logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

the owner

Karena Gladys masih melamun, Jovial pun mengguncang kecil lengan Gladys.
“Gladys, are you okay?” tanya Jovial membangunkan Gladys dari alam bawah sadarnya.
“Emmh, ya. Aku baik-baik saja.” Jawab Gladys beberapa detik kemudian.
“Tadi kapten…” Gladys menunjuk kearah perginya kapten Schentinno.
“Iya, dia kapten utama. Aku mempercayakan kapal ini kepadanya sebab dia sudah sangat berpengalaman dalam pelayaran kapal pesiar.” Jelas Jovial datar.
Gladys menunjukkan jari telunjuk kearah Jovial dengan tak enak hati. “Jadi, kamu benar-benar pemilik…” otak Gladys menjadi kosong ketika dipertemukan dengan orang yang paling kaya raya di kapal ini. Siapa lagi kalau bukan pemilik kapal.
Aarrrgghh! Betapa Beruntungnya Gladys. Ia menjerit didalam hati dengan berbunga-bunga disertai kembang api yang meletup-letup indah diatas langit.
“Sudah kujelaskan sejak tadi, bukan?” ujar Jovial berusaha memberi tahu tetapi Gladys sudah tak percaya sejak awal.
"Maafkan aku. Karena banyak sekali pria yang mendekati ku dan mengaku-ngaku bahwa dia memiliki ini itu tetapi ternyata banyak yang berbohong. Jadi ketika kamu mengakui semua ini, aku tidak percaya."
Gladys tersenyum lebar mempertontonkan gigi putih ratanya. Sungguh malu sekali sudah tidak percaya sejak awal.
Untung saja Jovial tidak tersinggung dan tidak mempermasalahkannya, ia malah membahas hal lain.
“Jika kamu tidak keberatan. Kita bisa makan malam bersama. Karena sepertinya aku membutuhkan teman untuk makan malam.” Ajak Jovial dengan cara ajakan yang berkelas.
Mana mungkin Gladys menolak tawaran tersebut. Kapan lagi dirinya akan makan malam di kapal mewah bersama pemilik kapalnya langsung.
“Akan aku usahakan.” Jawab Gladys sedikit jual mahal.
Jovial tersenyum tipis. “Bersiaplah, setelah matahari terbenam. Aku akan menjemput mu.” Sahut Jovial begitu elegan dan berkelas. Sungguh, dia sangat mempesona.
*
Gladys berjalan menyusuri lorong menuju kamarnya. Dengan hati riang, ia tak sabar menunggu matahari terbenam dan dia bisa makan malam romantis dengan pria bernama Jovial.
Pada saat Gladys akan sampai di kamarnya, ia melihat pintu kamar sebelah kamarnya ada seorang pria yang tidak asing baginya sedang membuka pintu kamar.
Mata Gladys menyipit penuh selidik dan menfokuskan pandangannya pada pria tersebut sembari memutar kembali memori yang ia tanggap di otaknya mengenai pria tersebut.
Dan ketika pria itu akan masuk kamar, barulah Gladys ingat siapa pria itu. Matanya terbelalak lebar lalu berteriak asal kearah pria tersebut.
“Heii!!!!” suara keras Gladys mampu menghentikan pria itu yang akan masuk ke kamarnya. Dengan jalan cepat, Gladys menghampiri pria itu.
“Kamu membuntuti ku sampai kesini??!!” ketus Gladys tidak terima sedangkan Kelvin sendiri juga tak kalah terkejut melihat Gladys ada di kapal ini. “Apa kamu tidak ada pekerjaan lain selain memata-mata-i ku?!” protesnya tak memberi kesempatan Kelvin untuk bicara. “Sudah kukatakan, aku tidak terlibat kejahatan apapun. Kenapa kamu masih saja tidak percaya dan malah menguntit kehidupan pribadi ku sampai-sampai kamu mengikuti ku kesini. Apa kamu benar-benar tidak ada pekerjaan?! Apa penjahat di dunia ini sudah habis sampai kamu terus mengawasi ku?! Apa aku satu-satunya penjahat yang tersisa di dun-" seketika Gladys terdiam seribu kata saat Kelvin dengan berani menarik tengkuk leher Gladys lalu mencium bibir wanita ini yang tak kunjung berhenti bicara.
Bibir mereka akhirnya saling bertemu. Kelvin melumatnya penuh nikmat seolah sedang memakan permen. Sedangkan Mata Gladys terbelalak lebar hingga ingin keluar dari peradaban lalu ia berusaha memberontak untuk menjauhkan diri melepas serangan ciuman tiba-tiba ini. Namun Kelvin tak melepaskan begitu saja. Ia masih melumat bibir basah milik Gladys tanpa permisi karena ia sudah pusing mendengar Gladys terus berbicara tanpa henti.
Sampai satu menit kemudian, Kelvin melepas ciumannya.
Gladys telah dibuat kembang kempis karena hampir kekurangan asupan oksigen. Dengan wajah merah padam, Gladys mengangkat satu tangan berniat menampar Kelvin.
Sayangnya, Kelvin lebih dulu menyadari akan hal tersebut ditambah lagi tentu gerakannya lebih gesit sebab ia terlatih. Dengan mudah Kelvin menahan pergelangan tangan Gladys sembari berkata. “Kamu tidak akan pernah bisa menampar ku.”
Dengan sangat kesal Gladys membuang tangan Kelvin yang menahannya. “Aku kira aparat intelejen itu penuh dengan wibawa dan menjaga kehormatan wanita. Ternyata sama saja.” Delik Gladys.
“Kamu kira seorang agen itu bukan manusia? Kamu terus saja berkicau seperti burung.” Umpat Kelvin. “Asal kamu tahu, bahkan aku tidak tahu kalau dirimu ternyata mampu untuk membayar liburan mahal ini.” Singgungnya. “Aku melakukan itu karena tidak ada cara lain membuat mu untuk diam dan berhenti bicara.” Jelasnya. “Oh ya, satu lagi. Untuk apa aku menjaga kehormatan wanita sedangkan kamu sendiri rela mengorbankan apapun demi harta.” Singgung Kelvin lagi.
“Apa kamu bilang?!!” Gladys kian tersulut emosi.
“What else?” sahut Kelvin.
“Akan aku laporkan atas tindakan pelecahan ini.” Kecam Gladys.
Kelvin tersenyum mincing lalu berkata. “Laporkan saja. Aku sedang bebas tugas. Jadi tidak akan ada yang memberatkan ku. Kita sedang di tengah laut sekarang. Laporkan saja jika ingin melaporkan ciuman kita. Aku jamin, semua orang akan menertawakan dirimu.” Jelas Kelvin kemudian masuk kedalam kamar.
*

Book Comment (225)

  • avatar
    Selamet Mujianto

    lanjutt

    4d

      0
  • avatar
    WibowoNayla ramadhina putri

    suka banget sama ceritanya

    4d

      0
  • avatar
    Fino Chipeng

    cinta ini

    7d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters