logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 30 SIAPA ZACK?

"Oh my God! Siapa sih yang nelpon pagi-pagi gini!" gerutu Flo seraya meraba-raba handphonenya yang berada di atas nakas.
"Halo." Suaranya serak khas orang baru bangun tidur, tangannya mengucek-ngucek mata yang masih terasa sangat berat.
"DASAR SEPUPU DURHAKA!" Teriakan dari seberang telfon membuat Flo menjauhkan handphone dari telinganya.
Flo melihat nama siapa yang tertera di layar handphonenya. Ia mendengus melihat gambar seorang pria tampan.
"Ga usah teriak-teriak telingaku gak budek ya!" ucapnya datar masih dengan suara yang serak.
"Kamu itu ya. Pasti baru bangunkan. Dasar Kebo betina." Orang yang di seberang terkekeh.
"Bodo. Ada apasih ganggu orang tidur aja tau gak!" Flo menggaruk-garuk lehernya.
"Kamu harus di hukum karena udah bohong sama aku."
"Terserah. Apaan?"
"Mmm Entar habis pulang kuliah aku jemput kamu di kampus. No penolakan. Oke!" Tegas orang yang di seberang.
"Iya, iya. Entar aku kabarin deh. Udah ah aku mau mandi. By!" Flo memutuskan panggilan secara sepihak. Lalu dia bergegas ke kamar mandi.
Skip...
At campus
Di pojok kantin Axel dan kedua sahabatnya sedang duduk santai sambil merokok.
"Udah baikan lu?" tanya Alex pada Axel yang duduk di hadapannya.
"Seperti yang udah lu lihat," ujar Axel yang meniupkan asap rokok dari mulutnya.
"Jelas lah bro. Lu lupa siapa yang rawat dia. Calon istrinya!" Seru Albert dengan menekankan dua kata terakhirnya.
Mendengar itu Axel berdecak malas. Dia benci mendengar itu.
"Pagi!" sapa Nela pada mereka bertiga yang kini sudah berada di sebelah Axel bersama Dave.
"Pagi Ne," jawab Alex dan Axel hanya menganggukkan kepalanya.
"Pagi juga Nelampir!" ucap Albert setengah meledek Nela.
"Gua gak nyapa lu. Jadi lu diam aja. Ulat bulu!" ketus Nela.
"Ck, lu sapa berarti harus gua jawab dong." Albert selalu saja ingin membuat Nela kesal.
"Sapaan gua gak berlaku buat ulat bulu kayak lu!" tegas Nela.
"Ck, lu jangan gitu. Entar jatuh cinta sama gua tau rasa!" ucap Albert, dan perkataannya itu membuat Nela terdiam.
"Lu berdua berantem mulu ya. Gua doain jodoh tau rasa!" Dave yang sudah terlanjur kesal, ingin sekali rasanya dia menggaruk wajah sepupunya itu. Siapa yang tidak jengah, melihat Albert dan Nela yang selalu saja adu mulut setiap kali bertemu.
"Ish amit-amit jabang bayi!" kata Nela yang bergidik ngeri sambil mengusap perutnya.
"Amin ya Tuhan!" teriak Albert dalam hati.
"Bye the way, selamat atas pertunangan lu bro." Dave mengulurkan tangannya pada Axel, dan pria itu menyambutnya meski bingung.
"Thanks!" ucap Axel dengan datar.
"Lu bener-bener keterlaluan ya. Lu tunangan dan gak bilang sama kita." Nela berdecak kesal menatap wajah datar temannya itu.
"Bukan gitu Ne, gua nunggu waktu yang tepat," ujar Axel dengan biasa saja.
"Iya, tapi sebagai tunangan lu, Flo pasti tersiksa lu perlakuin kayak gitu." Mendengar ucapan Nela mata Axel melotot. Dari mana Nela tahu tunangannya Adalah Flo. Sementara yang tahu siapa tunangannya hanya Alex dan Albert.
Seakan mengerti reaksi Axel, Dave menjawabnya.
"Albert!" ujar Dave dengan dagu yang menunjuk Albert.
Axel menatap tajam Albert yang duduk di hadapannya. Dan itu membuat Albert tertawa cengengesan.
"Sorry bro. Gua terpaksa. Karena gua di ancam sama ni bocah." Albert menunjuk Dave dengan raut wajah kesalnya.
"Lu ngancam dia apaan?" tanya Alex pada Dave dengan tawa yang di tahan. Lucu sekali seorang Albert yang pecicilan bisa di ancam seperti itu.
"Dia mau ngaduin gua sama nyokap karena gua mabuk kemarin lusa." Yang menjawab pertanyaan Alex bukan Dave melainkan Albert.
"Siapa suruh lu mabuk dan muntah di kasur gua!" ucap Dave dengan kesal. Tentu saja Dave kesal, itu membuat dia kesusahan sendiri.
Mendengar itu Nela dan Alex bergidik jijik dan Albert tertawa cengengesan dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Saat Alex mengantar Albert yang mabuk bersama Axel. Dia meminta mengantarnya ke rumah Dave. Dan itu membuat Dave merepet sepanjang malam karena Albert muntah diatas kasurnya.
Ketika mendengar kata muntah Axel menegang. Pikirannya teringat saat ia muntah di baju Flo. Dia mengingat wajah Flo yang sangat tulus merawatnya saat itu.
"Kenapa dia sebaik itu sementara gua gak pernah sedikitpun memperlakukan dia dengan baik," batin Axel.
"Woiii!" Albert menepuk pundak Axel dan itu membuat dia terkejut.
"Bengong aja lu. Mau di sini apa mau masuk kelas?" lanjut Albert.
Axel berdecak dan ia beranjak dari kursinya di susul Dave, Nela, Albert dan Alex.
Kelas telah usai. Flo beranjak dari duduknya ingin keluar dari kelas tapi di tahan oleh Nela.
"Jangan pulang dulu Flo. Temenin gua ke kantin yuk!" pinta Nela dengan wajah yang memelas.
"Ngapain?" tanya Flo.
"Ngapain lagi kalau gak makan!" ujar Dave, dan Nela hanya tertawa cengengesan dan Flo menggelengkan kepalanya.
Akhirnya Flo menyetujuinya, "gak apa-apa deh sekalian nungguin dia," ucap Flo dalam hati.
At kantin
"Kita gabung bareng mereka aja yuk!" ajak Dave yang menunjuk pada Axel Cs.
Dan mendapat anggukan dari kedua gadis itu. Mereka menghampiri Axel dan kedua sahabatnya.
"Pada belum pulang?" tanya Dave yang kemudian bergabung dengan mereka.
"bentar lagi," jawab Alex.
"Dia merokok?" tanya Flo dalam hatinya yang melihat Axel menghisap rokoknya.
"Ehh ada Flora," ucap Albert basa-basi yang melihat kedatangan Flo bersama Nela.
"Duduk Flo," Alex yang menggeser bokongnya ke pojok. Flo tersenyum dan duduk di sebelah pria itu.
"Gua gak di ajak duduk nih?" Nela berpura-pura kesal.
"Sini gua pangku!" ucap Albert dengan jail dan menepuk pahanya.
"Jijik!" ketus Nela yang kemudian duduk di sebelah Dave. Dan Albert hanya mendengus kesal, dasar Nelampir! Umpatnya dalam hati.
Posisi mereka sekarang duduk berhadap-hadapan. Dave duduk di antara Nela dan Axel lalu Alex di antara Flo dan Albert.
"Makasih." Ucap Nela pada ibu kantin yang mengantar makanannya.
"Mmm Flo Entar kita ga bisa pulang bareng, gua bareng Nela." Dave membuka suara dan ditanggapi dengan senyum kecil dari Flo.
"Kalian aneh. Aku bukan anak kecil lagi yang harus di antar pulang pergi." Flo menatap Dave, jujur dia mengakaui jika pria datar satu ini sedikit posesif.
"Ck, bukan gitu. Lu itu cewek gak baik pulang sendiri Flo!" lanjut Dave. Nela menganggukkan kepala tanda setuju, karena ia masih mengunyah makanan miliknya.
"Aku bisa jaga diri David," ujar Flo. Dan itu membuat Dave berdecak.
"Kalian ngapain sih berdebat. Kan ada tunangannya Flo!" Ujar Alex akhirnya.
"Benar. Biar Flo di antar sama Axel!" Albert memebri tanda setuju. Dan sialnya, ucapan mereka membuat Flo dan Axel menegang.
"Apa jadinya nanti? Entar di tinggalin di tengah jalan lagi!" gumam Flo dalam hati.
"Kalau bisa pulang sendiri ngapain harus di antar," ucap Axel dengan datar, bahkan dia enggan untuk menatap Flora.
"Gak bisa gitu men. Flo itu tunangan lu. Masa lu tega biarin dia pulang sendiri?" ujar Alex.
"Lu aja yang nganter dia pulang." Suara Axel semakin datar. Dave, Nela, Alex dan Albert menggelengkan kepala. Kenapa bisa Axel sekeras ini. Hanya untuk mengantar Flo pulang saja dia tidak mau. Apa pantas di katakan sebagai tunangan?
Flo tersenyum kecut. Dia sudah biasa di perlakukan seperti itu. dan sekarang dia tidak akan mengambil pusing dengan masalahnya.
Ting
Pesan dari handphone Flo., dia segera membuka handphonenya.
Bapak Komandan
“Baby gua udah nyampe kampus lu. Lu dimana?”
Flo
“Di kantin. Datang ke sini aja.”
Bapak komandan
“Ok. Ini kampus apa kuburan sih sepi amat.”
Flo
“Udah pada pulang mahasiswanya.”
Bapak komandan
“Oh gitu. Ok gua otw kantin. Tunggu ya.”
Flo hanya membaca chat itu dan tidak membalasnya lagi. lalu kembali menatap teman-temannya yang masih saja berdebat, antara mengantarnya pulang atau tidak.
"Ya udah Flo, biar gua yang nganter lu pulang," ucap Alex pada akhirnya. Dia tidak tega membiarkan Flo pulang sendiri.
"Makasih Lex. Tapi gak apa-apa kok. Aku di jemput," jawab Flo dengan senyum yang sangat tulus.
Sontak mereka semua kaget, tanpa terkecuali termasuk Axel tapi itu hanya sesaat.
"Siapa?" tanya Albert penasaran.
"Cowok yang jemput di parkiran itu?" tanya Nela, lalu kemudian mereka semua menatap Nela kecuali Flo yang hanya tersenyum.
"Bukan!" singkat Flo.
"Terus siapa?" Dave yang bertanya.
Flo tersenyum geli melihat ekspresi mereka semua. Kemudian matanya beralih ke arah pintu masuk kantin. Matanya berbinar melihat seseorang berseragam Polisi yang berdiri tidak terlalu jauh dari mereka.
"Zack,” ucap Flo dengan antusias, “aku duluan ya. Bye!" sambungnya lagi kemudian dia beranjak dari kursinya menuju pria yang celingak-celinguk mencari seseorang.
"Zack," gumam mereka semua dengan raut wajah yang sangat terkejut kecuali Axel, dia biasa saja.
Flo berlari kecil ke arah pria itu dan memanggil namanya.
"Zack!" Panggil Flo. Pria itu menatap Flo bingung.
Sampai di hadapan pria itu Flo langsung memeluknya. Pria itu tidak memberikan respon dia syok. Merasa tidak di respon Flo melepaskan pelukannya.
"Kenapa?" tanya Flo dengan bingung. Mata pria itu memelototi Flo.
"Kenapa lu berubah jadi itik buruk rupa kayak gini?" tanya pria itu terkejut melihat penampilan Flo. Dan gadis itu hanya mendengus kesal.
Sesaat kemudian pria itu tertawa lalu memeluk Flo dengan sangat erat.
"Bodo amat dah. Yang penting gua kangen banget sama lu." Pelukannya itu sangat erat sehingga Flo memukul-mukul pundak Pria itu agar segera melepaskannya.
"Kenapa?" tanya pria itu kebingungan.
"Gak bisa nafas bego!" ketus Flo.
"Habis gua kangen banget." ucap pria itu dengan tawa kecilnya.
Pria itu adalah Zack Richard sepupu Flo. Dia seorang anggota Polisi. Usia yang sama, membuat mereka terlihat seperti sahabat dekat. Padahal, keduanya suka sekali bertengkar tidak jelas.
"Ya udah yuk!" ajak Zack yang menggenggam jemari Flo.
"Tunggu!" cegah Flo.
Zack mengernyitkan keningnya, “ada apa?" tanyanya bingung.
"Bawa apa?"
"Motor!" jawab Zack dengan santai seraya menggoyang-goyangkan kunci motor yang ida pegang.
"Ck, kenapa bawa motor sih! Gak lihat matahari cerah banget. Kalau aku hitam gimana?" protes Flo.
Mendengar itu Zack berdecak dan menggelengkan kepalanya.
"Lu gak berubah ya!" katanya. Lalu Zack membuka jaket yang ia pakai dan memakaikannya pada Flo. Saat ini mereka terlihat seperti pasangan kekasih yang sangat romantis.
"Gitu dong. Kan kamu jadi makin cakep. Aku doain cepat dapat jodoh!" kekeh Flo.
"Serah deh!" ucap Zack yang kemudian menoel hidung Flo dengan gemas.
Saat mereka ingin berjalan tiba-tiba Flo di dorong oleh Shera, beruntung Zack reflek menangkap pinggang Flo.
"Dasar cewek udik! Cewek gatel lu ya! Gak puas lu ngedeketin Axel lu deketin dia juga! Cewek mu-“
Ucapan Shera terhenti saat tangannya yang menunjuk-nunjuk Flo di tangkap oleh Zack dan dicekal dengan kuat hingga Shera meringis kesakitan.
Mata Zack memerah menahan emosi.
"Heh cewek iblis! Jaga mulut lu ya. Sekali lagi lu ngomong gitu sama Flora lu bakal berurusan dengan gua di penjara." Zack menekan semua ucapannya dengan wajah dan mata yang memerah seakan akan ingin memakan Shera saat ini juga.
Melihat itu Shera ketakutan, dia gemetar. Beruntung Flo menenangkan Zack.
"Zack, udah zack. Gak baik perlakuin wanita kayak gitu. Lagian ingat kamu masih pakai seragam, apa kata orang nanti." Mendengar ucapan Flo, Zack melepaskan tangan Shera. Dan dia pergi dengan terbirit-birit meninggalkan mereka berdua.
"Udah yuk. Aku laper!" ucap Flo dengan manja dan bergelayut di lengan Zack. Pria itu menarik nafas untuk menenangkan diri. Lalu dia tersenyum tulus seraya mengusap rambut Flo.
"Tumben bersikap kayak gini sama gua. Biasanya ketus mulu. Gua tau lu kesepiankan karena abang kesayangan lu gak di sini. Jadi gua sebagai pelarian!" ucap Zack berpura-pura kesal.
"Ya udah kalau gak mau!" ketus Flo. Kemudian melepaskan tangannya dari lengan Zack dan pergi meninggalkan Zack.
"Ehh, kok marah sih. Baby tungguin!” pekik Zack yang kemudian mengejar Flo, lalu merangkul Flo dari samping. Sesekali Flo menghempaskan tangan Zack, tapi dia tetap merangkulnya.
Mereka berjalan menuju parkiran.
Lain halnya di sudut kantin. Axel, Dave, Nela, Alex,dan Albert hanya bisa melihat apa yang di lakukan oleh Flo dan Zack.
Mereka terkejut melihat kedekatan antara Flo dan Zack.
"Itu siapanya Flo?" Alex membuka suara.
"Gak tau." Jawab Dave.
"Kok kayaknya dekat banget ya. Kayak pasangan romantis tau gak. Ada panggilan sayangnya lagi." Seru Albert.
"Hmm, siapapun dia gua harap dia bisa menjaga Flo. Kalian lihatkan seberapa protectnya dia saat Shera memperlakukan Flo kayak tadi bukannya dia malah ninggalin Flo gitu aja. Gua harap dia orang yang tepat buat Flo. Dan bisa lebih menghargai perasaan Flora." Ucap Nela panjang lebar,dia sengaja mengatakan itu untuk menyindir Axel.
Axel tidak peduli dia hanya memasang wajah datarnya.
"Dave ayo pulang." Ajak Nela pada Dave.
"Kita duluan ya." Pamit Dave pada mereka bertiga dan menyusul Nela yang sudah berjalan terlebih dahulu tanpa pamit pada mereka.
"Apa yang dikatakan Nela itu benar. Dan gua harap nanti lu gak akan nyesal bro!" ucap Alex pada akhirnya. Namun Axel tetaplah Axel manusia Es berhati batu dan kepala karang itu yang di katakan Flo. Axel tidak peduli akan ucapan Nela ataupun Alex dia tetap memasang wajah datarnya. Apa begitu besarnya rasa bencinya pada Flora?

Book Comment (99)

  • avatar
    HutabaratElisawati

    Trimkh,msih ada penulis novel yg mengajak pembcanya utk belajar utk bisa mengampuni masa lalu dan menerima kekurangan org laintanpa kesan mengajari atau panatik dlm suatu agama tertentu,membacanya seperti melihat alur cerita nyata bkn seperti novel2 yg lain yg mengutamakan hayalan tingkat tinggi yg kadang keluar dr fakta kehidupan

    18/01/2022

      0
  • avatar
    Jaku.Reza

    Mantap

    1d

      0
  • avatar
    Adamezza

    bagus

    22/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters