logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

war flag

Gladys memperhatikan kepergian Casandra dengan tatapan tidak suka. Namun setelah tahu kemana Casandra pergi, Gladys mengangkat kedua alisnya tidak percaya.
Bagaimana tidak, Gladys melihat sesosok pria yang ia kenal. Siapa lagi kalau tidak Kelvin.
Gladys langsung menyipitkan mata tertuju pada Kelvin yang malah bercumbu mesra dengan wanita yang ternyata wanita itu adalah wanita yang baru saja berusaha menggoda Jovial. Tak menyangka wanita itu dan Kelvin sedang bersekongkol untuk mengganggunya.
Napas Gladys pun kembang kempis menahan emosi sebab tidak bisa meluapkan saat ini juga karena ada Jovial sekarang.
Karena Gladys terlalu fokus melihat kearah lain, Jovial pun menjadi penasaran dan ikut melihat kearah dimana Gladys memandang.
“Apa kamu mengenal wanita tadi?” tanya Jovial mengalihkan perhatian Gladys.
“Tidak.” Jawab Gladys. “hanya saja aku merasa kalau wanita itu sengaja melakukannya.” Selidiknya.
“Apa itu penting?” tanya datar Jovial yang tidak mempedulikannya.
Gladys tidak menjawab, ia hanya menatap tajam kearah Kelvin penuh rasa dendam.
“Tidak.” Jawab Gladys tidak sesuai dengan pemikirannya.
“Lupakan dia.” Sahut Jovial. "Sebaiknya kita memesan makanan sekarang." Ujarnya lagi.
"Iya." Balas Gladys tetapi dirinya masih belum terima dengan keusilan Kelvin.
Jovial yang baru memperhatikan Gladys pun berkata. "Sudah, lupakan wanita tadi. Dia tidak sengaja tadi." Jovial berusaha menenangkan Gladys.
Gladys terdiam tetapi didalam hati penuh sumpah serapah kepada Kelvin. Apa maksud Kelvin melakukan semua ini? Apa dia ingin mengibarkan bendera perang? Jika itu yang dia inginkan, aku juga akan mengibarkan bendera perang.
*
Tok. Tok. Tok.
Gladys mengetuk pintu kamar Kelvin dengan cukup keras setelah tahu dalang dari kejadian menumbur Jovial tadi adalah Kelvin.
Pintu tak kunjung terbuka, pasti Kelvin tidak ada didalam kamar. Rasanya percuma jika terus mengetuk pintunya. Malah buang-buang tenaga.
Ketika berbalik badan berniat kembali ke kamar, tak tahu-nya Kelvin sudah ada dibelakang tubuhnya sehingga menubruk dada bidang Kelvin.
Tak ada ekspresi yang keluar dari mimik wajah Kelvin kecuali hanya menatap tanpa terbaca kearah Gladys.
"Kau?!" Gladys menekan suaranya yang penuh emosi dengan tatapan tajam.penuh kebencian. Tetapi sayangnya, tak ada balasan apapun dari Kelvin seolah tidak terjadi apapun.
"Kenapa kamu melakukannya?!" Ketus Gladys.
"Apa?"
"Aku tahu kamu bersekongkol dengan wanita yang menumbur Jovial. Kenapa kamu melakukannya?" Selidik Gladys. "Kamu bilang kamu tidak akan mengganggu siapapun. Tapi kenapa kamu menggangguku?!"
"Apa yang aku lakukan??"
"Oh ya?? Kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan?! Siapa wanita tadi?" Kejar Gladys.
"Maksud kamu Casandra?"
Mata Gladys melebar. "Itu kamu tahu namanya. Kenapa kamu mengganggu ku?!" Tekannya.
"Aku hanya ingin tahu reaksi mu." Jawab enteng Kelvin.
"Kamu ini!!" Tekan Gladys bingung harus bicara apa lagi. Rasanya ingin meremas-remas pria didepannya lalu melemparkannya ke laut.
"Aku hanya sedikit bosan tadi." Sahut Kelvin tanpa rasa bersalah.
Mimik wajah Gladys seketika mengekspresikan wajah jengkel yang sejengkel-jengkelnya didepan muka Kelvin. Kenapa pria dihadapannya ini sangat menjengkelkan dan membuat dia ingin sekali merobek-robek wajah tampan dihadapan ini. Sungguh, kenapa dia dipertemukan dengan pria seperti ini
"Aku kira aparat negara seperti mu tidak akan berperilaku negatif, tetapi kamu malah bercumbu ditempat umum. Sungguh memalukan." Tegur Gladys.
Kelvin menghela napas. Lalu berkata. "Apa hubungan ciuman dengan pekerjaan ku? Apa sebagai aparat negara tidak diperbolehkan untuk bercumbu? Coba jelaskan pada ku."
Gladys pun terdiam seribu bahasa. "Ciuman juga bukan tindakan kriminal selama kita melakukannya suka sama suka. Lantas kenapa kamu membawa-bawa pekerjaan ku dalam hal ini?" Kelvin mendominan keadaan. "Apa hanya wanita seperti mu yang boleh berciuman saja, begitu maksud kamu." Tandas Kelvin memojokkan Gladys yang sudah mati kutu.
Kemudian jari telunjuk Kelvin mengarah ke bagian kepala seolah memberi tanda sebelum berbicara yang tidak-tidak sebaiknya berpikir terlebih dulu.
Mata Gladys terbelalak tak percaya diperlakukan seperti itu. Mulutnya terbuka lebar dan ingin memprotes kata-kata peda yang keluar dari mulut Kelvin.
Kelvin malah lebih dulu berkata. "Jangan buang-buang waktu ku."
"Apa kamu bilang?!!" Protes Gladys. "Kenapa ada mahluk semenyebalkan dirimu. Sebenarnya kamu diciptakan dari apa? Batu?" Tandas Gladys membludak-bludak melampiaskan amarahnya.
Kelvin tak mau lagi menanggapi Gladys, dan dia berniat masuk kedalam kamar tetapi Gladys menarik lengannya dengan kuat. "Aku tidak akan membiarkan mu pergi begitu saja." Cegahnya. "Aku belum selesai bicara." Tandasnya membuat Kelvin menghela napas sudah bosan mendengar celotehan Gladys.
*
Karena tas milik Gladys ketinggalan di kursi, Jovial pun berniat mengantar tas tersebut. Dia pun berjalan menyusuri lorong menuju kamar Gladys.
Dan Jovial sudah disuguhkan pemandangan Gladys bersama seorang pria. Matanya memperhatikan Gladys yang memunggungi- nya.
Kelvin yang sadar akan kedatangan Jovial. Ia melihat Gladys lalu berkata sebelum Jovial berjalan lebih dekat lagi. “Bersikaplah baik dengan ku, jika kamu tidak ingin aku mencium mu didepan pria incaran mu itu.” Ancam Kelvin dengan nada datar.
Mata Gladys melebar lalu berbalik badan dan mendapati Jovial berjalan kearahnya dengan membawa tas seperti miliknya. Kepala Gladys celingukan kearah kedua tangannya yang kosong tak membawa apapun.
Pada saat Jovial berhenti tepat didepan Gladys. Pria itu berkata “Kamu meninggalkan tas kamu di meja.” Memberikan tas tersebut kepada Gladys dengan sepintas melihat Kelvin yang tak kalah dinginnya.
Tentu saja Gladys melupakan tas-nya karena sangking emosinya dia dengan Kelvin. “Terima kasih sudah repot mengantarnya.” Tersenyum manis.
Jovial tersenyum tipis sembari sesekali melihat Kelvin dengan rasa curiga. Segingga dia pun bertanya. “Apa semuanya baik-baik saja?”
Mengingat ancaman Kelvin, Gladys pun menjawab dengan cepat. “Iya. Semua baik-baik saja. Kami hanya mengobrol ringan saja.”
Jovial manggut-manggut sembari melihat Kelvin sesaat kemudian beralih melihat Gladys. “Bagaimana jika nanti malam kita makan malam bersama?” ajak Jovial.
Sekalipun belum pernah Gladys menolak ajakan Jovial karena tak pernah ada ruginya jika bersama Jovial. “Why not.” Dengan senang hati.
Jovial tersenyum sangat tampan, lalu berganti melihat Kelvin lalu berkata. “Bagaimana dengan anda, Mr. Kelvin?”
Kelvin tertegun dalam diam bertanya-tanya bagaimana bisa pria yang bersama Gladys ini tahu namanya. “Saya?”
“Iya. Bagaimana jika kita makan malam bersama?” Jovial memberi jeda. “pasti akan sangat menyenangkan jika anda juga bergabung bersama kami.” Imbuhnya.
Kelvin terdiam tak terbaca lalu mengiyakan ajakan tersebut.
“Baiklah.” Jawabnya.
*

Book Comment (225)

  • avatar
    Selamet Mujianto

    lanjutt

    3d

      0
  • avatar
    WibowoNayla ramadhina putri

    suka banget sama ceritanya

    3d

      0
  • avatar
    Fino Chipeng

    cinta ini

    7d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters