logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

the world is small

Ketika Gladys ingin melawan, Kelvin malah menutup pintunya sehingga membuat kening Gladys menumbur pintu tersebut.
“Dasar serigala. Aku akan memberi mu pelajaran. Aku tidak akan memaafkan mu. Aku akan balas dendam.” Teriak Gladys yang tak digubris oleh Kelvin dari dalam kamar. Kelvin malah melepas bajunya dan masuk kedalam kamar mandi untuk berendam air hangat mengabaikan keributan di luar pintunya.
Sementara Gladys membludak-bludak penuh emosi. Tak menyangka dia akan bertemu dengan orang yang sudah seenaknya sendiri menangkap dirinya beberapa waktu yang lalu dan sekarang malah berada satu kapal dengannya, parahnya lagi kamar mereka bersebelahan. Aaarrgh rasanya ingin terjun ke laut saja. Tapi tidak mungkin. "Kenapa dia harus berada di kapal ini?? Kenapaa??" Kesal Gladys tak terima dia berada satu kapal dengan Kelvin apalagi bersebalahan seperti ini. Siapa yanh sudah merencanakan semua ini?? Teriak Gladys didalam hati.
"Lihat saja, aku akan membuat perhitungan dengan mu. Aku akan membuat mu bertekuk lutut dihadapan ku dan mengakui semua kesalahan yang sudah kamu perbuat kepadaku." Sumpah Gladys penuh keyakinan ngomel-ngomel didepan pintu seperti orang gila.
*
Matahari sudah menyembunyikan cahaya-nya. Dan Gladys sudah siap untuk menebarkan pesona-nya. Dengan mengenakan gaun bernuansa biru, cocok dikenakan seperti warna lautan. Pilihan gaun pendek diatas lutut dengan aksesoris fancy, Gladys memarkan kaki jenjangnya dengan memakai sepatu tinggi dengan motif bunga untuk memaksimalkan gaya.
Pintu kamarnya pun berbunyi. Lalu Gladys membuka pintu.
Mulanya wajah Gladys berseri-seri hingga akhirnya hilang saat itu juga ketika membuka pintu dan mendapati Kelvin berdiri tepat di depan kamarnya.
Tak memungkiri, pria pasti takjub akan pesona wanita yang mampu bersolek dengan riasan yang sesuai dengan gestur wajahnya, dan ditunjang penampilan yang sangat elegan dan berkelas.
“Sekarang apa?” malas Gladys menanggapi pria didepannya ini.
“Bisa pinjamkan aku pembuka botol?” tanya Kelvin seolah tak peduli lagi dengan penampilan Gladys yang memukau.
“Kamu dari kelas mana? Sampai-sampai pembuka botol pun tidak punya.” Singgung Gladys kasar sambil melipat kedua lengan tangannya.
“Aku lupa meletakkannya dimana.” Sahut Kelvin enteng masih berdiri didepan pintu.
Bukannya segera meminjamkan, Gladys malah terus menghujat. “Oh, pantas saja kamu bisa salah tangkap. Kamu sendiri mudah lupa.” memutar kembali memori yang sangat menyebalkan. "Aku tidak akan meminjamkan apapun untuk mu. Mengerti." Tandas Gladys keras kepala. "Asal kamu ingat saja. Kamu sudah membawa ku ke kantor polisi dan bersi keras memaksa ku untuk mengakui kesalahan yang tidak. pernah aku lakukan. Jadi aku sekarang juga tidak akan pernah meminjamkan apapun kepada mu." Lugas Gladys lagi.
Kelvin menarik napas panjang menahan rasa sabar tidak ingin membahas sesuatu yang sudah berlalu. “Percuma berbicara dengan kamu.” Masuk kedalam kamar Gladys tanpa permisi minta ijin lebih dahulu. Tapi dengan sigap Gladys menjulangkan tangan panjangnya sehingga Kelvin tidak bisa masuk kedalam.
Mata dingin Kelvin pun tertuju pada Gladys yang tak takut dengan Kelvin.
"Aku tidak mengijinkan kamu masuk kedalam kamar mu." Tandas Galdys.
Tetapi bukan Kelvin namanya jika menyerah begitu saja, ia angkat tangan Gladys lalu membuang kasar hingga Gladys mengernyit kesakitan sembari memegang pergelangan tangannya. Sementara Kelvin masuk begitu saja.
“Hei! Penyusup.” Protes Gladys membuntuti Kelvin yang masuk kedalam kamarnya.
Kelvin mengabaikan celotehan Gladys, ia terus berjalan menuju dapur mini meski harus dihalang-halangi tidak membuat Kelvin menyerah begitu saja.
"Aku akan panggil keamanan!" Ancam Gladys kesal.
Tetapi tetap saja Kelvin tidak menggubrisnya.
"Hei! Apa kamu tidak memiliki sopan santun." Seu Gladys lagi.
Kelvin pun baru merespon ucapan Gladys. "Kenapa kamu pelit sekali. Aku hanya pinjam pembuka botol."
"Tidak." Jawab tegas Gladys tidak memberi ijin. "Aku tidak akan meminjamkan mu apapun. Aku tidak akan meminjamkan apapun dengan orang yang tak tahu diri. Tidak. Tidak. Tidak. Tidak akan pernah." Tandasnya benar-benar tidak ingin berbaik hati kepada Kelvin.
Melihat ekspresi Gladys yang sangat garang, bukannya malah pergi. Kelvin malah mengambil pembuka botol diatas meja. Dia tahu pasti para awak kapal akan meletakkan barang ditempat yang sama di setiap kamar. Sehingga ia tidak kesusahan mencari pembuka botol di kamar Gladys.
Gladys yang tidak terima karena Kelvin main masuk saja, ia pun menyambar Kelvin. “Aku benar-benar akan melaporkan ketidaknyamanan ini dengan petugas. Supaya kamu dipindahkan dari sini.” Ancam Gladys.
Set. Kepala Kelvin menoleh dengan gesit sehingga cukup mampu membuat Gladys terkesiap.
“Silahkan saja. Jika itu membuat mu nyaman.” Jawab enteng Kelvin berjalan menuju pintu dan berniat keluar.
“Dasar kamu ini. Kenapa kamu harus menganggu ku dan tidak meminta pada pelayan disini?!” kesal Gladys.
“Aku sudah memikirkannya tadi. Tapi setelah dipikir-pikir, itu akan memakan banyak waktu. Sementara kamar sebelah ku pasti punya alat ini.” Kelvin menunjukkan alat pembuka botol milik Gladys. “jadi aku tidak perlu membuang banyak waktu.” Ucapnya. “Permisi.” Barulah Kelvin pamit dengan baik, tetapi tetap saja membuat Gladys kesal.
Gladys ingin membuka mulut untuk mencaci maki saat Kelvin membuka pintu. Namun Gladys mengurungkan niatnya ketika dibalik pintu sudah ada Jovial yang berdiri didepan kamarnya berniat mengetuk pintu.
Semua pun mematung sesaat, saling melempar pandang.
Setelah melihat pria disana, Kelvin berganti melihat Gladys. Tersenyum tipis lalu berkata pada Jovial. “Aku hanya mencari ini.” Menunjukkan barang yang ia pegang.
*

Book Comment (225)

  • avatar
    Selamet Mujianto

    lanjutt

    4d

      0
  • avatar
    WibowoNayla ramadhina putri

    suka banget sama ceritanya

    4d

      0
  • avatar
    Fino Chipeng

    cinta ini

    7d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters