logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 28 DAVE POV | RAHASIA FLORA

"Makasih ya Pak!" ucap Flo pada Pak Deni supir pribadi Ambar. Tadi Flo minta tolong pada Pak Deni untuk mengantarkan mereka ke kampus karena kondisi Axel belum bisa untuk menyetir mobil.
Flo menutup pintu mobil. Dan dia berjalan bersama Axel. Flo sudah meminta Axel untuk tidak masuk kuliah hari ini, bahkan dia menelepon Ambar untuk mengatakannya pada Axel, namun tetap saja Axel si keras kepala.
Sontak semua mahasiswa kaget melihat kedekatan Flo dan Axel. Yang mereka tahu Axel tidak pernah dekat dengan wanita di kampus selain Nela dan Shera. Tapi kenapa tiba-tiba mereka melihat Flo berjalan bersama dengan Most Wanted di Kampus ini.
Axel tidak mempedulikan tatapan mereka Sementara Flo sudah merasa sangat risih.
"Kok tatapan mereka aneh ya, emangnya aku salah apa?" tanya Flo dalam hati.
Saat mereka berjalan menuju kantin, ada seseorang yang berjalan dengan buru-buru hingga tidak memperhatikan jalannya, orang itu menabrak Axel.
Kondisi Axel yang masih lemas membuat dia terhuyung kebelakang dengan cepat Flo menarik tangan Axel dan melingkarkan tangannya di pinggang Axel. Orang itu pergi tanpa meminta maaf terlebih dahulu.
Pandangan keduanya bertemu, ada tatapan yang tidak bisa di artikan di sana. seolah mentransfer sesuatu yang mereka sendiri tidak tahu.
Satu detik!
Tiga detik!
Lima detik!
Bugghh!
Ada yang mendorong tubuh Flo hingga kepalanya membentur tembok. Itu bukan Axel tapi yang mendorong Flo adalah Sheranita.
"Lu jangan kegatelan ya dekat-dekat sama Axel! Cewek udik!" Shera mendorong kembali tubuh Flo hingga terjungkal ke belakang, bokongnya terbentur ke lantai dan dia meringis kesakitan.
"Sayang kamu gak apa-apakan? Terus kenapa wajah kamu jadi kayak gini. Siapa yang ngelakuin ini sama kamu?" Shera mengusap lembut kedua pipi Axel dengan raut wajah khawatir.
Tapi pria itu tidak meresponnya sama sekali. Axel tidak menjawab pertanyaan Shera matanya memandang pada Flo yang di lantai memegang kening dan bokongnya.
Jantung Axel yang tiba-tiba berdetak tak karuan. Sera menyadari jika Axel tidak memberi respon apapun selain menatap cewek udik itu. Dan Sheramenjadi kesal sendiri.
"Ngapain sih kamu lihat-lihat cewek udik itu. Ayo kita pergi aja!" Shera menarik tangan Axel membawa dia pergi dari hadapan Flo meninggalkan dia begitu saja.
Dave p.o.v
Aku berjalan bersama Nela di koridor kampus, dari kejauhan kami melihat Flo yang di dorong oleh Shera hingga dia jatuh ke lantai.
"Astaga Flo!"
Nela yang mendengar pekikanku mengikuti arah pandanganku. Dia pun ikut memekik memanggil nama Flo.
Kami berlari mendekati Flo. Saat kami tiba di sana Shera sudah pergi bersama Axel meninggalkan Flo begitu saja.
Kulihat Flo yang meringis menahan sakit. Lalu Nela membantu Flo untuk berdiri.
"Flo kamu gak apa-apa?" tanya Nela.
"Lu di apain sama Shera Flo?" Aku bertanya pada Flo yang sudah berdiri.
"Entah, itu orang udah gila kali. Aku gak punya salah apa-apa malah di dorong tiba-tiba. Jidatku memar gak?" tanya Flo menyentuh dahinya yang sudah sedikit membiru.
"Keterlaluan!" ucapku.
Shera benar-benar keterlaluan. Untuk apa dia melakukan ini pada Flo.
"Gua harus kasih dia pelajaran!" Sepertinya emosi Nela sudah memuncak. Lihat wajahnya sudah memerah seperti itu.
Aku dan Nela sudah lama bersahabat jadi aku pasti tahu sifatnya. Dia tidak akan tinggal diam kalau orang yang sangat dekat dengannya di perlakukan seperti ini.
"Jangan Ne. Aku gak mau memperpanjang masalah." Flo menahan tangan Nela yang ingin melangkahkan kakinya.
Aku dan Nela bingung mendengar apa yang dikatakan Flo. Kenapa dia melarang, sementara Shera sudah memperlakukan dia dengan kasar seperti ini.
Flo berjalan meninggalkan kami yang masih kebingungan.
"Flo tunggu!" Nela memanggil Flo dan menyusulnya aku mengikuti mereka dari belakang.
Dan sampailah kami di taman kampus. Kami bertiga duduk di kursi panjang ini.
"Kenapa gak bolehin sih! Aku mau hajar itu Nenek sihir!" Nela menahan emosi.
Flo hanya diam. Seolah enggan untuk memperpanjang ceritanya.
"Kenapa diam aja saat diperlakukan kasar kayak tadi?" tanyaku pada Flo.
Dia menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. Sesaat dia menatapku dan Nela bergantian. Aku tidak bisa mengartikan raut wajahnya.
"Belum saatnya," ucap Flo.
Maksudnya?
Aku menatap Nela yang menyuarakan isi pikiranku.
"Belum saatnya aku tunjukin diriku yang sebenarnya."
Apa maksud Flo?
Dirinya yang sebenarnya?
"Maksud lu apa sih gua gak ngerti!” ucapku yang semakin bingung dengan perkataannya.
Dia hanya tersenyum kecut, dan jujur aku menjadi semakin geram.
"Jangan buat kita penasaran. Ceritakan yang sebenarnya."
Flo bukannya menjawab pertanyaanku malah dia tertawa dan menarik hidungku.
"Hahaha. Kamu jangan terlalu dingin kayak gini. Entar jomblo seumur hidup mau?"
Ish malah ngelantur omongannya. Kenapa jadi ngebahas jomblo.
"Jangan ngalihin pembicaraan Flo." Mungkin Flo menyadari ucapandan raut wajahku yang semakin serius, dia menggaruk kepalanya yang aku rasa itu tidak gatal.
"Flo kalau kamu memang menganggap kita sebagai teman, cerita sama kita." Nela mengusap lengan Flo.
"Ya udah entar kalian datang ke apartemen dan aku akan cerita semuanya ke kalian."
Aku dan Nela menganggukan kepala menyetujui ucapannya. Tapi dari raut wajahnya sepertinya banyak hal yang dia sembunyikan.
Kenapa raut wajahnya berubah-ubah seperti itu. Tadi seperti menanggung banyak beban dan sekarang dia terlihat bahagia.
"Ya udah yuk. Kita masuk kelas!" ucapnya kemudian dengan senyum yang mengembang di wajah.
"Tunggu." Aku menahan tangannya yang sudah ingin berdiri.
Mungkin ini saatnya aku bertanya tentang hubungannya dan Axel. Sebenarnya aku sudah tahu kalau dia adalah tunangan Axel. Awalnya aku tidak percaya tapi sekarang aku sudah benar benar yakin kalau mereka sudah bertunangan.
Kalian jangan bingung aku tahu darimana. Aku mendapat kebenarannya dari orang yang terpercaya. Albert. Ya, dia tidak mungkin menolak karena aku sudah mengancamnya.
"Ada apa?" tanya Flo yang kemudian duduk kembali bersama Nela.
"Gua mau nanya sesuatu. Tapi lu harus jujur."
"Iya," jawab Flo.
"Ada apa sih, buat penasaran aja." Nela sudah benar-benar kepo, aku tahu dia paling tidak tahan dengan rasa penasarannya.
"Gua mau lu jujur sama kita. Punya hubungan apa sama Axel?"
Lihat wajah Flo menjadi pucat seperti itu setelah mendengar pertanyaannyaku.
"Ng-itu ng-nggak. gak ada hubungan apa-apa kok!" .Tepat dugaanku dia akan mengelak.
"Jangan bohong Flo!" ucapku dengan datar.
"Ihh, a-aku ga bohong Dave."
Sepertinya Flo akan mencari alasan. Tapi aku benar-benar tidak akan mempercayainya.
"Beneran gua ga punya hubungan apa-apa sama Axel. Percaya deh sama aku!" ucap Flo, dia berusaha meyakinkan aku. Sementara Nela hanya menatap kami bingung.
"Tapi sayangnya gua ga percaya tuh." Aku pura-pura mengalihkan pandanganku ke arah lain. Mengabaikan ucapan Flo yang memang tidak aku percaya.
"Ada apa sih?" tanya Nela yang kelihatannya semakin bingung. Memang aku belum memberitahu Nela tentang rahasia yang aku ketahui.
"Ada yang ngebohongi kita Ne." Nela mengernyit mendengar ucapanku.
"Flo itu tunangan Axel." Aku menekan tiap kata yang aku ucapkan dan itu membuat Nela terkejut dengan tangan yang menutup mulutnya.
"Serius Dave. Jangan bercanda deh!" ujar Nela yang belum percaya.
"Apa gua kelihatan lagi bercanda?" tanyaku pada Nela, dia hanya menggelengkan kepala dengan mulut yang menganga.
Nela tahu aku adalah orang yang tidak suka bercanda jika dalam keadaan serius seperti saat ini. Aku melirik Flo yang ada di tengah antara aku dan Nela. Wajahnya menjadi pucat. Nah lo, ketahuankan Flo!
"Jangan sok tau Dave." Kayaknya Flo masih berusaha mengelak.
"Masih ngelak?"
"Banyak buktinya kok Flo!" ucapku dengan santai.
"Apaan buktinya?" Hm kayaknya Nela udah mulai kepo nih.
"Gak mungkin suatu kebetulan lu sama Axel punya cincin yang sama!" ucapku pada Flo yang kemudian tubuhnya menegang.
"Beneran Flo?" tanya Nela yang meraih tangan Flo dan menatap lekat cincin yang ada di jari manis Flo.
"Dan gak mungkin juga Albert berbohongkan?" tanyaku pada Flo. Lalu dia mendesah.
"Kayaknya akuk udah ga bisa bohong lagi," ucap Flo dengan lesu.
Bagus. Flo akhirnya jujur.
"Jadi bener lu tunangan Axel?" tanya Nela dan setelah sekian lama dia menatap cincin Flo baru saja dia melepaskan tangannya.
"Ya. Itulah kebenarannya."
"Tapi kenapa lu nutup nutupin ini dari kita?" Nela memiringkan tubuhnya ke arah Flo.
"Ini semua permintaan Axel. Dia terpaksa menerima pertunangan ini.” dia menjeda sesaat, sepertinya berusaha untuk menceritakan semua yang terjadi.
“Jadi dia minta aku untuk menutupinya dari orang-orang. Gak tau kenapa Dia itu benci banget sama aku.” Dia menatap kami berdua dengan penuh harap.
“Dan aku minta ke kalian berdua jangan bilang pada siapapun. Cukup hanya kalian berdua yang tahu!" ucap Flo panjang lebar. Ada raut sedih di wajahnya.
Lalu dia pergi meninggalkan kami yang masih menganga tak percaya dengan apa yang dikatakannya tadi.
Terpaksa?
Benci?
Kasihan sekali Flo, di saat orang lain bahagia dengan sebuah pertunangan, dia malah menyembunyikan pertunangannya.
Kenapa Axel menyembunyikannya?
Apa dia malu memiliki tunangan seperti Flo?
Atau dia masih menyimpan rasa untuk cinta pertamanya?
Tapi kasihan dengan Flo. Dia pasti tersiksa, apalagi selama ini aku lihat Axel tidak pernah berperilaku baik pada Flo malah kata kasarnya tidak pernah dianggap sebagai tunangannya.
Saling bicara atau berjalan bersama di kampus tidak pernah aku lihat.
Aku tidak tega melihat Flo seperti ini.
***

Book Comment (99)

  • avatar
    HutabaratElisawati

    Trimkh,msih ada penulis novel yg mengajak pembcanya utk belajar utk bisa mengampuni masa lalu dan menerima kekurangan org laintanpa kesan mengajari atau panatik dlm suatu agama tertentu,membacanya seperti melihat alur cerita nyata bkn seperti novel2 yg lain yg mengutamakan hayalan tingkat tinggi yg kadang keluar dr fakta kehidupan

    18/01/2022

      0
  • avatar
    Jaku.Reza

    Mantap

    2d

      0
  • avatar
    Adamezza

    bagus

    22/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters