logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 22 PULANG BERSAMA

Tak terasa jam kuliah sudah usai, Flo berjalan menuju toilet wanita. Setelah beberapa menit ia keluar dari dalam toilet. Tiba tiba ada yang menarik tangannya secara paksa. Flo terkejut setelah melihat siapa orang itu.
"Kamu apa-apaan sih! Lepas!" Flo menghentakkan tangannya dari cekalan Axel, "sakit tau!" ketus Flo dengan wajah kesalnya.
"Ck, ikut gua," ucap Axel dengan suara yang sangat datar. Dan kembali menarik tangan Flo membawanya ke arah parkiran.
Suasana kampus sudah sepi, sehingga tidak ada orang yang akan melihat Flo dan Axel saat ini. Jika ada yang melihat pasti besok mereka akan menjadi bahan gosip panas di kampus.
Sampai di parkiran, Flo kembali bingung.
"Ngapain kamu bawa aku kesini!" suara Flo sedikit meninggi.
Dengan ogah-ogahan Axel akhirnya menjawab, "Mamah minta lu ke rumah. Gua gak bakalan sudi bareng lu kalau bukan Mamah yang makasa. Cepat masuk." Dengan suara dingin dan wajah datarnya Axel mendorong Flo masuk ke dalam mobil. Lalu segera menutup pintu mobil.
Sebelum ada orang lain yang melihat mereka.
Flo hanya bisa bergumam dalam hati, "dasar manusi Es! Manusia robot! Gak punya hati!" pekik Flo dalam hatinya. Dan segera dia memasang seatbeltnya setelah Axel masuk ke dalam mobil.
Selama di perjalanan tidak ada dari mereka yang membuka suara. Flo yang sibuk dengan handphonenya dan senyum-senyum tak jelas sedangkan Axel yang fokus dengan jalanan di hadapannya.
Terlihat Flo sedang membalas chat dari seseorang.
Kevin
“Haii!”
Flo
“Hm.”
Kevin
“Kenapa honey?”
Flo
“Apa?”
Kevin
“Ohh, enggak. Lagi dimana?”
Flo
“Lagi di jalan.”
Kevin
“Oh, berarti udah keluar kelas dong. Mau aku jemput?”
Flo
“Mmm, enggak usah aku bareng temen kok.”
Kevin
“Ohh gitu. Btw besok ada waktu gak?”
Flo
“Belum tau sih. Ada apa?”
Kevin
“Kalau gak sibuk aku mau ngajak kamu lunch atau dinner gitu.”
Flo
“Makan gratis dong. Ok, besok aku tunggu di kampus jam lima.”
Kevin
“Jadi kamu mau? Ok, pasti. Jam empat aku udah di kampus kamu.”
Flo
“Iya.”
Flo mengakhiri chatnya dengan Kevin. Dia tersenyum, "jarang-jarang ada yang ngajak makan berdua," bisiknya dalam hati.
Tak terasa mereka sudah sampai di depan rumah Axel. Dengan segera Flo keluar dari dalam mobil tanpa menghiraukan Axel yang masih di dalam. Axel pun sama tidak begitu peduli.
Sampai di depan pintu Ambar sudah menyambut mereka dengan senyum hangat.
"Hai Flo sayang, Mamah kangen1" sambut Ambar pada Flo dan segera memeluknya. Dan hanya di balas senyuman oleh Flo, "masuk Sayang!" ucap Ambar lagi seraya menarik tangan Flo.
Mereka masuk ke dalam rumah dan disusul oleh Axel dari belakang. Mereka duduk di ruang tamu dengan Flo yang di sebelah Ambar dan Axel di hadapan mereka.
"Sebenarnya ada hal penting yang ingin Mamah bicarakan dengan kalian berdua." Ambar membuka suara, Flo dan Axel hanya menatap Ambar dan menunggu hal penting apa yang di katakan olehnya.
"Tak terasa sudah satu bulan berlalu. Dan pernikahan kalian tinggal dua bulan lagi." Mendengar itu Flo dan Axel tidak kaget lagi, mereka sudah tau hal itu.
"Mamah sudah mengurus undangan kalian. Dan minggu depan kalian berdua fitting baju pengantin. Mamah tidak ingin mengganggu konsentrasi kalian karena kalian akan ujian kan? Jadi selain baju pengantin biar Mamah yang urus," ucap Ambar panjang lebar. Flo dan Axel hanya mengangguk lemah. Mereka benar-benar tidak menginginkan pernikahan ini.
"Dan Axel, setelah menikah nanti perusahaan akan Mamah serahkan ke kamu sepenuhnya." Ambar menatap Axel yang dihadapannya.
"Dari awalkan Axel juga kan udah bilang sama Mamah, biar Axel yang ngurus perusahaan. Mamah aja yang ga mau!" jawab Axel dengan raut wajah kesalnya. Karena sejak lulus SMA Axel selalu merengek meminta pada Ambar agar dia yang mengurus perusahaan peninggalan Papahnya, tapi selalu di tolak oleh Ambar.
"Mamah hanya ingin kamu menikmati hari muda kamu sebelum berhadapan dengan masalah kantor yang akan menguras waktu bersantai kamu sayang." Senyum Ambar pada Axel, memberi penjelasan pada putra kesayangannya itu.
"Iya tapikan Aku ngerasa seperti anak yang ga bisa di andalin Mah. Mamah tiap hari ke kantor, Sementara aku hanya bersantai santai di kampus dan di rumah. Axel hanya ingin membuat papah bahagia di surga karena Axel bisa menjadi anak yang di banggakan. " Raut wajah Axel berubah menjadi sedih.
"Sudahlah sayang jangan di ungkit lagi ya. Mamah melakukan itu agar Mamah tidak terlalu larut dalam kesedihan masa lalu Nak. Kamu pasti paham kan?" Ambar tersenyum kecut mengingat masa lalu yang ia rasa sangat menyakitkan, raut wajahnya benar benar berubah menjadi sendu. Hal itu membuat Axel merasa bersalah, entah sejak kapan kini Axel sudah berada di hadapan Ambar dengan lututnya yang menopang tubuhnya.
"Maafin Axel Mah, Axel gak bermaksud buat Mamah sedih. Axel cuma gak mau Mamah terlalu lelah nantinya. Maaf Mah." Axel menggenggam erat kedua tangan Mamahnya dan menumpukan dahinya di atas lutut Ambar. Dia benar-benar merasa bersalah akan apa yang di ucapkannya tadi.
Seakan kembali ke masa lalu, Ambar tak menyadari air matanya sudah menetes. Menyadari itu Flo benar-benar tidak tega. Tangan Flo terulur memeluk Ambar dari samping dan mengusap lengannya, seolah memberi kekuatan dan harapan.
"Mah, jangan sedih lagi. Axel tadi pasti tidak bermaksud membawa Mamah ke dalam ingatan masa lalu. Mamah gak perlu mengingat lagi akan hal hal yang udah terjadi,di balik ini semua pasti ada rencana Tuhan yang sangat indah untuk Mamah dan Axel. Sekarang kita hanya bisa melanjutkan hidup dan selalu berharaplah pada Tuhan, berharap yang terbaik. Lihatlah Axel selalu ada di sisi Mamah. Dan Flo akan selalu ada untuk Mamah apapun yang terjadi." Perkataan Flo yang panjang lebar seakan memberi harapan dan semangat baru pada Ambar.
Mendengar ucapan Flo, Axel mendongakkan kepalanya menatap gadis itu. entah kenapa dia menjadi sedikit yakin kalau Flo itu orang baik. Sekarang dia merasa benar-benar kuat hanya dengan mendengar ucapan Flo.
Ambar tersenyum pada Flo, dan tangannya terulur mengusap kepala Axel, " kamu gak perlu minta maaf sayang, Mamah yang terlalu terbawa suasana."
"Makasih Flo sayang, sekarang Mamah benar-benar yakin kalau Papahnya Axel tidak salah pilih. Mamah harap kalian bisa saling menerima dan hidup bahagia itu sudah sangat cukup membahagiakan Mamah." Ambar memeluk Flo, dan Axel masih setia menatap Flo yang bisa membuat Mamahnya tersenyum bahagia.
"Sudah jangan sedih-sedih lagi. Ayo makan. Kalian pasti lapar!" ajak Ambar pada putra dan calon menantunya mereka berjalan menuju meja makan dan duduk di kursi.
"O iya, Mamah lupa. Mungkin bulan ini Mamah akan sering ke luar kota. Jadi Mamah minta selama Mamah keluar kota Axel yang menangani perusahaan Sementara." Senyum mengembang di wajah Ambar melihat anggukan kepala Axel," dan Mamah harap Flo bisa memperhatikan dan menjaga Axel selama Mamah gak di sini. Bisa kan sayang?" tanya Ambar pada Flo.
"Iya Mah," jawab Flo singkat dan tersenyum tulus.
"Mah, aku bukan anak kecil lagi ya. Aku bisa jaga diri," ucap Axel dengan kesal, dia benar-benar tidak terima dengan hal itu.
"Iya Mamah tahu. Mamah cuma jaga-jaga aja, kalau Mamah gak adakan kamu itu liar!" ucap Ambar dan kemudian tertawa bersama Flo. Dan itu berhasil membuat Axel mendengus kesal.
"Apapun aku lakukan untuk kebahagiaan Mamah," ucap Axel dalam hati yang menatap Ambar dan Flo yang sedang tertawa bahagia karena berhasil membuatnya kesal.
••••••••••••

Book Comment (99)

  • avatar
    HutabaratElisawati

    Trimkh,msih ada penulis novel yg mengajak pembcanya utk belajar utk bisa mengampuni masa lalu dan menerima kekurangan org laintanpa kesan mengajari atau panatik dlm suatu agama tertentu,membacanya seperti melihat alur cerita nyata bkn seperti novel2 yg lain yg mengutamakan hayalan tingkat tinggi yg kadang keluar dr fakta kehidupan

    18/01/2022

      0
  • avatar
    Jaku.Reza

    Mantap

    3d

      0
  • avatar
    Adamezza

    bagus

    22/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters