logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 6 AXEL POV | PERTUNANGAN TERTUTUP

Axel POV
Aku berjalan mondar mandir di depan kasurku.
Aku bingung.
Aku tidak percaya ini.
Apa ini keputusan yang tepat?
Aku akan bertunangan.
Bahkan akan menikah.
Dan dengan gadis yang tidak aku kenal sama sekali.
Lalu bagaimana dengan gadis yang aku harapkan selama ini?
Aku masih menunggu dia dan aku tahu, nanti dia akan kembali.
Ku hempaskan bokongku di atas kasur, sambil mengusap wajah dengan kasar.
Kulirik jam tangan yang aku pakai, sudah jam delapan malam dan itu semakin membuat aku gugup.
Tiba-tiba, terdengar suara ketukan dan spontan aku menoleh ke arah pintu.
Tok tok tok!
"Aden, Nyonya minta Aden turun ke bawah sekarang."
Detik kemudian, terdengar suara Bi Mar dari balik pintu yang masih tertutup.
"Iya Bi, beEntar lagi saya turun." Aku berteriak dari dalam kamar lalu berjalan ke arah cermin.
Ku tatap pantulan diriku di sana, hanya memakai casual suit. Kemeja putih dan celana jeans. Tadinya aku tidak ingin memakai ini, tapi Mamah yang memaksaku.
Dia ngomel selama dua jam, karena aku ingin memakai kaus oblong dan celana belel.
Terdengar aneh, tapi aku benar-benar tidak tertarik dengan pertunangan ini.
Aku terpaksa. Demi Mamah!
Suara tarikan nafas kasar, terdengar dari mulutku. SebeEntar untuk menenangkan diri lalu keluar dari kamar.
Aku berjalan menuruni anak tangga dari lantai dua. Sampai di lantai dasar, kulihat Mamah menatapku dengan tatapan haru.
"Anak Mamah tampan sekali." Mamah memelukku dengan erat.
"Makasih sayang, sudah mau menerima pertunangan ini,” sambungnya lagi dan mengurai pelukan itu.
Aku hanya tersenyum membalas ucapan Mamah. Acara pertunangan ini tertutup dan itu, aku yang memintanya.
Tadinya Albert dan Alex memaksa ingin datang. Tapi aku melarang mereka. Kami berdebat cukup lama, namun bukan Axel namanya jika kalah dengan mereka.
Ting tong! Ting tong!
Suara bel yang berdenting, mengganggu obrolan kami.
"Sepertinya mereka sudah datang. Kamu harus senyum ya,” Mamah, dan aku mengangguk mematuhi perintahnya, lalu kami berjalan ke arah pintu.
Aku penasaran. Benar-benar penasaran dengan gadis ini.
Jangan jangan dia....
Tidak tidak!
Aku menggelengkan kepala, membuang pikiran buruk tentang gadis yang akan menjadi tunanganku ini.
Mamah menarik daun pintu. Dan terlihatlah wanita cantik seusia Mamah, dan pria memakai kacamata mungkin seumuran dengan Papah dulu.
Tapi rasanya wajah mereka tidak asing bagiku. Sepertinya aku pernah melihat mereka. Tapi dimana?
Lamunanku buyar, saat mendengar ucapan Mamah.
"Kalian sudah sampai," kata Mamah.
"Maaf, kami lama ya?"
"Tidak tidak," jawab Mamah.
Dan dimana gadis yang akan ditunangkan denganku?
Dia tidak kelihatan. Aku hanya melihat Mamah berpelukan dengan Tante itu.
"Apa ini Axel?"
Aku menganggukkan kepalaku dan tersenyum menjawab pertanyaan Om itu lalu menyalami tangan mereka.
"Wah, kamu sudah besar ya, tampan lagi."
"Makasih Om."
Aku tersenyum kikuk.
Tampan?
Ya, aku memang tampan.
Bukannya memuji diri, tapi orang-orang yang mengatakan itu.
"Kamu mirip dengan Papahmu." Aku tersenyum mendengar ucapan Tante Retta.
Tiba-tiba ada seorang gadis yang datang dengan tergesa-gesa, dengan gaun yang sedikit di singkapkan ke atas.
Mataku melotot sempurna, menyadari wajahgadis itu.
"Kamu cantik sekali Flo."
Bukan aku yang mengatakan itu, tapi Mamah.
Cantik?
Tidak! Bahkan jauh dari kata cantik.
Gadis ini biasa saja. Tidak ada yang istimewa darinya. Pendek, rambut hitam pekat sebahu, dan memakai behel berwarna biru.
‘Oh Tuhan, cantik apanya Mamah?’ tentu saja pertanyaan itu hanya ada dalam hatiku saja.
Aku akan akan bertunangan dengan gadis seperti ini? Hidupku benar-benar akan hancur!
Bahkan banyak wanita-wanita cantik yang aku tolak. Dan aku akan menjadi tunangan dia?
Apa kata orang-orang nantinya?
Ingin rasanya aku menenggelamkan diriku dilaut sekarang juga.
___
Saat ini mereka tengah berada di ruang tamu. Ambar yang duduk di sebelah Margaretta dan Christian yang duduk di sofa tunggal.
Axel dan Flora yang duduk bersebelahan dihadapan Christian dengan meja yang membatasi mereka.
"Ya sudah, kita mulai saja acaranya." Ambar membuka suara dia menatap Axel dan Flo dengan senyum mengembang.
Ambar mengambil kotak berbentuk hati yang berbalut kain beludru berwarna merah, membukanya dan memberikan satu cincin pada Axel.
“Pasangkan di jari Flora sayang.”
Axel tidak menjawab. Flora menyadari itu, lalu dia mengulurkan tangannya pada Axel. Tanpa aba-aba dan suara, Axel menyematkan cincin itu di jari manis Flora.
Tak ada senyum di bibirnya, wajah ekspresi masam yang dia berikan. Bahkan Axel sendiri tidak tahu, kapan Mamah memesan cincin ini.
“Flora, ini sayang.” Ambar memberikan cincin yang lain kepada Flo.
Flora tersneyum kecil dia menerima cincin itu dan menyematkannya di jari manis Axel.
Tanpa dia sadari, Axel sedang menatapnya dengan tatapan benci bahkan dia sudah ingin mencekik Flora sekarang juga.
Astaga! Gadis itu sangat jelek dan dia benci itu!
Apa yang harus dia katakan pada teman-temannya nanti. Bisa-bisa dia menjadi bahan ejekan Albert dan Alex.
Ah! Sialan! Axel benar-benar membenci situasi ini. Apalagi saat melihat Flora yang tersenyum manis. Axel tahu, pasti gadis itu sedang tertawa senang karena berhasil bertunangan dengannya.
Bahkan mereka terlihat seperti seorang majikan dan pembantu. Sama sekali tidak serasi.
Cincin mereka terpasang sempurna di jari mereka masing-masing. Mereka bertepuk tangan, kecuali Axel dan Flora.
Tidak ada ekspresi bahagia dari Axel, dia hanya menatap jari manisnya yang seperti terkena kutukan karena cincin yang melingkar di sana.
Hanya senyum sinis dan itupun di paksakan.
"Akhirnya kalian bertunangan juga." Retta angkat bicara, dia menatap keduanya dengan haru.
"Selamat sayang," ucap Ambar pada Flora dan hanya dibalas senyuman olehnya.
"O iya, tiga bulan lagi kalian akan menikah, tepat saat kalian libur semester,” ucap Ambar dengan antusias. Dia benar-benar tidak sabar menunggu momen itu.
Detik itu juga Axel melebar, dia terkejut mendengar keputusan sepihak ini dan ingin menolak tapi itu tidak mungkin.
Wajahnya memerah menahan amarah tapi percuma saja, dia tidak bisa melampiaskannya. Hanya bisa memendam sambil menatap Flora dengan penuh kebencian.
"Apa itu tidak terlalu cepat?" tanya Flora yang sama bingungnya seperti dia.
"Tidak sayang, justru itu terlalu lama. Tapi karena Ayahmu bilang lebih baik saat libur semester dan itu tidak akan mengganggu kuliah kalian."
Ambar mengusap lengan Flora, dia terus menatap gadis itu dengan tatapan bangga.
"Dan besok lusa kamu akan kuliah bersama Axel," sambungnya lagi, bahkan dia tidak mempedulikan Axel yang sudah ingin protes.
Mendengar itu, Axel mengepalkan tangan. Dia ingin angkat bicara dan menolak semuanya. Mengatakan jika dia membenci gadis ini, dan tidak sudi menjadi tunangan atau bahkan suaminya.
Tapi saat dia lihat raut bahagia dari wajah Ambar, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa diam dan menurut.
Di tambah lagi dengan Christian dan Margaretta. Dia tidak ingin menghancurkan momen yang membuat mereka bahagia tapi malah membuat dia sendiri menderita.
Axel menarik nafas perlahan untuk menenangkan dirinya sendiri. Lalu tersenyum kecil, menatap mereka satu per satu.
‘Demi Mamah,’ ucapnya dalam hati.
"Ya udah, kalau begitu kita makan malam,’ sambung Ambar yang masih saja terlihat sangat bahagia.
"Iya, saya sudah lapar." Ucapan Tian membuat mereka tertawa kecil.
Mereka bergegas kemeja makan yang sudah terhidang berbagai jenis makanan. Duduk di kursi masing-masing, dan makan dalam hening.
Hanya dentingan sendok yang sesekali terdengar . Wajah mereka bertiga begitu berbinar-binar, menandakan jika mereka sangat bahagia.
Tapi tidak dengan dua orang yang menjadi tokoh utama dalam hal ini.
Hanya ekspresi datar, terkadang tersenyum tipis dan menjawab seadanya jika mereka di tanya.
••••

Book Comment (100)

  • avatar
    HutabaratElisawati

    Trimkh,msih ada penulis novel yg mengajak pembcanya utk belajar utk bisa mengampuni masa lalu dan menerima kekurangan org laintanpa kesan mengajari atau panatik dlm suatu agama tertentu,membacanya seperti melihat alur cerita nyata bkn seperti novel2 yg lain yg mengutamakan hayalan tingkat tinggi yg kadang keluar dr fakta kehidupan

    18/01/2022

      0
  • avatar
    Siti Mardina Musa

    baru mulai baca udah tertarik 😊

    18h

      0
  • avatar
    Jaku.Reza

    Mantap

    4d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters