logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 27 MERAWAT AXEL

Axel mengerjapkan mata beberapa kali, tangannya terulur menyentuh kepala yang terasa berdenyut-denyut, akibat minum terlalu banyak tadi malam.
Setelah dapat menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya di sekitar, matanya terarah pada seseorang yang tidur di sebelahnya. Dengan posisi duduk di lantai dan kepala tertunduk di sisi ranjang, satu tangan berada di bawah pipi Axel dan tangannya yang satu berada di dada pria itu.
"Flo," gumam Axel setelah menyadari siapa yang ada di sampingnya.
Saat Axel ingin bergerak dia meringis kesakitan, dia merasa tubuhnya remuk seperti ditimpa oleh Badak. Kepalanya terasa berat, seperti menanggung beban ribuan ton. Dia menggelengkan kepalanya sesaat.
“Ah!”
Mendengar ringisan dan gerakan dari Axel Flo terbangun, wajah lelah dan mata ngantuknya menatap Axel yang sepertinya kesakitan. Seketika dia menjadi segar kembali.
"Ehh kamu udah bangun?" tanya Flo dengan suara yang begitu lembut, meski dia masih ngantuk.
"Jauhin tangan lu dari gua!" ucap Axel dengan ketus. Walau kepalanya masih pusing, dia tetap tidak sudi berdekatan dengan gadis jelek itu.
Segera Flo menarik tangan dengan panik, “maaf,” cicitnya dengan pelan.
Dengan susah payah Axel duduk di kasur dan menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang. Dia memijit pelipisnya yang masih saja berdenyut-denyut.
Menyadari jika Axel masih terpengaruh mabuk, atau mungkin kesakitan, dengan segera Flo mengambil air minum yang sudah ia sediakan tadi malam di atas nakas.
"Kamu minum dulu." Dia menyodorkan gelas berisi air minum itu kepada Axel dan duduk di sisi kasur.
Axel merasa perutnya seperti di kocok, dagunya seperti membengkak. Saat ingin mengambil gelas dari tangan Flo, Axel malah tidak sengaja muntah di baju gadis itu.
“Huek!” semua isi perut yang dia makan kemarin keluar, dia mendadak lemas dan menjatuhkan kepalanya di pundak Flo.
Flo benar-benar merasa jijik tapi saat melihat Axel begitu lemas dia menjadi tidak tega. Dengan sigap Flo menegakkan tubuh Axel dan terlihatlah wajah Axel sudah sangat pucat, Flo mengambil tissue dan membersihkan sisa kotoran dari sisi bibir pria itu.
Axel yang melihat itu tidak bisa berkata apa-apa, karena merasa begitu lemas dia hanya menatap Flo dengan mata yang sayu. Ingin mengatakan sesuatu namun dia tidak mampu.
"Dia tidak jijik?" tanya Axel dalam hati.
"Tunggu sebentar ya, aku ganti baju dulu!" ucap Flo yang kemudian berdiri dengan hati-hati agar kotoran dari muntahan Axel tidak tercecer.
Kemudian dia terlihat bingung, "tapi aku gak bawa baju. Aku pinjam baju kamu gak apa-apakan?" tanya Flo pada Axel dan pria itu hanya bisa menganggukkan kepala dengan lemah.
Flo berjalan menuju lemari Axel mengambil kaos berwarna putih dan dia berlalu menuju kamar mandi. Setelah selesai Flo keluar dari kamar mandi.
"Tunggu sebentar ya aku buatin sarapan untuk kamu," kata Flo kemudian dia berjalan keluar kamar, meninggalkan Axel yang rasanya sudah ingin pingsan.
Sampai di dapur dia tidak tahu mau berbuat apa, kalau masak bubur pasti lama. Kalau makan roti, Axel lagi sakit. Dia tidak akan kuat untuk mengunyah.
Ah sial! Flora menjadi bingung sendiri.
Ting! Ting! Ting!
Suara dentingan itu terdengar begitu nyaring di telinga Flora, cepat-cepat dia berlari keluar rumah.
Tidak berapa lama Flo datang membawa nampan. Dia tersenyum ke arah Axel. Flo meletakkan makanan yang ia bawa itu di atas nakas. Lalu dia menghampiri Axel yang masih lemas tidak bertenaga.
Dalam hati dia menggerutu, kenapa bisa keadaannya menjadi seperti ini. Apalagi di depan Flo, dia tidak ingin terlihat lemah.
"Kamu sarapan dulu ya. Perut kamu pasti kosong.,,” ucap Flo yang meletakkan nampam di atas nakas.
"Bantuin, gua mau ke kamar mandi." kata Axel dengan datar. Tatapannya pun sama datar seperti suaranya.
Flo tersenyum. Dia mengangguk, lalu memapah Axel dengan perlahan menuju kamar mandi.
"Lu keluar." ucap Axel saat mereka sudah sampai di dalam kamar mandi. Flo segara keluar dan menutup pintu.
Sejenak, Flo berpikir ingin melakukan apa. Lalu dia membuka lemari dan mencari sesuatu, dia mengambil bed cover. Saat Flo sedang mengganti bed cover, tiba-tiba Axel membuka pintu kamar mandi dan kepalanya menyembul sedikit.
"Flo!" Flo menoleh saat namanya di panggil oleh Axel.
"Ada apa?" tanya dia dan menghentikan aktifitasnya.
Axel terlihat seperti kebingungan.
"Boleh minta tolong." Tidak ada tanda tanya di balik ucapannya. Namun, di jawab Flo dengan menganggukkan kepala.
"Itu-" ucap Axel dengan ragu. Flo yang bingung hanya mengangkat kedua alisnya seolah berkata, "katakan saja."
"Boleh tolong ambilin celana gua." Axel memberanikan diri untuk mengatakan, meski wajahnya terlihat memerah. Flo tersenyum, baru kali ini Axel berbicara begitu lembut padanya.
Lalu Flo berjalan ke arah lemari mengambil celana jogger milik Axel dan memberikannya pada pria itu.
Saat Flo ingin kembali ke arah kasur, Axel memanggilnya kembali.
"Ehh tunggu!"
Flo yang mendengar itu, membalikkan tubuhnya dan kembali menghadap Axel.
"A-ambilin underwear gua." Kedua pipi Axel memerah menahan rasa malunya. Sial! kalau bukan karena terpaksa, dia tidak akan mau melakukan ini.
Seketika kepala Flo terasa membesar, bola matanya melebar sempurna.
"Gu-gua gak bisa keluar!" ucap Axel lagi yang sudah menahan rasa malunya dengan mati-matian.
"Aduh malu banget!” batin Axel.
"Ngambil apa tadi? Underwear? O God aku malu sumpah!" ucap Flo dalam hati.
"Buruan gua kedinginan!" Rasa malu yang dirasakan Axel sudah sangat besar, meminta seseorang untuk mengambil pakaian dalamnya itu sangat memalukan.
"Di-dimana?" tanya Flo pada akhirnya.
"Di laci dalam lemari." Pria itu memalingkan wajah, tidak ingin Flo melihat betapa malunya dia sekarang.
Flo membuka laci lemari dengan rasa canggung dan tangan yang gemetaran Flo mengambil apa yang diminta Axel lalu memberikannya kepada Axel.
Blam!
Axel membanting pintu, setelah mengambil apa yang diberikan Flo. Bukannya dia marah tapi rasa malunya yang sudah kelewatan.
Flo terkejut mendengar suara pintu. Tapi kemudian dia kembali menuju kasur untuk memasang bedcover. Bersamaan dengan selesainya aktifitas Flo, Axel keluar dari kamar mandi.
Keadaannya yang belum membaik membuat dia berjalan dengan susah payah. Sadar akan hal itu Flo dengan sigap memapah tubuh Axel dan membawanya ke tempat tidur.
Axel duduk di atas kasur dan punggungnya bersandar pada kepala ranjang. Lalu, Flo mengambil makanan yang dia bawa tadi.
"Kamu makan dulu. Aku gak sempat masak jadi aku beli bubur kacang hijau. Ini masih hangat. Gak apa-apa kan?" tanya Flo, tapi Axel tidak menjawabnya.
"Berasa ngomong sama tiang listrik tau gak!" sungut Flo dalam hati.
Flo menyuapi Axel dengan sabar, beberapa kali Axel mengatakan sudah, tapi Flo selalu mengatakan sedikit lagi hingga buburnya habis tak bersisa, Axel yang melihat itu memanyunkan bibirnya dia kesal pada Flo yang selalu memaksa.
Flo memberikan beberapa biji obat dan gelas yang berisi air minum. Sempat Axel ingin menolaknya karena dia adalah orang yang payah dalam minum obat, tapi dia urungkan.
Dia tidak mau menunjukkan sikap manja saat sakit pada orang yang paling di benci olehnya. Dengan sangat terpaksa dan peluh yang bercucuran Axel menelan obat itu.
Setelah itu Axel membaringkan tubuhnya dan perlahan memejamkan mata. Flo menarik selimut untuk menutupi tubuh Axel sampai sebatas dada. Lalu dia berjalan menuju pintu untuk keluar dan membiarkan Axel beristirahat.
••••

Book Comment (99)

  • avatar
    HutabaratElisawati

    Trimkh,msih ada penulis novel yg mengajak pembcanya utk belajar utk bisa mengampuni masa lalu dan menerima kekurangan org laintanpa kesan mengajari atau panatik dlm suatu agama tertentu,membacanya seperti melihat alur cerita nyata bkn seperti novel2 yg lain yg mengutamakan hayalan tingkat tinggi yg kadang keluar dr fakta kehidupan

    18/01/2022

      0
  • avatar
    Jaku.Reza

    Mantap

    2d

      0
  • avatar
    Adamezza

    bagus

    22/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters