logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

just throw it into the sea

Dengan pandangan penuh waspada, Gladys tak bisa berkata apapun. Dirinya seolah didikte sehingga terdiam seribu bahasa.
Mata mereka saling memandang dengan emosi masing-masing. Kemudian dengan mata dingin Kelvin, ia mengulang perkataan Gladys. “Mulai detik ini, jangan pernah mengganggu ku lagi.”
Mata Gladys melebar bersamaan dengan bibirnya yang juga terbuka tak menyangka kalimat yang seharusnya ditujukan kepada pria didepannya ini, malah berbalik kepada Gladys sendiri.
Dengan tatapan tidak suka, Kelvin berkata lagi. “Jangan merusak liburan ku.” Tandasnya menatap tajam Gladys beberapa detik sebelum akhirnya hengkang pergi masuk kedalam kamar untuk meletakkan setelan jas-nya.
Setelah kepergian Kelvin, Gladys membuang napas kesal sembari menatap kepergian Kelvin dengan penuh sumpah serapah yang ditujukan kepada Kelvin. Sungguh, sangat menyebalkan sekali pria itu. Rasanya Gladys ingin mencabik-cabik tubuh pria itu lalu dilemparkan ke laut agar bisa disantap oleh para hiu disana.
"Padahal dia yang merusak liburan ku. Kenapa jadi aku yang merusak liburannya??!! Kenapa jadi aku??!! Seharusnya aku yang berhak marah dan mengancamnya! Tapi kenapa aku yang malah merasa terancam???!! Aaarrgh. Rasanya aku ingin lempar dia ke laut dan memberikan tubuhnya ke hiu-hiu yang kelaparan dibawah laut sana." Omelnya sendiri.
*
Dengan hati ngedumel, Gladys berjalan menyusuri lorong tanpa melihat kedepan sehingga saat berbelok tak sengaja menumbur Jovial.
Karena Jovial pria yang bertubuh kokoh, tubuh Gladys pun secara spontan mundur beberapa langkah karena kalah kekuatan.
Gladys yang awalnya mengernyit kesakitan, berubah baik-baik saja ketika mengetahui siapa yang menabraknya.
“Jovial?”
“Maafkan aku, Gladys. Aku tidak senga-"
“Ah, tidak-tidak. Aku yang tidak memperhatikan jalan.” Menyalahkan diri sendiri sambil merapikan rambut serta bajunya. “Kamu mau kemana?” tanya Gladys.
“Ingin menjemput mu.” Jawab Jovial singkat.
Senyum sumringah pun terpancar dari wajah cantik Gladys dan emosi tadi yang menggunung kini luntur sudah. “Benarkah?”
Jovial menganggukkan kepala. “Sebentar lagi kapal akan menepi. Kita bisa makan siang bersama.” Tawar Jovial.
Tentu, tak akan ada penolakan dari Gladys. Tanpa berpikir panjang, dia mengangguk-anggukan kepala dengan semangat sambil menebar senyum sumringah.
“Ok, kalau begitu kita bisa menunggu di bar.” Ajak Jovial sopan.
Mereka berdua pun saling berbincang tentang banyak hal. Tanpa menyinggung pekerjaan masing-masing. Mereka lebih berbicara tentang kehidupan ketimbang menanyakan kesibukan masing-masing.
Seperti rencana Jovial, kini dirinya dan Gladys menikmati waktu bersama ketika berada di daratan. Menikmati suasana hanya berdua saja.
Terlihat Jovial tipe pria yang suka memanjakan wanita. Bagaimana tidak, terbukti dia membelikan Gladys dati pakaian, tas, sepatu hingga perhiasan kecil lainnya. Apapun yang diinginkan Gladys, Jovial selalu menuruti Gladys tanpa harus berkompromi. Sungguh beruntung Gladys bisa berjalan-jalan bersama pemilik kapal. Bisa jadi Gladys adalah satu-satunya wanita yang berjalan bersama pemilik kapal. Tak disangka.
Dari berjalan-jalan sambil berbelanja hingga duduk berdua untuk makan siang bersama.
Banyak cerita sudah yang mereka bagi. Ada rasa ketertarikan diantara mereka, namun terlalu dini untuk mengutarakan. Apalagi ini adalah perjalanan singkat. Tentu hubungan ini juga tak kan berjalan lama sampai akhirnya kapal mulai berlabuh kembali ke pelabuhan awal.
Tetapi jauh didalam lubuk hati Gladys tak sabar mendengar Jovial berkata menginginkan dirinya. Sayangnya pria ini terlihat begitu tenang dan misterius. Seolah tidak menginginkan Gladys, tetapi terus saja ingin bersama. Entahlah seberapa besar keinginan Jovial untuk bersama Gladys. Yang terpenting sekarang, hidup Gladys lebih terjamin bersama pria si pemilik kapal mewah ini. Siapa lagi kalau bukan Jovial.
Bangga Gladys menatap berseri-seri kepada Jovial yang duduk semeja dengan dengannya sembari membayangkan suatu hari nanti Jovial melamarnya lalu mereka hidup bahagia dengan harta yang melimpah penuh kemewahan.
“Gladys??!” Jovial menekan suaranya sambil menggoyah kecil lengan Gladys, sebab sudah dua kali Jovial memanggil, Gladys terus saja melamun sambil senyum-senyum sendiri menatapnya.
“Eh??” Gladys yang tersadar celingukan seperti kebingungan sendiri.
“Kamu kenapa? Are you okay?” cemas Jovial.
Gladys tersenyum canggung menahan malu yang tak bisa tertutupi lagi. Bisa-bisanya dia melamunkan pria yang sedang dihadapan-nya ini. Gladys geleng-geleng kepala.
Dalam hati Gladys berkata, andai ada Dito disini, pasti Dito akan melakukan segala cara untuk menggapai impian ini dan Gladys akan dipanggil dengan sebutan Nyonya Jovial.
"Apa kamu mau kembali ke kapal?" Tanya Jovial lembut.
"Jika kamu ingin kembali, aku bisa menemani mu." Jawab Gladys tak kalah lembut.
"Baiklah. Kita jalan-jalan sebentar saja kalau begitu. Aku ingin menghirup udara segar selain di tengah laut." Jovial bangkit dari duduk lalu diikuti Gladys yang dengan senang hati menemani kemanapun Jovial pergi.
Sedangkan belanjaan Gladys yang cukup banyak tidak membuat mereka kerepotan, sebab Jovial sudah meminta tolong awak kapal untuk membawa tas-tas belaja tersebut ke kamar Gladys.
Didalam hati, rasanya Gladys sudah tam sabar untuk mencoba satu per satu barang yang sudah dia beli.
"Kamu yakin masih mau menemani ku?" Tanya Jovial lagi memastikan karena takut jika Gladys kelelahan.
"Tentu saja aku tidak apa-apa. Aku akan menemani mu berjalan-jalan." Jawab Gladys daripada direbut oleh wanita lain.
"Oke, kalau kamu lelah katakan saja. Kita bisa istirahat bersama." Ujar Jovial yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Gladys
*

Book Comment (225)

  • avatar
    Selamet Mujianto

    lanjutt

    3d

      0
  • avatar
    WibowoNayla ramadhina putri

    suka banget sama ceritanya

    3d

      0
  • avatar
    Fino Chipeng

    cinta ini

    7d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters