logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

can't refuse

Satu per satu lampu kapal mulai menyala memberikan pencahayaan yang begitu indah, memberikan kesan lebih mewah ketika malam hari di tengah lautan samudra.
Jovial sudah duduk di sebuah meja bersama Gladys. Mereka mengobrol ringan sambil menunggu Kelvin datang.
"Aku kira kamu tidak akan mengundang makan malam Kelvin." Gladys masih tidak terima jika Jovial mengajak Kelvin untuk duduk satu meja dengannya.
Jovial berpikir sejanak sebelum bicara. "Aku merasa kalian akrab, jadi tidak ada salahnya kita undang dia makan malam bersama." Balas Jovial ramah.
"Akrab? Dia dan aku?" Gladys mengipaskan telapak tangannya sekali didepan muka. "Tidak. Tidak sama sekali. Kami tidak se-akrab yang kamu bayangkan." Ujar Gladys menepis semua pernyataan Jovial.
"Setidaknya dia orang yang baik. Dan ketika aku mengobrol dengannya tadi. Dia terdengar sangat ramah dan sopan." Ucap Jovial yang bertolak belakang dengan Gladys.
Tentu saja, di mata Gladys sesosok Kelvin tidak sebaik itu apalagi ramah dan sopan. Sungguh tidak. Bahkan perkataan-perkataan Kelvin lebih tajam dibandingkan samurai. Sungguh, sangat menyanyat hati disetiap kalimatnya. Hanya saja, Gladys memiliki hati baja sehingga ia tidak mudah tersinggung dengan ucapan pria tersebut.
Beberapa saat kemudian, akhirnya Kelvin datang dengan seorang wanita, siapa lagi kalau bukan Casandra.
“Selamat malam.” Tegur Kelvin yang disambut oleh Jovial, ia pun berdiri dari kursi diikuti Gladys yang setengah hati harus menyambut pria yang bernama Kelvin ini. Tetapi kemudian mata Jovial beralih kepada seorang wanita yang berdiri di samping Kelvin.
Tentu, Casandra dan Jovial saling melempar pandang memutar memori yang sudah berlalu dan mereka masih mengingatnya.
Dengan mimik wajah yang tak terduga, Casandra berkata.
“Oh ya Tuhan. Bukan kah anda yang menolong saya ketika jatuh tempo hari?” tegur Casandra dengan gerakan dan nada yang elegan. Bahkan Gladys merasa kagum dengan cara bicara wanita tersebut. “Maafkan saya atas sikap saya waktu itu.” mereka saling berjabat tangan tak menyangka.
Jovial tersenyum ramah. “Senang bertemu dengan anda.” Balasnya. “Silahkan.” Lanjut Jovial mempersilahkan semuanya untuk duduk.
Setelah menempati tempat duduknya masing-masing, barulah Jovial membuka obrolan lagi. “Tak menyangka kalau kalian akan datang bersama.” Melihat Jovial dan Casandra.
Kelvin tersenyum lalu berkata. “Apa kalian saling mengenal?” pura-pura tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya diantara Jovial dan Casandra.
Sementara Gladys menghela napas kesal sembari memutar bola mata seratus delapan puluh derajat. Sebab ia tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sungguh sangat menyebalkan, drama apa lagi yang akan terjadi setelah ini. Pikir Gladys.
Sedangkan Jovial terus saja menanggapi pertanyaan Kelvin yang terdengar panas di telinga Gladys. Mereka berbincang-bincang seperti sudah akrab saja.
Karena kesabarannya telah habis mendengar cerita mengarang itu, Gladys pun memutus percakapan itu dengan cara diam-diam menendang kaki Kelvin dari bawah meja.
Tetapi bukannya Kelvin yang kesakitan, malah Jovial yang terkejut menahan rasa sakit pada kakinya. Semua mata pun tertuju kepada Jovial kemudian melempar pandang kearah Gladys termasuk Jovial pula.
Ternyata Gladys salah sasaran. Bukannya kaki Kelvin yang harus ditendang, melainkan kaki Jovial. Oh ya ampun, bagaimana bisa Gladys se-ceroboh ini.
Untuk mencairkan suasana, Gladys tersenyum lebar memamerkan gigi rata sembari menyebar pandangannya ke orang-orang yang menatapnya. Lalu bersilah untuk mengalihkan perhatian.
“Sorry, saya sudah merasa lapar sekali. Bisa kah kita memesan makanan sekarang?” Kemudian bibirnya bergerak membantu kata ‘sorry’ tanpa mengeluarkan suara kepada Jovial.
“It’s okay.” Jovial mengelus punggung tangan Gladys diatas meja.
Diam-diam Kelvin memperhatikan tangan Jovial itu. Lalu bertanya kepada Jovial. “Rasanya jika makan malam saja tidak cukup untuk kita berempat. Bagaimana jika kita memasak sendiri makan malam kita?”
Semua orang saling melempar pandang tak mengerti, kemudian Kelvin menjelaskan maksudnya. “Saya akan meminta manajer restauran untuk memberikan kita ruang untuk memasak di out door, kita bisa memasak bergandengan untuk hidangan makan malam ini.”
Seketika disambut dengan baik oleh Casandra. “Saya suka memasak.”
Jovial tidak berpikir panjang, ia pun setuju dengan ide Kelvin. “Ok.” Angguknya. “Tetapi saya tidak bisa memasak.” Jovial menengok kearah Gladys.
Sadar semua mata tertuju pada Gladys lagi. Doa pun langsung menolak mentah-mentah. “Tidak.”
“Why?” balas Casandra melipat wajahnya cemberut.
“Saya tidak suka memasak. Dan saya sekarang sudah lapar.” Jawab Gladys membuat Casandra menghela napas pasrah.
Kemudian Jovial berkata kepada Gladys. “Ini adalah ide yang bagus. Kamu bisa memakan sesuatu sebelum memasak.” Jelasnya. “Jika kamu tidak bisa memasak, begitu pula saya. Bagaimana jika kita undi pasangan memasak kita. Jadi tidak akan ada yang protes karena kita tidak memilih siapa pasangan memasak kita. Bagaimana?” tawar Jovial sudah terbayang keseruan makan malam ini.
Kelvin tersenyum memincingkan bibirnya sembari mengangkat segelas wine putih di meja menyetujui ide Jovial, diikuti Casandra yang terlihat sangat berantusias.
Tiga gelas wine sudah terangkat diatas meja, kecuali Gladys. Lagi-lagi semua mata tertuju pada Gladys dan memaksanya untuk mengangkat gelas wine dengan setengah hati.
“Yey!!” seru Casandra yang terlihat sangat bersemangat.
*

Book Comment (225)

  • avatar
    Selamet Mujianto

    lanjutt

    3d

      0
  • avatar
    WibowoNayla ramadhina putri

    suka banget sama ceritanya

    3d

      0
  • avatar
    Fino Chipeng

    cinta ini

    7d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters