logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

FLORA

FLORA

El Ri


Chapter 1 PROLOG

Di jodohkan, memang merupakan satu kata yang membuat jantung semua orang berdebar. Takut, panik, sedih dan juga canggung.
Bagaimana jika nanti mendapat suami atau istri yang tidak sesuai dengan harapannya.
Setiap orang yang akan di jodohkan, pasti akan mendapat penolakan tapi tidak dengan Flora. Dia menerimanya dengan ikhlas, bahkan terkesan bahagia.
Hanya terkesan saja. Tidak benar-benar bahagia.
Namun pria yang akan menjadi suaminya itu, benar-benar membencinya. Dia seolah tidak peduli dengan apa yang di alami Flora. Yang mau adalah, menemukan cara untuk menolak perjodohan mereka.
Lagi pula, siapa yang mau menikah dengan seorang gadis buruk rupa. Astaga! Gadis itu tidak benar-benar masuk dalam kategori wanita idaman Axel.
Dia membenci Flora. Apapun yang terjadi!
Sebagaimana dia di perlakukan tidak baik, tapi Flora tetap tersenyum. Menerima semuanya, sehingga dia kerap kali di anggap sebaga orang bodoh.
Tapi dia tidak benar-benar bodoh. Hanya terlalu tulus, menganggap semua orang adalah baik. Namun, kenyataan membuat dia percaya tidak semua orang itu baik.
Tapi setelah dia bertemu dengan dua orang teman, dia baru paham jika masih ada orang tulus dan dia tidak sendiri.
Banyak luka yang di alaminya selama dia hidup. Lika-liku kehidupannya begitu berat. terkadang jika mendengar kisahnya, tidak akan ada yang percaya. Tapi itulah dia. Flora, gadis sejuta luka.
***
Seorang wanita berumur empat puluhan sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon genggam miliknya. Di taman depan rumah mewah, Ambar berbicara dengan seseorang dan menunjukkan raut wajah yang bahagia.
"Baiklah, aku akan tunggu kedatangan kalian besok lusa."
"...."
"Iya, aku juga sangat merindukanmu Retta."
"...."
"Ya sudah, kita akan bicarakan besok lusa semuanya, semoga lancar ya."
"...."
"Baiklah-baiklah...."
Ambar mengakhiri percakapan melalui handphonenya dengan senyum bahagia.
Lalu jemarinya kembali bergerak di layar ponsel itu dan kembali menelepon seseorang.
Pada suara sambungan ketiga seseorang di seberang sana menjawab.
"Axel, kamu dimana?"
"....”
"Kamu bisa pulang secepatnya? Ada yang mau Mamah bicarain sama kamu."
"....”
"Ya udah Mamah tunggu, jangan lama loh!"
"...."
Ambar memutus panggilan secara sepihak dan dia melangkah masuk ke dalam rumah untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.
Tidak berapa lama, sebuah mobil masuk ke dalam garasi dan seorang laki laki berperawakan tinggi, dan tampan keluar dari dalam mobil, dengan tas hitam yang tersampir di sebelah pundaknya.
Dia melangkah menuju pintu rumah. Sambil membuka pintu, dia berteriak
"Mah aku pulang!"
Mendengar teriakan itu Ambar muncul dari dapur dengan langkah tergesa-gesa, bersiap untuk menerkam putranya itu.
"Ini bukan hutan Axel! Jangan teriak-teriak!" Dia menatap tajam sang putra, seperti ingin menelannya bulat-bulat.
"Sorry Mah," cicit Axel dengan pelan dengan cengiran kudanya.
Dia berjalan menuju sofa dan merebahkan tubuhnya di atas sofa empuk itu. Hah! Rasanya benar-benar nyaman.
Ambar datang menghampiri Axel. Duduk di sebelahnya dan mengusap rambut pria itu dengan lembut.
"Kamu mandi gih, Mamah mau menyiapkan makan malam." Dia menatap Axel yang terlihat lelah. Tatapan penuh sayang dari seorang Ibu.
"BeEntar lagi mah," ucap Axel dengan ogah-ogahan.
"Sekarang Axel!”
Mendengar suara Ambar yang sedikit meninggi membuat Axel tersentak dan bangkit dari sofa. Raut malaikat tadi benar-benar menghilang dalam hitungan detik.
"Ok ok, Axel mandi sekarang mah."
Dengan cepat Axel berjalan meninggalkan Ambar dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Sebelum sang Mamah benar-benar mengamuk dan memberinya utimatum luar biasa.
Setelah masuk kedalam kamar, Axel melemparkan tas dengan asal dan merebahkan tubuhnya diatas kasur. Dia ingin istirahat, barangkali hanya lima menit.
Belum sempat dia memejamkan mata suara teriakan sudah terdengar dari bawah.
"AXEL MANDI, SEPULUH MENIT LAGI KAMU TURUN!!"
Tentu saja suara Ambar yang membahana, dia tahu betul kelakuan putra semata wayangnya ini. Pasti dia tidak akan langsung mandi, melainkan tidur sampai jam 9 malam dan mungkin juga akan bablas sampai pagi.
"Ck! Mamah.” Axel berdecak kesal, tapi mau tidak mau dia harus bangkit dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi.
Tepat sepuluh menit kemudian Axel sudah keluar kamar dan berjalan menuju meja makan, di sana sudah ada Ambar yang duduk menunggunya.
Dia menarik kursi dan duduk,"tepat sepuluh menit kan Mah."
"Bagus, anak piEntar." Ambar tersenyum kecil.
Setelah menyuduhkan makanan untuk Axel mereka makan berdua dalam hening. Seperti itulah peraturan mereka, makan dalam diam. Jika sudah selesai, Bi Mar ART dirumah itu merapikan dan membersihkan meja makan.
Setiap selesai makan malam mereka akan duduk di ruang keluarga, menceritakan hari-hari mereka, hanya berdua.
"Tadi Mamah bilang ada yang mau di omongin, apa Mah?"
"Mamah hampir lupa, untung kamu ingatin." Ambar menepuk jidatnya sendiri. Efek umur yang semakin bertambah, dia akan mudah melupakan semuanya.
Ambar mengubah posisi duduknya, yang tadi menghadap televisi dan kini menghadap Axel.
"Xel, Mamah punya satu permintaan buat kamu. Ini permintaan Mamah yang terakhir."
Mendengar itu Axel mengerutkan keningnya. Permintaan terakhir apa? Memangnya Mamah akan kemana, pikirnya.
"Maksud Mamah apa?"
"Ini dulu adalah permintaan Papah kamu, sebelum kejadian itu. "
"Permintaan Papah?" Axel sedikit bingung. Ini maksudnya bagaimana? Kenapa sejak tadi dia tidak paham juga sih!
"Iya, kamu mau kan menurutinya?" Ambar mengusap pundak Axel, berharap putranya itu mengatakan, ‘iya. Aku mau Mah!’
"Pasti Axel turutin Mah.” Benar saja, sekarang raut wajah Axel sudah berubah sendu. Tentu, dia akan melakukannya demi Papah.
Ini yang diharapakn Ambar. Dia tahu, Axel tidak akan pernah mengecewakannya.
"Begini Xel, Mamah mau kamu bertunangan dengan putri sahabat baik Papah kamu. Setelah bertunangan kamu harus menikah dengan Dia."
Bagai di sambar petir di siang hari. Axel benar-benar terkejut mendengar ucapan Mamahnya itu, matanya melotot sempurna.
"Apa?!"
"Ck. Kamu apa-apaan sih! Mamah kaget tau!" Ambar mengelus dadanya, suara melengking Axel, benar-benar membuat dia terkejut.
"Mah, tunangan? Menikah? Apa-apaan ini! Gak,aku gak mau! Axel belum kpikiran untuk itu." dia menggelengkan kepalanya, menolak mentah-mentah permintaan Mamah.
"Tapi tadi kamu sudah janji Axel. Kamu jangan ingkari janji kamu dong."
"Iya, tapi bukan bertunangan atau menikah, dan dengan wanita yang gak aku kenal. Gak! Aku gak mau Mah."
"Axel kamu-"
Belum sempat Ambar menyelesaikan kalimat, ucapannya dengan cepat di potong oleh Axel.
"Sekali Axel bilang gak, tetap nggak Mah!" pekik pria itu sampai membuat Ambar terkejut.
"Kamu membentak Mamah Axel?" Ambar menatapnya dengan tidak percaya. Benarkah anak kesayangannya kini membentak dia? Dia sulit mempercayai ini.
Mendengar suara Mamahnya yang bergetar, Axel mengalihkan pandangannya ke arah Mamah. Raut wajah Axel seketika berubah menjadi panik, takut, dan menyesal.
"Ma-mah. Axel gka bentak Mamah. Maafin Axel mah, Axel gak bermaksud untuk-"
"CUKUP!!"
Ambar mengangkat telapak tangannya tepat di wajah Axel, air matanya jatuh begitu saja.
"Mamah kecewa sama kamu Xel, anak yang Mamah banggakan ternyata punya sifat seperti ini."
Mendengar ucapan Mamahnya wajah Axel menjadi pucat, dan meraih tangan Ambar dengan cepat.
"Mah, maafin Axel Ma-“
"Sudah! Terserah kamu, kamu pilih jalan kamu sendiri. Mamah gak akan memaksa kamu lagi!"
Ambar bangkit berdiri meninggalkan Axel dan berjalan menuju kamarnya.
Tidak tinggal diam Axel berjalan cepat menyusul Mamahnya. Saat dia ingin masuk kedalam kamar pintu sudah tertutup rapat.
Axel mengetuk-ngetuk pintu kamar itu berkali-kali.
"Mah, maafin Axel. Mah bukain pintunya dong! Axel minta maaf Mah. Mamah."
Tiga puluh menit Axel di depan pintu kamar Ambar, menggumamkan kata maaf tapi tetap tidak ada respon.
Axel putus asa, dia menyesal mengucapkan kata-kata itu tadi.
Dia berjalan meninggalkan pintu kamar Ambar, dan pergi menuju kamarnya.

Book Comment (100)

  • avatar
    HutabaratElisawati

    Trimkh,msih ada penulis novel yg mengajak pembcanya utk belajar utk bisa mengampuni masa lalu dan menerima kekurangan org laintanpa kesan mengajari atau panatik dlm suatu agama tertentu,membacanya seperti melihat alur cerita nyata bkn seperti novel2 yg lain yg mengutamakan hayalan tingkat tinggi yg kadang keluar dr fakta kehidupan

    18/01/2022

      0
  • avatar
    Siti Mardina Musa

    baru mulai baca udah tertarik 😊

    1d

      0
  • avatar
    Jaku.Reza

    Mantap

    5d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters