logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 15 KEVIN POV | BERTEMU DENGAN FLORA

Akhirnya Axel mau menjemput Flo dari apartemennya. Setelah di paksa oleh Ambar.
Saat ini Axel dan Flo sedang di perjalanan menuju kampus. Tidak ada yang membuka suara.
Axel fokus ke depan dengan wajah datarnya. Sedangkan Flo, sibuk dengan pemandangan di luar kaca mobil.
Dia terlihat bingung dengan jalan yang mereka lalui, baru sekali ini dia melewati tempat ini.
Suasana terasa kaku. Tiba tiba Axel menghentikan mobilnya.
Flo mengernyit, “kok berhenti Xel? Kan kita masih jauh dari kampus." Flo terlihat bingung.
"Lu pikir gua sudi satu mobil sama lu? aEntar jemput lu? Jangan mimpi!! Kalau bukan Mamah yang maksa gua gak akan pernah sudi! Jijik gua lihat lu!!" sinis Axel.
"Sekarang lu turun dari mobil gua!" ucapnya datar.
"Ta-tapi, aku gak tau ini daerah mana. Paling gak kamu turunin aku di jalan yang sedikit ramai gitu," protes Flo.
"Jangan banyak protes! Sekarang turun!!" Emosi Axel memuncak.
Dengan sangat terpaksa akhirnya Flo turun dari mobil, setelah menutup pintu mobil, Axel langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Meninggalkan Flo di pinggir jalan. Tidak peduli, jika gadis itu nanti dalam bahaya.
Mata Flo menatap sekelilingnya.
Jalanan yang terlihat sangat sepi. Dan banyak pohon-pohon di pinggir jalan. Jalanan ini terlihat seperti hutan. Sepertinya tak ada orang yang tinggal di sini.
"Ini dimana?" tanya Flo pada dirinya sendiri. Dia hanya mendengar suara-suara burung yang sahut menyahut.
Tiba tiba dia mendengar suara yang membuat bulu kuduknya meremang.
Srrak!
Srakk!
Srakk!
Dia menoleh ke belakang, ke asal suara itu, dan mendapati semak-semak bergerak tanpa sebab.
Seketika bola mata Flora melotot. Kakinya bergetar dan peluh bercucuran dari keningnya.
Dia tidak takut pada orang jahat, preman, rampok atau apalah. Paling tidak jika itu manusia, dia masih bisa membela diri. Menggunakan ilmu bela diri yang pernah dia pelajari.
Yang dia takut, jika itu binatang buas, anjing liar, serigala, harimau, singa, atau mungkin beruang.
Srak!
Srak!
Geerrr!
Geerr!
Detik itu juga Flora memekik ketakutan.
"Mamah!” Dia berlari secepat mungkin meninggalkan tempat itu.
Dan muncullah dari balik semak dua ekor kucing yang sedang berkelahi.
Dia tidak menoleh sedikitpun ke belakang, Flo terus berlari. Hingga dia tidak memperhatikan apa saja yang menghalanginya.
Srraakk!!
Tangannya tergores ranting kayu kering yang menggantung ke bawah dari atas pohon.
"Akh shit!" pekiknya.
Flora mendesis kesakitan, tepat setelah dia merasakan ada cairan yang menetes di tangannya. Dan benar saja, lengan bawah gadis itu berdarah.
Dia terduduk di atas rumput, memegangi tangannya yang berdarah, dengan mata tertutup. Dalam hatinya dia berdoa.
"Tuhan kirimkanlah seseorang untuk menolongku, kalau tidak aku akan dimakan oleh binatang buas itu." Lalu dia berdiri untuk melanjutkan jalannya.
Dengan mata yang masih terpejam menahan sakit, Flo tidak memperhatikan jalannya.
Bugh!
Dia terjerembab di atas rumput, kakinya tersandung akar pohon. Dan lututnya terantuk pada batu.
"Akkh!" pekiknya lagi menahan rasa sakit luar biasa.
Dia duduk, kakinya terasa sakit tidak bisa berjalan. Flo sangat berharap ada seseorang yang menolongnya saat ini.
Kevin POV
Aku mengemudikan mobilku ,melewati jalanan sepi ini. Entah kenapa ingin saja lewat jalan ini.
Sebenarnya jalan ini terkenal angker. Dan jarang sekali ada orang yang melewatinya. Bahkan bisa di katakan dalam satu hari hanya ada satu, dua atau mungkin tidak ada kendaraan yang lewat.
Jalan Melati putih, itu namanya.
Namanya saja sudah terdengar angker.
Tapi angkernya di sini bukan tentang hal-hal mistis. Jalanan ini terkenal dengan begal-begal yang berkeliaran dan sadis. Mereka tidak akan segan segan membunuh siapa saja yang mereka anggap mangsanya.
Sudah banyak yang tertangkap tapi tetap saja masih ada yang berkeliaran. Tidak hanya itu, binatang buas juga sering berkeliaran di sekitar sini.
Aku mengemudikan mobil dengan wajah yang berbinar-binar. Tiba-tiba saja aku teringat dengan gadis yang belakangan ini selalu menghantui pikiranku.
Gadis aneh. Yang kusebut dengan gadis stres.
Bagaimana tidak, setiap aku bertemu dengannya, kami selalu saja beradu mulut.
Tapi aku senang.
Saat pertama kali aku melihatnya yang berlari-lari mengejar lift, seperti anak kecil yang mengejar tukang es krim.
Rambutnya yang panjang,matanya yang bulat, bibirnya yang merah membuat aku terpana saat pertama kali melihatnya.
Cantik.
Satu kata itu yang aku gumamkan dalam hatiku ketika pertama kali melihatnya.
Aku kembali bertemu dengannya di lift tapi penampilannya berbeda. Dia memakai behel dan rambutnya sebahu berwarna hitam pekat.
Awalnya aku tidak mengenalinya, tapi ketika dia mengeluarkan suara, aku baru tahu dia siapa.
Dan, tiga hari lalu. Aku sangat terkejut dengan apa yang dia lakukakan. Aku melihat dia memarahi orang-orang banyak yang mengerumuni seseorang.
Semua yang dilakukannya membuat aku terenyuh.
Seketika hatiku melunak mendengar tiap kata yang dia ucapkan. Saat itu aku hanya memperhatikannya dari dalam mobilku yang terparkir tidak jauh dari kerumunan itu.
Aku ingin turun dari mobil hendak menolongnya. Tapi langkahku terhenti melihat orang-orang itu sudah membubarkan diri.
Dia sangat hebat.Wanita pemberani. Dia tidak takut pada orang banyak hanya untuk menolong seorang anak kecil.
Aku pun melihatnya mengejar anak kecil itu. Memasuki gang kumuh, tak lama kemudian aku melihat dia memapah seorang wanita muda yang berpakaian lusuh.
Mereka menuju klinik, kurasa wanita itu sedang sakit, karena wajahnya terlihat sangat pucat.
Sesaat aku sadar, tidak ada dokter diklinik itu, karena dokter pemilik klinik itu adalah sahabatku.
Aku segera meneleponnya memintanya untuk segera datang ke klinik karena ada keadaan darurat.
Dengan cepat dia datang, dia memintaku masuk ke dalam klinik. Tapi aku menolaknya. Bisa-bisa aku dihajar oleh gadis aneh itu. Karena dia sudah berjanji untuk menghajarku jika bertemu nanti.
Tapi dia melihatku. Dan akhirnya aku hanya bisa mencari alasan untuk menghindarinya.
Aku terkikik geli mengingat semua tingkahnya yang kuanggap lucu. Kugelengkan kepalaku untuk membuang semua lamunanku tentang dia.
Aku fokus pada jalanan sepi ini.
Kulihat di depan sana ada seorang gadis memakai baju berwarna hitam sedang terduduk di atas rumput sambil memegangi tangannya.
Sepertinya dia kesakitan.
Seketika aku berpikiran.
Jika itu hanya modus begal-begal sekarang. Dengan membuat gadis sebagai umpannya. Sudah banyak korban seperti itu.
Mobilku semakin mendekat ke arah gadis itu. Aku akan melewatinya saja. Bisa-bisa aku yang di begal nantinya.
Sekilas aku melirik ke luar kaca, dan detik itu aku terkejut melihat siapa dia.
Dia gadis stres yang aku katakan itu.
Dia kenapa bisa ada di sini? Apa mungkin dia juga salah satu komplotan dari begal itu?
Tapi tidak mungkinkan,dengan apa yang sudah aku tahu tentang dia, tidak mungkin dia orang jahat.
Kuperhatikan wajahnya yang menahan rasa sakit. Tanpa pikir panjang aku menghentikan mobilku dan keluar dari, kuhampiri dia.
"Heii, kamu ngapain di sini?" Tanyaku dan kemudian berjongkok di hadapannya.
Perlahan dia membuka matanya. Awalnya dia terkejut melihatku.
Kulihat darah yang menetes di tangannya.
"Kamu kenapa?" Aku panik. Bena-benar panik melihat apa yang terjadi padanya.
"Tolongin aku. Pliss!" Dia meringis kesakitan.
"Ya udah. Ayo masuk!" kataku yang kemudian membantunya berdiri.
Tiba-tiba dia memekik kesakitan.
"kenapa?" aku terkejut dan langsung menjauhkan dirinya.
"Kakiku sakit!"
Aku meringis kecil dan dengan cepat aku menggendongnya, dan membawa dia ke dalam mobil.
Setelah masuk dan menutup pintu mobil aku dengan cepat melajukan mobilku, meninggalkan jalanan sepi itu.
Mobilku berhenti, setelah kami sampai di jalan yang sudah sedikit ramai. Aku turun dari mobil mengambil kotak P3K yang tersimpan di jok belakang mobil.
Setelah menemukannya aku membawanya masuk ke dalam. Kuraih tangannya untuk membersihkan darah yang menetes.
Mengobati goresan di tangannya, goresan itu tidak terlalu dalam. Tapi darahnya cukup banyak yang menetes.
Kulihat wajahnya yang meringis menahan rasa sakit dengan mata yang terpejam.
Sesekali aku meminta maaf, saat dia meringis kesakitan.
Aku membalut lukanya. Tapi dia tetap memejamkan matanya.
"Heii, sudah selesai. Ngapain kamu tutup mata terus?"
Mendengar ucapanku dia membuka mata dan sedikit mengintip.
"Udah belum?" tanyanya.
"Udah dari tadi!”
"Darahnya gak ada lagikan?" tanyanya sedikit ragu.
Aku mengernyit.
"Ya enggaklah lah. Kan sudah saya bersihkan!" ucapku yang jengah dengan pertanyaan konyolnya itu.
Dia meringis kecil dan membuka matanya, kemudian bernafas lega, "aku takut darah."
Aku terkekeh kecil mendengar ucapannya.
"Kamu aneh. Sama darah aja takut. Tapi ceritain deh, kok bisa kamu ada disana? Kamu tau tempat itu berbahaya.” Aku merapikan kotak obat, sambil terus berbicara dengannya.
“Banyak begal di sana, mereka bisa saja membunuhmu jika melihat kamu. Dan sering juga binatang buas berkeliaran di sana."
"Tadi ada Gumiho yang bawa aku ke sana. Dia ninggalin aku di sana.” Aku menatap wajahnya yang tampak pucat, kasihan juga dia. Siapa sih orang yang sudah tega meninggalkan dia di jalanan seperti itu. benar-benar manusia tidak punya hati.
"Terus kenapa bisa kamu terluka begini?"
"Tadi aku berkelahi sama kucing, cakar-cakaran. Karena aku gak sengaja nyolek dia."
Astaga Tuhan, jawaban apa itu. Benarkan? Gadis ini sangat aneh!
"Ck, sudahlah ngomong sama kamu itu gak nyambung tau gak!" Aku benar-benar pusing mendengar jawabannya.
"Btw, makasih udah nolongin aku." Pandangannya mengarah padaku dan dia tersenyum.
"Sama sama."
"Dan makasih atas bantuan kamu tiga hari lalu.”
Tiga hari lalu? Maksudnya?
Aku mengernyit.
Sepertinya dia paham dengan kebingunganku. Dan melanjutkan ucapannya.
"Dokter Reza udah ceritain semuanya. Tapi bagaimana bisa kamu tahu?"
"Ohh, Reza.” Aku mengangguk, setelahpaham dengan ucapannya.
“Aku melihat semua yang terjadi. Jadi apa salahnya aku membantu?" senyumku padanya.
"Jadi benar kamu nguntit saya?" Dia memicingkan matanya, dan itu membuat dia semakin lucu.
"Hehehe, sorry. Tapikan gak sengaja." Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal.
Dia mencebikkan kesal, astaga! Gadis ini meski berpenampilan aneh tapi tetap saja dia terlihat sangat cantik.
"Udahlah. Aku maafin kamu. Karena udah nolongin aku dua kali."
Aku mengangguk dan tersenyum mendengar ucapannya.
"Thanks. Kita belum kenalan. Kenalin, Kevin Jordan."
"Ok. Flora Katarina. Panggil Flo aja." Dia menyambut tanganku dengan lembut.
Nama yang indah, bisikku dalam hati.
"Kaki kamu gimana? Masih sakit?" Mataku terarah pada kakinya.
"Oh, udah baikan kok. Aku bisa minta tolong lagi gak?" Dia menatapku.
Aku hanya mengangguk mengiyakan ucapannya.
"Tolong anter aku ke kampus dong," pintanya dengan wajah lucu itu.
"Hah! Kampus, kamu terluka. Masa ke kampus. Kamu harus istirahat." Aku menolak permintaannya.
"Ck, aku udah baikan. Lagian hari ini ada tugas penting. Gak bisa di tunda. Plisss anterin ya." Dia menunjukkan wajah puppy eyesnya itu, membuatku ingin mencubit pipinya.
"Ok. Tapi ada syaratnya." Aku tersenyum misterius.
"Syarat, syarat apaan?"
"Saya minta id line kamu."
Mendengar ucapanku itu, dia memberikanku pelototan yang mengerikan.
"Ga! Aku gak mau ngasih." Flo memalingkan wajahnya.
"Hmm, ya udah. Saya gak akan aEntar kamu ke kampus. Dan biarkan saja tugas kamu itu."
Sejenak kulihat dia berpikir.
"Ya udah deh. Siniin handphone kamu."
Akhirnya, modus ku berhasil juga.
Aku tertawa dalam hati.
Kuberikan handphoneku. Dia mengetikkan sesuatu. Dan mengembalikan handphone ku dengan wajah jengkelnya.
Aku tertawa geli dalam hati.
"Add ya, jangan diblokir!" ucapku was-was.
"Iya ah. Bawel!"
Kulihat dia mengambil handphonenya dengan wajah kesal.
"Handphoneku mati!”
"Gimana ya. Takutnya nanti kamu malah memblokirnya." Aku berpura-pura berpikir.
"Ck, janji Entar aku add deh. Tapi buruan aEntar dulu!" ucapnya dengan wajah memohon.
"Ok, ok. Tapi janji di add ya." aku memicingkan mataku.
"Iya bawel!" ucapnya kesal.
Aku tertawa geli melihat tingkahnya yang seperti anak kecil itu.
Membuat aku gemas saja.
Entah kenapa aku suka sekali membuat dia kesal.
Lucu.
Dan kemudian aku melajukan mobilku. Untuk mengantarnya ke kampus.
Flora Chatarina, gadis aneh, galak tapi lucu.
Aku menyukainya.
••••••••••

Book Comment (100)

  • avatar
    HutabaratElisawati

    Trimkh,msih ada penulis novel yg mengajak pembcanya utk belajar utk bisa mengampuni masa lalu dan menerima kekurangan org laintanpa kesan mengajari atau panatik dlm suatu agama tertentu,membacanya seperti melihat alur cerita nyata bkn seperti novel2 yg lain yg mengutamakan hayalan tingkat tinggi yg kadang keluar dr fakta kehidupan

    18/01/2022

      0
  • avatar
    Siti Mardina Musa

    baru mulai baca udah tertarik 😊

    29m

      0
  • avatar
    Jaku.Reza

    Mantap

    3d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters