logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 10 DI TURUNKUN DI TENGAH JALAN

"Xel, kamu ngapain di dalam? Ayo keluar, temenin Flora sana!"
Ambar berdiri di depan pintu kamar Axel. Sesekali Ia mengetuk pintu karena putranya itu tidak kunjung keluar dari kamar.
"Axel-"
Ceklek!
Pintu terbuka. Dan tampaklah wajah kusut dari Axel, khas orang baru bangun tidur. Dia mengucek-ucek matanya yang terasa sangat berat.
"Hoam! Ada apa sih Mah?" tanyanya dengan suara serak.
"Ya Tuhan, Axel! Flora ada di bawah dan kamu malah tidur?! Ayo kamu turun! Temenin dia." Sambil berkacak pinggang di hadapan Axel, Ambar memelototi putranya itu.
Axel berdecak, “ngapain sih itu orang ke sini. Nyusahin aja tau gak!" gumam Axel dalam hati.
"Ahhhkk Axel males Mah. Mamah aja yang temenin. Aku mau lanjutin tidur dulu. Ngantuk."
Saat Axel bersiap membalikkan tubuhnya, tiba-tiba dia meringis kesakitan.
"Aa-aa aduh-duh, Mah, Mamah sakit mah!"Axel meringis saat tangan Ambar memelintir telinganya.
"Kamu ini ya. Susah sekali di bilangin. Ayo sekarang kamu turun!" Tanpa melepaskan tangannya dari telinga Axel, Ambar berjalan menuju tangga.
"I-iya. Aku turun, aku turun. Tapi lepasin dong mah, sakit tau mah."
Ambar melepaskan tangan dari telinga Axel, dia meringis dan mengusap usap telinganya yang memerah dan terasa panas.
"Mamah kejam banget sih." Pria itu mengerucutkan bibirnya ke depan.
Mendengar itu, Ambar berkacak pinggang dan memelototinya. Ya, akhir-akhir ini putranya ini suka sekali membuat dia kesal.
"Apa kamu bilang?!" Melihat ekspresi Mamahnya seperti itu, Axel bergidik ngeri.
"Ehh,eh. Enggak-ngak! Mamah cantik, Mamah cantik!" ucapnya dengan tergugup sambil menyengir.
Dengan cepat Axel menuruni anak tangga, sebelum Mamahnya menjewer telinganya kembali.
Ambar hanya berdecak dan menggelengkan kepala melihat tingkah putra kesayangannya itu. Nmaun di ujung kekesalannya, dia malah tersenyum kecil.
Saat Axel berjalan menuruni anak tangga, langkahnya yang sedikit cepat tadi tiba-tiba menjadi lambat, ketika melihat seorang gadis duduk di sofa ruang tamu.
Ekspresi wajahnya menjadi datar.
Menyadari kehadiran Axel, Flora menoleh ke arahnya.
"Hai Xel!" ucap Flora seraya tersenyum tulus kepada Axel.
Bukannya membalas sapaan atau senyum Flora, dia malah menunjukkan ekspresi jijik dan berjalan terus ke arah dapur menuju lemari es.
Pria itu membukanya, mengambil botol minuman dan menuangkannya ke dalam gelas dan lalu meneguk hingga membasahi tenggorokannya yang terasa kering.
Saat menutup botol minuman kembali, Tanpa di sadari Flora sudah berada di hadapannya dengan senyum yang mengembang.
"Kamu udah makan?" Flora bertanya dan menyentuh lengan Axel.
"Jangan sentuh gua!" Axel menghempaskan tangan Flora, dan menekan setiap kata yang diucapkannya.
"Gua jijik di sentuh cewek kampung kayak lu!"
"Ehh, maaf, maaf..." meski terkejut, Flo tetap meminta maaf dan tersenyum kaku pada pria itu.
"Syukurlah, Mamah senang melihat kalian semakin dekat seperti ini."
Suara Ambar mengejutkan mereka berdua, dia terlihat senang melihat kedekatan Flo dan Xel. Berharap, mereka bisa menjadi semakin dekat setelah ini.
Flora tersenyum, dan Axel hanya memasang wajah datarnya.
"Mm, Tante Flo pamit pulang ya." ucap Flo pada akhirnya.
"Loh, kok buru buru Flo?"
"Itu tan, Flo ada tugas."
"Oh gitu, ya udah kamu diaEntar Axel ya."
Mendengar itu, wajah Axel memerah dan menatap Mamahnya dengan tatapan bingung.
"Dan berapa kali lagi harus Mamah katakan? Jangan panggil tante sayang?" Ambar mengusap lengan Flo.
"Maaf tan, eh Mah, Flo lupa" Flo tersenyum kikuk, dan dibalas senyum oleh Ambar.
"Xel, kamu aEntar Flo ya."
"Ck, apaan sih mah. Tadi dia kan datang sendiri. Pulang sendiri kan bisa. Axel males. Minta pak Deni aja yang nganter."
"Pak Deni udah pulang Axel. Lagian Flo ini tunangan kamu, dan akan menjadi calon istri kamu. Apa salahnya kamu nganter dia pulang?"
"Gak apa apa mah. Benar yang di katakan Axel, tadi Flo datang sendiri, pulang sendiri juga bisa kok. Lagi pula Axel kelihatannya masih ngantuk." Flo mengusap lengan Ambar memberi penjelasan padanya.
"Bagus kalau lu tau!" ucap Axel dengan sinis dan melangkah untuk meninggalkan mereka.
Tapi langkahnya terhenti ketika mendengar ucapan Mamahnya.
"Axel, Mamah gak mau tau kamu harus aEntar Flo pulang sekarang! Kamu sudah berani membantah ucapan Mamah?"
Dan akhirnya, Axel tidak berani untuk menolak lagi.
"Ya udah iya. Axel akan aEntar dia."
Akhirnya dengan terpaksa Axel mau mengantarkan Flo pulang ke apartemennya. Karena dia tidak ingin membantah ucapan Mamahnya.
Axel berjalan ke arah rak kecil di bawah tangga dan mengambil kunci mobilnya, lalu berjalan menuju pintu keluar.
"Buruan!" Ucap Axel ketika merasa Flo tidak bergerak dari tempat dia berdiri tadi.
"Ehh-iya. Ya udah mah, Flo pamit pulang ya."
"Ya udah. Kamu hati-hati ya sayang. Dan maafin sikap Axel yang seperti itu,” ucap Ambar merasa tidak enak pada Flo.
"Gak apa apa mah. Flo ngerti kok. Mungkin Axel belum bisa nerima aku."
"Kamu jangan nyerah untuk ngambil hatinya ya sayang." Ambar tersenyum dan mengusap pucuk kepala Flo.
"Flo akan berusaha Mah. Ya udah,Flo pulang ya Mah." Flo mencium tangan Ambar dan pergi berjalan menuju pintu keluar.
Flo masuk ke dalam mobil yang ada di depan pintu.
Di dalam sudah ada Axel yang menunggu dengan wajah kesal menahan amarah. Ya, akhir-akhir ini dia selalu marah apalagi jika menyangkut Flo.
Setelah duduk dan memakai seatbelt dia memberanikan diri untuk membuka suara.
"Maaf ya Xel, lama."
"Lu bisa gak sih sekali aja gak nyusahin hidup gua!" bentaknya lalu melajukan mobilnya dengan rasa kesal yang sudah terkumpul di ubun-ubunnya.
Di tengah keheningan, Flora memberanikan diri untuk kembali membuka suara. Meski dia tahu Axel akan membalasnya dengan ketus.
" Xel kenapa sih kayakknya kamu benci banget sama aku?"
Tidak ada respon Axel.
Tapi Flo kembali bertanya.
"Apa benar kamu belom bisa nerima pertunangan ini?"
Citt!!
Mobil berhenti dengan tiba-tiba. Bahkan hampir saja kening Flo terbentur dashboard kalau dia tidak memakai seatbelt.
"Lu berisik tau gak!” pekik Axel dengan wajah memerah penuh amarah.
“Dan lu dengar ya! Gua emang benci sama lu! Karena lu udah ngancurin kehidupan gua." Dia menunjuk wajah Flo dengan penuh emosi.
Semua pasti tahukan perasaan orang yang di paksa bangun tidur dan langsung bertemu dengan orang yang paling dia benci. Itulah yang di rasakan Axel saat ini.
"Pertunangan ini,sampai kapanpun gua gak akan pernah bisa nerima ini. Karena gua ngelakuin ini TERPAKSA demi Mamah!" Axel menekankan kata terpaksa.
"Jangan berharap lebih. Karena gua gak pernah sudi nerima lu jadi istri gua! Cewek kampung kayak lu gak pantas ada di dalam kehidupan gua!" Marah Axel, yang sudah tidak bisa mengontrol emosinya.
Sebenarnya Axel tidak pernah berkata kasar seperti ini pada wanita. Tapi dia paling tidak suka dengan siapapun yang mengusik ketenangannya. Dan Flo sudah di cap sebagai pengusik hidupnya.
"Sekarang lu turun dari mobil gua, gua jijik lihat muka lu! TURUN!!" Axel berteriak dan membuat Flo kaget dan terlonjak dari duduknya.
Melihat tidak ada respon yang di berikan Flo, Axel melepaskan seatbeltnya membuka pintu dan turun dari mobil. Dia berjalan mengitari mobil, dan membuka pintu tempat duduk Flo.
"Lu turun. Buruan!!"
Flo melepaskan seatbelt, dengan penuh kebingungan melihat apa yang dilakukan Axel padanya.
Dengan cepat Axel menarik tangan Flo keluar dan menghempaskan tangannya.
"Cewek sialan!!!" Ucapnya tepat di wajah Flo, lalu pergi memasuki mobil dan melajukan mobilnya dengan cepat.
Flo masih terpaku ditepi jalan, mencerna tiap kata yang diucapkan oleh Axel tadi. Pria itu sangat kasar padanya.
Tin! Tin! Tin!
Suara klakson mobil yang tepat berhenti dihadapannya, membuyarkan lamunan Flo. Kaca pintu mobil terbuka dan terlihat seorang pria memakai kacamata.
"Hei cewek stres, ngapain berdiri di situ?"
Merasa dia yang di panggil, Flo menoleh pada orang yang berada di dalam mobil. Pria yang ia temui di lift tempo hari.
Flo hanya menggelengkan kepala dan tersenyum. Melihat reaksi Flo, pria itu mengerutkan keningnya.
"Kenapa nih cewek, tumben gak marah marah. Malah senyum. Punya kepribadian ganda kali ya?" batinnya.
Dia bingung melihat tingkah Flo yang seperti ini.
"Kamu mau pulangkan? Ya udah bareng saya aja." Pria itu tersenyum menawarkan bantuan pada Flo.
"Gak usah. Makasih." Hanya itu yang di ucapkan oleh Flo dengan wajah sedih dan senyum yang dipaksakan.
Flo berjalan ke depan,meninggalkan mobil pria itu, menghentikan taksi dan memasukinya.
Pria itu memperhatikan semua gerak gerik Flo, dari dalam mobilnya.
"Dia kenapa? Aneh!" ucap pria itu berbicara entah pada siapa.
°°°

Book Comment (100)

  • avatar
    HutabaratElisawati

    Trimkh,msih ada penulis novel yg mengajak pembcanya utk belajar utk bisa mengampuni masa lalu dan menerima kekurangan org laintanpa kesan mengajari atau panatik dlm suatu agama tertentu,membacanya seperti melihat alur cerita nyata bkn seperti novel2 yg lain yg mengutamakan hayalan tingkat tinggi yg kadang keluar dr fakta kehidupan

    18/01/2022

      0
  • avatar
    Siti Mardina Musa

    baru mulai baca udah tertarik 😊

    10h

      0
  • avatar
    Jaku.Reza

    Mantap

    4d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters