logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

potential suspect

Di ruangan sepetak tak bercelah dengan cermin satu arah, hanya ada satu meja di tengah ruangan dan dua kursi yang saling berhadapan dengan satu lampu yang menggantung di atap-atap tepat diatas meja.
Gladys duduk bak tersangka berhadapan dengan Kelvin yang terpisahkan meja sekotak dihujani pertanyaan demi pertanyaan.
"Selain Bernald, siapa lagi yang kamu kenal?" Tanya Kelvin mengeraskan suaranya tegas.
Mata Gladys melebar tanpa rasa takut. “Sudah saya bilang, saya tidak tahu menahu tentang bisnis gelap Bernald. Saya hanya mengenalnya. Tidak lebih.” Tekan Gladys bersi keukeuh tidak mengakui apapun.
"Oh begitu??? Kamu berusaha melindunginya?!" Tekan Kelvin yak gencar terus menyidik Gladys.
"Harus berapa kali aku bilang. Aku benar-benar tidak tahu menahu soal binisnya dan aku juga tidak melindungi dia atau siapapun?!!" Tekan Gladys tanpa rasa takut karena Galdys sadar tidak bersalah.
“Tapi dia sudah membelikan mu apartemen.” Sahut Kelvin tegas. “pasti kamu terlibat dalam perdagangan itu.” Lanjutnya.
Badan Gladys menyondong kedepan dengan kedua tangan menahan meja yang rasanya ingin dibalik. “Apa saya harus menolak jika saya diberi apartemen mewah?! Hanya orang gila saja yang mungkin akan menolak.” Bentuk protes Gladys. “dan saya masih waras. Toh saya juga tidak menjual diri saya kepada pria itu.” Tekannya lagi. Sedangkan Kelvin hanya diam mengamati setiap ucapan Gladys yang terlihat tersulut emosi. “Apa anda tidak percaya?! Mau tes keperawanan saya? Begitu?” Nyolot Gladys menantang. “Walaupun saya wanita pekerja malam sebagai DJ, saya masih punya harga diri.” Napas Gladys ngos-ngosan karena emosi yang memuncak. “Saya sudah mengikuti protokol anda. Saya mau dibawa keruangan pengap ini. Dan saya juga sudah mengikuti tes urine. Hasilnya negatif. Apa perlu saya tes kehamilan juga?!” Singgung Gladys.
Sebagai anggota intelejen, Kelvin tentu tidak main kasar begitu saja. Sebab belum tentu wanita didepannya ini tersangka.
“Dimana sekarang Bernald? saya ingin bicara.” Gladys mulai mengatur nada suaranya dengan baik.
Kelvin menarik napas panjang sembari mengamati gerak-gerik Gladys yang sepertinya wanita itu benar-benar tidak tahu siapa sebenarnya Bernald.
“Dimana dia??” tanya Gladys lagi.
“Dia sudah meninggal. Dia bunuh diri ketika kami akan menangkapnya.” Jelas Kelvin singkat.
Betapa terkejutnya Gladys mendengar hal tersebut, hingga bibirnya terbuka lebar tanpa ditutupi dengan apapun.
“Ap, apa? Bu-bunuh diri??? Bunuh diri??” mata Gladys seperti ingin keluar dari peradaban.
“Maka dari itu, kami melacak orang-orang terakhir yang berhubungan dengan Bernald sebelum dia bunuh diri.” Mata Kelvin tetap menatap Gladys penuh selidik.
Gladys menelan saliva, sangking tak menyangkanya mendengar kabar ini.
“Jadi kami-" Belum sempat selesai bicara. Pintu terbuka mengakhiri introgasi Kelvin.
“Mr. Kelvin, pengacaranya sudah datang dan sudah memberikan keterangan.” Ucap pria yang baru masuk itu.
Gladys bernapas lega dengan lirikan sinis ditujukan kepada Kelvin, sedangkan Kelvin sendiri tidak berucap sepatah kata pun namun tetap menatap penuh selidik seakan belum bisa melepas Gladys begitu saja. Dirinya masih menaruh curiga kepada Gladys.
Dengan senang hati, Gladys bangkit dan berkata. “Sepertinya kamu harus merenov ruangan ini. Disini sangat panas sekali. Jika saya mau, saya pasti sudah melepas baju saya.” Singgungnya kemudian angkat kaki meninggalkan ruang introgasi.
Ternyata di luar sudah ada Dito dan pengacaranya yang menunggu Gladys. Sangking senangnya Gladys memeluk Dito karena sudah menyelamatkan dirinya di kantor mengerikan ini.
Belum reda rasa bahagianya, Gladys sudah diberi persyaratan oleh Kelvin.
“Meskipun anda tidak ada hubungannya dengan perdagangan gelap milik Bernald. Kami akan tetap mengawasi anda.”
Dengan pandangan tidak suka, Gladys menarik salah satu ujung bibirnya lalu berkata. “Awasi saja saya. Tapi jangan salahkan saya lagi jika nantinya anda jatuh cinta dengan saya." Kecamnya berjalan mendekat kepada Kelvin penuh percaya diri.
Sementara Kelvin hanya diam membalas tatapan sinis Gladys.
*
Dito terperangah ketika melihat isi apartemen Gladys yang diberikan Bernald untuknya. Benar-benar mewah.
Sementara Gladys yang mengambil kaleng minuman dingin di kulkas terus saja memikirkan sesuatu. Tak lupa ia mengambilkan sekaleng minuman untuk Dito juga.
“Kamu memikirkan apa? Otot wajah kamu sampai terlihat semua.” Singgung Dito menerima minuman kaleng yang diberikan Gladys.
“Apa kamu tidak tahu apa-apa?” Gladys memancing pembicaraan dengan Dito.
“What?” tanya balik Dito yang baru saja meneguk minumannya, lalu berniat meneguknya lagi.
“Bernald bunuh diri.” Ungkap Gladys datar tapi mampu membuat Dito kesedak luar biasa hingga terbatuk-batuk. “Ih, kamu ini. Pelan-pelan kalau minum.” Sambil menepuk-nepuk pelan punggung atas Dito.
“Apa yang kamu katakan tadi?” Dito terlihat shock.
“Bernald bunuh diri.” Lekuk bibir Gladys membentuk dengan jelas.
Dito melihat dengan seksama kearah Gladys. “Dia meninggal?” Dito meyakinkan dirinya.
Gladys mengangguk pelan dengan pasti. “Iya. Meninggal.” Tekannya pasti.
Mereka saling memandang, suasana sejenak hening. Beberapa saat kemudian secara bersamaan mereka berteriak riang dengan sangat histeris sambil lonjak-lonjak kegirangan seperti anak kecil.
“Jadi kita mendapat warisan semua ini??!!!” Dito meyakinkan diri lagi bahwa semua yang diberikan Bernald beberapa jam yang lalu adalah hak penuh milik mereka.
“Iya! Betul!” jawab Gladys tidak kalah girangnya.
Bagaimana tidak bahagia, mereka berdua telah mendapat uang cash ratusan juta, tiket tour kapal pesiar dan apartemen atas nama Gladys tanpa harus mempertaruhkan apapun. Tentu ini adalah harta karun yang sangat berlimpah tanpa harus bersusah payah.
“Apa boleh aku tidur disini juga?!” Tanya Diti bersemangat.
“Tidak.” Jawab Gladys cepat. “Ini apartemen ku. Dan kamu hanya boleh tinggal disini jika dalam keadaan darurat. Jika tidak, aku tidak akan memberi mu tempat. Daripada ada penggerebekan lagi.” Tandas Gladys.
*

Book Comment (225)

  • avatar
    Selamet Mujianto

    lanjutt

    4d

      0
  • avatar
    WibowoNayla ramadhina putri

    suka banget sama ceritanya

    4d

      0
  • avatar
    Fino Chipeng

    cinta ini

    8d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters