16h

      0
  • avatar
    Jaku.Reza

    Mantap

    4d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters