logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 14 GADIS BERHATI BAIK

"Dok bagaimana keadaannya?"
Flo berjalan mendekati Dokter yang baru saja keluar dari dalam kamar pasien.
"Dia baik-baik saja, hanya saja mungkin Dia sudah tidak makan beberapa hari, menyebabkan dia dehidrasi seperti itu. Dan beliau punya riwayat maag akut." Dokter itu menjelaskan pada Flo.
Dua anak kecil itu hanya menatap ke arah orang-orang dewasa itu, tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan.
"Kak, apa kami bisa melihat ibu?" tanya anak laki-laki itu.
"Tentu saja." Dokter itu tersenyum tulus. Lalu keduanya memasuki sebuah ruanga yang hanya di beri tirai berwarna hijau.
"Mari duduk." Dokter itu mempersilahkan Flo duduk, karena sedari tadi dia hanya berdiri saja.
"Apa kamu mengenal mereka?" Dokter itu bertanya pada Flo sambil melepaskan kacamatanya.
"Tidak." Flo menggeleng kecil.
"Lalu bagaimana bisa kamu membawa mereka kemari?"
"Tadi saya tidak sengaja melihat kerumunan banyak orang di depan toko pojok sana." Flo menunjuk ke arah luar.
"Saya penasaran. Saya mendekat. Pemandangan yang sangat menyayat hati, mereka mengikat anak laki laki itu dan hampir memukulinya. Mungkin sudah di pukul, karena saya lihat wajahnya sudah memar."
"Apa penyebabnya dia diperlakukan seperti itu?" Dokter itu semakin penasaran.
"Dia mengambil satu bungkus roti kecil, yang terakhir saya tau itu untuk ibunya yang sedang sakit. Karena saya mengikuti dia sampai ke rumahnya."
Dokter itu, menggelengkan kepalanya dan lalu terlihat sebuah kerutan di dahi, sebagai rasa tidak percaya akan cerita Flo.
"Saya tidak percaya, hanya karena satu bungkus roti kecil mereka memperlakukan anak sekecil dia seperti binatang?"
Flo tersenyum sinis.
"Itulah manusia Dok, baru punya jabatan kecil-" Flo melirik perawat itu dan yang dilirik hanya menunduk malu.
"Uang yang hanya segenggam, sudah semena-mena dengan orang-orang rendah!" lanjut Flo, yang kemudian bersandar pada badan Sofa.
"Dan Dok, saran saya carilah perawat yang benar-benar baik, sebelum klinik anda tutup nantinya."
Dokter itu tersenyum mendengar ucapan Flo, "saya akan mengurusnya nanti." Dan akhirnya Flo bisa bernafas lega.
"Terimakasih Dokter sudah datang tepat waktu untuk menolong dia. Dan masalah biayanya tidak perlu khawatir, saya yang akan membayarnya."
"Masalah biaya tidak perlu khawatir. Sebagai permintaan maaf atas perlakuan perawat saya, biaya pengobatannya akan saya gratiskan.” Flora tercengang sesaat.
“Mendengar penuturannya tadi, hati saya tersentuh. Ternyata sudah tiga kali dia datang kemari dan selalu diusir serta diperlakukan tidak baik oleh perawat di sini."
"Wah, Dokter baik sekali! Terimakasih Dokter-?” Flo menggantungkan ucapannya karena tidak tahu nama Dokter itu.
"Reza!” jawab dia yang mengerti dengan ucapan menggantung Flo.
"Dan, jangan berterimakasih pada saya. Berterimakasihlah pada sahabat saya, karena dia yang memanggil saya."
Kening Flora mengerut, "sahabat? Maksud Dokter?"
"Iya sahabat saya. Tadi dia berdiri di sana." Dokter Reza menunjuk ke arah luar klinik, "eh, dia kemana?" katanya kemudian yang tidak melihat siapa-siapa di sana.
"Tadi dia berdiri di luar. Dia tidak mau masuk. Saya tidak tau kenapa."
Flo memicingkan matanya. Dia terlihat curiga, “apa pria menyebalkan itu?" bisiknya dalam hati.
"Ciri-cirinya seperti apa Dok?" tanya Flo kemudian.
"Tingginya seperti saya. Pakai kacamata, celana bahan warna hitam dan kemeja biru muda garis-garis," ucap Dokter Reza dengan santai.
"Pria garis-garis itu!!" pekik Flo. Dokter Reza sampai terkejut mendengar suara kerasnya itu.
"Pria garis-garis? Bukan, namanya Kevin."
"Tidak salah lagi!" bisik Flo dalam hati.
"Iya, saya menyebutnya Pria garis-garis. Karena setiap kali saya bertemu dengannya, dia selalu memakai kemeja garis-garis.” Reza tertawa kecil, mungkin dia harus memberitahu Kevin mengenai lelucon ini. Dan di pastikan temannya itu akan mengomel nanti.
"Kamu ada-ada saja. O iya, nama kamu siapa?"
"Flora, panggil saya Flo." Reza mengangguk pelan. Dia terlihat sangat kalem dengan kacamata yang menghiasi wajah tampannya itu.
Pandangan mereka beralih pada tiga orang yang keluar dari dalam kamar yang tertutup gorden itu.
"Loh, loh ibu mau kemana?" tanya Flo pada ibu dan kedua anaknya itu.
"Anda belum sehat, harus istirahat," ucap Dokter Reza, yang kemudian berdiri.
"Tidak Dok, saya sudah merasa lebih baik. Saya harus mencari uang, untuk membayar pengobatan saya dan memberi makan anak-anak saya," ucap ibu itu, dengan suara yang masih lemah.
"Tidak-tidak. Anda jangan pikirkan biaya pengobatan. Anda tidak perlu membayarnya."
"Iya Bu," ucap Flo kemudian melanjutkan perkataan Dokter Reza.
"Jangan dipikirkan masalah biayanya. Dan anak-anak Ibu, biar ikut dengan saya. Saya akan membelikan mereka makanan.” Flora tersenyum.
“Mereka akan bersama dengan saya, sampai Ibu sudah benar-benar sehat." Tangan Flo terulur mengusap pucuk kepala gadis kecil yang berdiri di sebelahnya.
"Terimakasih, Dokter. Terimakasih Mbak. Saya tidak tau harus berkata apa. Semoga Tuhan yang membalas kebaikan kalian."
Keduanya hanya tersenyum mendengar ucapan wanita itu.
"Sudah, sudah. Mari anda harus istirahat. Biar cepat sembuh." Dokter Reza membuka tirai dan mempersilahkan ibu itu masuk.
Flo duduk berjongkok di hadapan kedua anak kecil itu.
"Kalian lapar?" tanya Flo yang kemudian tersenyum melihat kedua anak itu menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu, kalian ikut kakak, kita makan."
"Tapi ibu kak?" tanya anak laki-laki itu.
"Jangan khawatir, Ibu kalian baik-baik saja di sini." Dokter Reza datang mendekati mereka.
"Ya udah Dok, saya permisi pulang dulu." Flo memegang tangan kedua anak itu.
"Kamu pulang kemana Flo?" tanya Dokter Reza.
"Apartemen depan Dok."
"Oh, kamu tinggal di sana?" Flo menganggukan kepalanya dan tersenyum.
"Ya sudah, kalian hati-hati." ucap Dokter Reza yang kemudian mengikuti mereka sampai ke pintu keluar klinik.
Flo dengan senang hati membawa kedua anak itu ke apartemennya. Yang terakhir dia ketahui bernama Adi dan Tasya.
Dia membawa kedua anak itu ke toko pakaian, membeli pakaian baru untuk mereka. Kemudian membawa kedua anak itu makan di restaurant dekat dengan apartemen.
Dua hari lamanya kedua anak itu tinggal bersamanya di apartemen. Dan sekarang ibu mereka sudah sehat. Dengan senang hati Flo mengantarkan kedua anak itu kepada ibunya.
"Terimakasih Mbak, sudah banyak menolong saya. Semoga Tuhan yang membalas kebaikanmu," ucap wanita itu kepada Flo.
"Tidak apa-apa Bu. Kita sesama manusia harus saling tolong menolongkan? " Flo tersenyum tulus.
"Terimakasih kakak cantik!" ucap kedua anak itu bersamaan.
Flo mengusap kepala kedua anak itu.
"Sama sama. Nanti kalau kalian ingin ketemu kakak, datang saja ke tempat kakak ya. Kalian sudah tau kan?" tanya Flo yang kemudian tersenyum melihat kedua anak itu menganggukkan kepala.
"Ya sudah kalau begitu, saya permisi." Flo pamit, dan kemudian berjalan keluar klinik.
Menyebrangi jalan, dan masuk menuju apartemen.
Inilah Flora, gadis yang benar-benar tulus menolong orang-orang yang membutuhkan bantuannya.
Sekilas orang akan melihatnya dan menilainya seorang yang kuat dan tegar, namun tidak ada yang tahu serapuh apa dirinya.
••••••

Book Comment (100)

  • avatar
    HutabaratElisawati

    Trimkh,msih ada penulis novel yg mengajak pembcanya utk belajar utk bisa mengampuni masa lalu dan menerima kekurangan org laintanpa kesan mengajari atau panatik dlm suatu agama tertentu,membacanya seperti melihat alur cerita nyata bkn seperti novel2 yg lain yg mengutamakan hayalan tingkat tinggi yg kadang keluar dr fakta kehidupan

    18/01/2022

      0
  • avatar
    Siti Mardina Musa

    baru mulai baca udah tertarik 😊

    2h

      0
  • avatar
    Jaku.Reza

    Mantap

    3d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters