logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Arrrgghh!!!

Demi menyelamatkan usaha serta reputasinya, Gladys pun memutuskan untuk menuruti perintah Kelvin. Tanpa menggunakan jasa pelayan. Ia lebih memilih untuk mencuci setelan jas ini di wastafel. Ia hanya meminta pelayan untuk mengantarkan deterjen serta pelembut saja. Selebihnya, ia kucek-kucek sendiri setelah jas ini dengan ngedumel sendiri penuh sumpah serapah yang ia lontarkan untuk Kelvin didepan cermin dengan sesekali mengomeli setelan jas yang tak berdosa ini.
“Dia kira, dia itu siapa?!! Berani-beraninya dia mendikte diriku. Lihat saja nanti. Pasti aku akan membalas dendam. Kelihatannya saja berwibawa, bijak tapi uuffhh. Sama sekali tidak.” Omelnya sendiri. “Bahkan dia sama saja dengan pria-pria lainnya. Suka tebar pesona kepada semua wanita. Dasar. Bilangnya aja anggota intelejen tapi tetep aja suka berbuat semaunya sendiri. Aarrrgghh!!” Gladys kesal sendiri membicarakan pria itu.
"Memangnya siapa dia menyuruhku menikahi kakek-kakek kaya. Kalau berani, kamu aja yang menikahi aku." Eh, Gladys keceplosan. Ia terdiam dan menyadrkan dirinya akan perkataannya baru saja. "Ah, tidak. Aku tidak mau menjadi istrinya. Pasti tiap hari aku berasa hidup di neraka. Sangat mengerikan." Gladys menggidik ngeri. "Dasar pria arogan. Tak berperasaan. Dia pikir, aku harus bekerja seperti apa untuk mendapatkan hidup mewah seperti ini. Masih untung aku masih virgin. Masih suci. Masih bisa menjaga harkat dan martabat kehormatan ku sendiri di tengah kejamnya dunia malam ini."
Rasanya ia ingin sekali merobek-robek setelan baju ini. Tapi mengingat ultimatum yang diberikan kepadanya, membuat Gladys menciutkan nyali-nya. Karena tak berdaya ia pun mengucek-ucek kasar jas tersebut. “Ini semua gara-gara kamu. Semua karena kamu!!!” Umpatnya dengan kembang kempis sebab sudah mengeluarkan tenaga dalamnya dengan penuh emosi yang tak tertahankan.
Tanpa sadar, Gladys seperti sudah dibuat gila oleh Kelvin.
*
Keesokan harinya, Gladys sudah menggantung setelan jas milik Kelvin dengan sangat rapi, dan tak lupa ia bungkus jas tersebut dengan cover khusus jas yang sudah ber-hanger.
Pukul sepuluh kurang lima menit, diwaktu yang sama. Gladys menuju kamar sebelah, yaitu kamar Kelvin. Sedangkan Kelvin baru saja membuka pintu berniat keluar kamar.
“Hey! Kamu mau kemana?” Gladys meninggikan suaranya agar tidak kehilangan jejak Kelvin.
Kelvin menoleh kebelakang dan melihat Gladys yang membawa setelan jas-nya yang sudah terbungkus rapi.
Gladys berjalan mendekati Kelvin. “Aku tidak akan membiarkan mu merusak reputasiku.” Tekan Gladys menyodorkan cover hanger yang berisi setelan jas milik pria dihadapan-nya ini.
Kelvin hanya diam memperhatikan Gladys lalu menerima setelan jas-nya.
Kemudian Gladys berkata lagi. “Mulai detik ini, jangan pernah mengganggu ku lagi.” melotot kepada Kelvin.
Kelvin yang melihat sikap itu, tidak bisa berdiam diri lagi. Ia pun mengeluarkan suara. “Apa kamu lupa ingatan? Kamu bilang aku mengganggu mu?" Deliknya. "Lalu siapa yang merusak makan malam ku semalam? Huh?” Kelvin memutar memori kejadian semalam.
Mata Gladys berkeliaran mencari alasan
“Itu pelajaran untuk mu. Karena kamu sudah mencium ku tiba-tiba tanpa seijin ku.” Tandas Gladys tidak mau disalahkan.

Kelvin menarik napas panjang sambil membuang muka, lalu berkata. “Kamu pikir aku berminat mencium mu?” tekan Kelvin dengan mata dingin. “Sudah kukatakan. Aku mencium mu karena kamu tidak bisa berhenti bicara." Tandasnya. "Lagian kamu yang datang menghampiri ku.” Kelvin memutar kembali ingatan dimana Gladys tiba-tiba datang dan menyambar dengan sumoah serapah yang dilontarkan kepada Kelvin. Andai saja Gladys diam dan pura-pura tidak tahu kalau Kelvib berada di satu kapal bersamanya, pasti ciuman itu tidak akan terjadi. Dan Gladys bisa tidur nyenyak di kamar tanpa harus memikirkan Kelvin yang berada di kamar sebelahnya.
Tetapi tidak semudah itu menahan emosi ketika melihat orang yang telah salah tangkap menangkap orang lain dibiarkan begitu saja. Tentu emosi pun tersulut hingga terjadilah tragedi ciuman itu.
“Karena aku tahu niat kamu kesini adalah hanya untuk mengawasi ku!” Ucap Gladys penuh percaya diri. “Karena kamu menganggap-"
Kelvin pun melangkah selangkah lebih dekat kearah Gladys, dan melihat pergerakan tersebut, Gladys memundurkan kakinya supaya tetap menjaga jarak. Agar tidak terjadi ciuman yang untuk kedua kalinya lagi. Oh tidak. Tidam akan pernah.
Sadar Gladys sudah berjaga-jaga, Kelvin kemudian berkata. “Apa kamu mau reka ulang ciuman kemarin?” memastikan kembali sembari berjalan mendekati Gladys dengan wajah dinginnya.
Sementara Gladys meringsut berjaga-jaga, hingga tak sadar menumbur pembatas kapal.
Mata mereka saling bertemu dengan jarak yang kurang dari satu meter.
Gladys yang menatap Kelvin hanya bisa menelan saliva, tak mampu berkata.
Kemudian Kelvin membuka suara.
“Apa pentingnya dirimu bagiku?” Kelvin mendominasi keadaan hingga membuat Gladys terpojok seperti tikus yang tak berdaya. “Untuk apa aku mengeluarkan uang banyak demi liburan mahal ini hanya untuk mengawasi mu?” kedua tangan Kelvin memenjarakan Gladys."tentu saja tidak mungkin aku mengeluarkan uang banyak hanya demi mengintai mu. Kamu bukan batu berlian apalagi permata. Silahkan kamu merayu semua pria kaya disini. Tetapu aku tidak akan tergoda oleh mu. Bahkan dikehidupan lain pun aku tidak akan pernah memikirkan mu. Jelas." Ucap Kelvin panjang lebar supaya Gladys sadar bahwa adanya Kelvin disinu bukan untuk semata-mata mengawasi Gladys. Tetapi murni karena Kelvin sudah merencanakan liburan ini jauh-jauh hari.
*

Book Comment (225)

  • avatar
    Selamet Mujianto

    lanjutt

    3d

      0
  • avatar
    WibowoNayla ramadhina putri

    suka banget sama ceritanya

    4d

      0
  • avatar
    Fino Chipeng

    cinta ini

    7d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters