logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 29 SAHABAT TERBAIK

PART
Setelah pulang kuliah Flo, Dave, dan Nela pulang bersama menuju apartemen Flo. Seperti yang sudah di katakan oleh Flo tadi dia akan menunjukkan dirinya yang sebenarnya.
Axel pulang bersama Shera. Flo tidak masalah karena Ambar sudah pulang dari luar kota, pasti dia sudah berada di rumahnya. Lagi pula Axel tidak terlalu peduli siapa yang akan mengantarnya pulang.
Sesampai di apartemen TLS Flo mengajak kedua sahabatnya masuk ke dalam apartemen yang dia tempati.
"Aku mau ganti baju. Anggap aja rumah sendiri, terserah kalian mau ngapain aja," Ucap Flo dan hanya di angguki oleh Nela dan Dave. Flo berjalan menuju kamarnya dan menutup pintu.
"Ini apartemen yang pernah di tempati Axel kan?" tanya Nela pada Dave yang kemudian mereka berjalan menuju dapur.
"Iya. Dan di sita sama Tante Ambar karena dia gak pernah bersihin tempat ini!" seru Dave lalu tangannya bergerak membuka lemari es, mengambil dua tin minuman segar dan berjalan menuju pantry memberikan satu pada Nela. Kemudian mereka tertawa bersama.
Tawa mereka terhenti ketika melihat seseorang berdiri di hadapan mereka.
Seorang gadis cantik berambut panjang warna coklat alami. Mata mereka melotot melihat wanita yang ada di hadapan mereka dengan mulut yang terbuka.
Gadis itu tersenyum pada mereka.
"Kenapa?" tanya Flo.
"I-i, ni lu Flo?" gugup Dave.
Flo menganggukkan kepalanya.
"Ini beneran Flora?" tanya Nela yang kemudian berdiri dari kursi yang dia duduki.
"Iya aku Flora Katarina!" ucap Flo yang menekankan namanya.
"Tapi kok beda-" Dave meletakkan minuman yang ia pegang tadi di atas meja pantry. Dia benar-benar sudah tidak fokus sekarang.
Flo menarik nafas perlahan lalu melepaskannya, memang akan sangat panjang ceritanya jika dia menjelaskan semua pada Dave dan Nela.
"Ini penampilanku yang sebenarnya. Aku minta sama kalian jangan katakan pada siapapun tentang ini. Aku percaya sama kalian berdua." Flo berjalan ke arah Nela dan Dave menarik kursi dan mendudukinya.
"Tapi kenapa kamu nyembunyiin diri kamu yang sebenarnya?" tanya Nela yang sudah duduk kembali di kursi.
"Ada sesuatu yang menyebabkan aku menjadi begini. Suatu saat aku akan ceritakan pada kalian. Tapi tidak sekarang." Flo tersenyum kecil menatap wajah Dave dan Nela yang masih terlihat syok.
"Axel tahu tentang ini?" tanya Nela kemudian.
Flo menggelengkan kepala. Wajahnya menyiratkan kesedihan yang mendalam.
"Tapi dia itu tunanganmuFlo. Seharusnya kasih tahu yang sebenarnya!" sambung Nela lalu tangannya terulur mengusap lengan Flo.
"Belum saatnya Ne. Tunggu waktu yang tepat." Flo mendesah. Dia takut Axel akan mengenalinya nanti jika Flo menunjukkan dirinya yang sebenarnya dan semua akan terbongkar sebelum waktunya.
Lagi pula, dia berpenampilan jelek seperti biasa karena dia ingin menghindari seseorang. Dia takut, jika penampilannya sudah seperti ini, maka orang itu bisa mengenalinya nanti.
"Kita akan dukung apapun keputusan lu. Dan kita akan tunggu sampai lu siap untuk cerita semuanya sama kita Flo!" seru Dave dan mengambil minumannya kembali yang di atas meja lalu menenggaknya hingga setengah.
"Thanks. Kalian emang sahabat terbaikku." Flo memeluk Nela yang berada di sebelahnya.
"Apapun yang kamu alami. Apapun masalahmu. Cerita sama kita, kita akan bantu semampu yang kita bisa. Jangan sungkan-sungkan. Oke!" Masih dalam keadaan berpelukan Nela mengucapkan itu. Flo menganggukan kepalanya dalam pelukan Nela.
Dave yang merasakan suasana menjadi dramatis itu merasa jengah. Dia tidak suka suasana yang seperti ini. Lalu dia melepaskan pelukan Nela dan Flo secara paksa.
"Ngapain sih peluk-pelukan segala. Dramatis amat hidup lu berdua!" Ketus Dave yang bersandar pada meja pantry
"Apaan sih Dave. Ganggu orang aja. Ini tu pelukan kasih sayang. Bilang aja lu ngirikan karena gak bisa meluk kita?" ledek Nela dengan menyipitkan matanya.
"Ck,ngiri. Ga lah. Lagian siapa bilang gua ga bisa meluk kalian?" Tanya Dave lalu meletakkan minuman kaleng yang di tangannya tadi.
"Sini gua peluk." Dave merentangkan tangannya di hadapan Flo dan Nela seolah ingin memeluk mereka. Dave yang semakin mendekat ke arah mereka tiba-tiba berhenti mendengar ucapan Flo.
"Kamu mendekat hidungmu pindah ke belakang." Flo mengepalkan tangannya di hadapan wajah Dave dan pria itu mendengus sial.
Nela tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Dave. Jarang-jarang ada orang yang bersikap seperti ini padanya.
Mereka terlihat lebih dekat, bahkan ketiganya tertawa bersama dan sesekali saling meledek satu sama yang lain.
Awalnya Flo ragu ingin menunjukkan diri yang sebenarnya. Tapi kemudian dia benar-benar yakin dan percaya pada Dave dan Nela jika mereka adalah sahabat yang baik.
Perlahan dia akan menceritakannya semua kepada mereka. Tapi tidak dengan rahasia dan pengintaian yang akan dia lakukan nanti. Cukup hanya dia yang tahu tentang itu. Karena ia tidak ingin melibatkan siapapun dalam hal ini.
Flo siap menerima resiko yang sangat besar akibat dari keberaniannya untuk mengetahui siapa yang telah meneror keluarga Ambar dan yang telah mengancam untuk menghabisi Axel sesuai isi surat yang ia temukan itu.
Dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Axel dan Ambar. Ia bertekad akan melindungi mereka berdua.

Book Comment (99)

  • avatar
    HutabaratElisawati

    Trimkh,msih ada penulis novel yg mengajak pembcanya utk belajar utk bisa mengampuni masa lalu dan menerima kekurangan org laintanpa kesan mengajari atau panatik dlm suatu agama tertentu,membacanya seperti melihat alur cerita nyata bkn seperti novel2 yg lain yg mengutamakan hayalan tingkat tinggi yg kadang keluar dr fakta kehidupan

    18/01/2022

      0
  • avatar
    Jaku.Reza

    Mantap

    2d

      0
  • avatar
    Adamezza

    bagus

    22/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters