logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

BECAUSE OF YOU

BECAUSE OF YOU

Mamita


My Job

Gemerlap lampu disco diiringi suara music DJ yang menggema dalam satu ruangan dipenuhi banyak orang, telah mampu menyihir siapa saja yang berada di dalam club tersebut bergoyang sesuai irama.
DJ perempuan yang mengenakan pakaian stylish ala DJ yang cukup menggoda itu sangat lihai dalam memainkan music sehingga semua mengikuti dentuman yang dia ciptakan. Gladys, nama DJ perempuan yang sedang bermain dengan piringan hitam yang mampu membuat semua orang bersorak riang mengikuti irama. Dia cukup sohor dikalangan dunia malam. Banyak pria yang mengagumi sesosok Gladys dan ingin berkencan. Namun tak semudah itu mengajaknya bermalam.
Bagaimana pun, Gladys selalu menjunjung tinggi kehormatan. Setiap kali dia diajak untuk berkencan dengan pria hidung belang, tak lupa Gladys selalu membawa obat tidur dan alat setrum didalam tas untuk berjaga-jaga jika semua diluar kendalinya.
Dunia malam bagi seorang wanita sangatlah kejam dan tidak adil. Namun, karena untuk bertahan hidup, Gladys harus menelan pahit kehidupan ini.
Menjadikan dirinya seorang DJ dengan penampilan seksi, tak membuat Gladys lupa diri akan norma-norma yang ada. Tentu minuman keras dan berakohol tidak luput dari hidupnya, tetapi dia tidak pernah bermain-main dengan obat-obatan terlarang. Kebinal-nya hanya sebatas merokok dan minum, itupun tidak dilakukan setiap saat. Hanya ketika tertekan dan hidupnya terasa berat.
Ketika Gladys masih menikmati musiknya, tiba-tiba seorang pria seumurannya dating dan berbicara di dekat telinganya.
“Apaa?!” Gladys meninggikan suaranya.
“Ada yang ingin bertemu dengan mu.” Pria bernama Dito itu lebih meninggikan suaranya. “Dia berani membayar mahal!!!” imbuhnya.
“Berapa?”
“Seratus Juta dan sebuah apartemen. Sekarang dia ada dia ada di ruang VVIP 1” Jawab Dito semangat karena akan menerima banyak uang.
“Apartemen??” Gladys meyakinkan diri.
Dito mengangguk pasti sambil berjoget mengikuti irama musiknya. Sementara Gladys berpikir sejenak, lalu meminta Dito untuk menggantikan posisinya sebab ia ingin menemui pria yang dikatakan Dito barusan.
*
Di ruang VVIP, Gladys disambut oleh pria setengah baya yang perkiraan usianya diantara 40-an, dengan membawa segelas wine bersama beberpa pria lain dan wanita-wanita penghibur disana.
“My Glad, akhirnya kamu datang juga. Aku sudah memperhatikan mu dari tadi.” Ucap pria yang bernama Bernald itu.
Gladys berjalan kearah pria itu sembari berkata. “Aku dating karena ada magnet yang membuatku tertarik.” Sahutnya tanpa sungkan.
Bernald menggandeng tangan Gladys dan berniat mendudukkannya diatas pangkuan. Tetapi dengan angkuh Gladys melirik tajam wanita yang duduk disebelah Bernald supaya diberi ruang untuk duduk. “Aku akan duduk diatas pangkuan mu setelah kamu memberikan semua janji mu.” Gladys memilih duduk disamping Bernald.
Bernald kemudian tertawa hingga kepalanya terangkat keatas.
“Hahahaha, kamu ini sungguh sombong dan berkelas.” Ucap Bernald, entah itu adalah sebuah pujian ataupun hujatan, Gladys hanya membalsnya dengan senyum mincing.
“It’s me. One and only.” Gladys mengangkat dagunya seolah memiliki harga diri yang tinggi. “Berapa yang kamu miliki, maka kamu berhak atas diriku.” Tandasnya.
“Kamu benar-benar kucing liar.” Sahut Bernald yang malah semakin terkagum-kagum.
Kemudian Bernald mengambil sebuah koper yang berisikan tumpukan uang beserta sebuah dokumen.
Tentu saja, mata Gladys terperangah namun tidak ia tunjukkan kepada Bernald. Dia berusaha bersikap biasa saja seolah uang segitu tiada guna.
Bernald menyodorkan kepada Gladys. “Kata Dito, jika ingin bermalam dengan mu harus member mu uang seratus juta. Cash.” Mata keranjang Bernald sepertinya sudah tak bisa disembunyikan lagi jika menatap Gladys dan ingin segera mencicipi. “Dan memberi mu sebuah apartemen atas nama kamu. Ini dokumen kepemilikannya atas nama kamu. Jadi, kita bisa menghabiskan malam bersama kapanpun.” Imbuhnya sudah tak sabar.
Sedangkan Gladys yang menerima dokumen tersebut, mulai meneliti satu per satu memastikan nama yang tertera pada surat kepemilikan adalah miliknya dan semua transaksi sudah lunas. Sehingga Gladys tidak perlu pusing untuk membayar apapun.
Setelah yakin dengan isi surat-surat yang sah secara hukum. Mata Gladys tertuju pada uang didalam koper. Kemudian ia menutup koper itu. “Aku tidak perlu memeriksa apakah uang ini asli atau palsu. Toh uang ini hanya untuk Dito.” Ucapnya membuat Bernald yang sudah diselimuti gairah, sudah tak sabar lagi. “Jadi, kamu hanya memberiku apartemen ini saja? Bagaimana jika aku ingin shoping? Apa aku harus meminta uang pria lain?” bujuk rayu Gladys mulai menempel pada bahu Bernald.
“Aku kira, seratus juta itu untuk mu.” Sahut Bernald.
“Tanpa Dito, kamu tidak akan pernah bertemu dengan ku seperti sekarang ini.” Jelas Gladys dengan nada memanja.
Karena Bernald sudah dipenuhi hasrat untuk bercinta dengan Gladys, ia pun enawarkan permintaan untuk perempuan pujaan hatinya. “Kamu menginginkan apa, sayangku?”
Gladys berpura-pura memikirkan sesuatu, padahal di otaknya sudah ada yang ia inginkan sejak dulu. Berhubung Bernald adalah sesosok pria bilioner yang haus akan dirinya, jadi Gladys memanfaatkan hal ini.
“Aku ingin berlayar bersama kapal pesiar Regent Seven Seas Cruises.” Ucapnya didekat telinga Bernald dengan sedikit desahan sebagai senjata pamungkas memeras pria hidung belang ini.
Tentu tanpa penawaran lagi karena tak sabar untuk bercinta, Bernald mengiyakan permintaan Gladys. “Hanya itu saja. Everthing for you, sayang.”
“Really?” Gladys tak menyangka Bernald se-royal itu kepadanya. “Kalau begitu, pesankan tiketnya sekarang.” Tandas Gladys.
Setelah negoisasi mulus berbalut nafsu, kini Gladys berhasil mendapatkan apa yang dia mau, ditambah lagi ia juga mendapatkan uang sebesar dua ratus juta diluar uang yang ditawarkan Dito tadi.
“Sekarang kita bisa ke apartemen baru mu.” Ajak Bernald.
Mau apa lagi, Gladys tak bisa menolak setelah memeras habis pria hidung belang ini kecuali mengiyakan ajakannya.
Syukurnya, ketika mereka berdua akan beranjak pergi. Tiba-tiba ponsel Bernald berdering. Pria itu pun langsung mengangkatnya sebelum pergi. Beberapa menit setelah menerima telepon. Mimik wajah Bernald beubah cemas, lalu ia memberikan kartu apartemen kepada Gladys dan berkata. “Ini sangat menyebalkan sekali.” Membuat Gladys mengerutkan kening tak mengerti. “Sayang, sebaiknya kamu pergi ke apartemen baru mu dulu. Nanti saya susul setelah urusan bisnis saya selesai.” Jelas pria tersebut yang malah membuat Gladys bersyukur sekali didalm hati karena tidak harus meladeni pria ini.
“Ok, kalau begitu aku pergi sekarang.” Ucap Gladys dengan elegan membawa sebuah koper hitam yang berisikan harta karun.
*
Setelah berbagi hasil dengan Dito, dengan sangat bersemangat Gladys naik taksi menuju apartemen The Element yang sudah atas namanya sendiri. Jadi, dia berhak penuh atas apartemen itu.
Sesampai di lobi apartemen saja, Gladys sudah dibuat terkagum-kagum. Dan kekagumannya kian membludak ketika masuk kedalam apartemen mewahnya. Sungguh menakjubkan. Semua furniture terlihat mahal dan mewah dengan tatanan yang berkelas disugukan pemandangan malam yang luar biasa. Entah mimpi apa semalam sehingga Gladys memiliki apartemen impiannya. Dia benar-benar sangat kegirangan, menjatuhkan tubuhnya diatas kasur king size yang super nyaman.
Setelah puas menikmati setiap detail ruangan. Gladys pun ingin merasakan mandi di apartemennya. Pasti air disini akan membuat kulitnya semakin berseri-seri.
Bak seorang nyonya besar, Gladys menikmati mandi busa didalam bathup dengan aroma terapi yang menenangkan hati.
*
Tak terasa sudah tiga jam Gladys menghabiskan waktu didalam apartemen-nya. Dan ketika menikmati sekaleng minuman dingin sambil menikmati pemandangan malam, terdengar suara bel.
Gladys tertegun, teringat bahwa ia harus membayar semua ini dengan cara lain. “Pria hidug belang itu sudah datang.” Desisnya memikirkan sesuatu dan segera menyiapkan peralatan tempurnya. Seperti obat tidur dan alat penyetrum di laci sebagai jaga-jaga.
Cepat-cepat Gladys menuju ke pintu dan membukanya. Belum sampai pintu terbuka sempurna tiba-tiba saja dia sudah diserbu oleh beberapa pria dengan senjata di tangan mendobrak pintu hingga tubuh Gladys mundur beberapa langkah.
“Siapa kalian?!” seru Gladys memperhatikan pria-pria itu yang mengenakan seragam intelijen yang serba hitam lengkap dengan perengkapan bersenjatanya. “Hei! Ada apa ini?!!” protes Gladys.
Awalnya para pria-pria itu tidak peduli, mereka langsung menggeledah seluruh apartemen Gladys. Namun ocehan-ocehan Gladys yang tak terima membuat seorang pria dengan paras tegas nan tampan itu mendekat kepada Gladys dengan pertanyaan intograsi.
“Ada hubungan apa anda dengan Bernald?” Tanya pria tersebut tegas.
Mata Gladys melebar, jantungnya dibuat berdebar cemas. “Be-Bernald??” Tanya balik Gladys sembari memutar otak jangan sampai salah menjawab.
“Jawab!” suara lantang itu mampu membuat Gladys terkesiap sehingga otaknya bisa berfungsi dengan baik.
Gladys membaca nama pria didepannya ini dari seragam yang dikenakan.
“Maaf, Mr. Kelvin S. Ferlino. Apa salah saya sampai anda membentak saya?!” berani Gladys tidak terima.
Sadar namanya dipangggil cukup lengkap, pria itu pun menghela napas berusaha mengatur nada suaranya.
“Dan lihat?! Apa yang kalian lakukan di apartemen ku?! Kenapa kalian menggeledah seperti aku adalah pengedar narkoba!? Aku bisa laporkan ke bagian menejem-“ Gladys berhenti bicara sambil menutup bibirnya tak percaya. “Apa yang terjadi dengan Mr. Bernald?” keceplosan Gladys yang membuat dirinya tersudut.
“Jadi, kamu kenal orang itu?!” selidik Kelvin.
Cepat-cepat Gladys menggelengkan kepala. “Ti-tidak. Bukan seperti itu maksud saya. Aku tidak begitu mengenalnya. Hanya tahu namanya saja.” Elak Gladys.
Kelvin hanya diam memperhatikan tingkah laku Gladys. Kemudian anggota lain malapor kepada pria itu.
“Kami tidak menemukan apapun.” Seru salah satu dari mereka setelah menggeledah seluruh tempat.
Mendengar laporan dari anak buahnya, Kelvin menatap Gladys lalu berkata. “Ikut kami ke kantor.” Ucapnya.
“What??!!” Gladys membelalakkan mata selebar mungkin. “Apa salah saya??!” protesnya kepada pria dingin berotot didepannya.
“Kami hanya ingin mendengar pernyataan anda tentang Bernald.” Sahut Kelvin tegas.
“Hei!!! Kenapa harus di kantor. Saya akan memberi pernyataan disini saja!! Dan pernyataan saya.” Nyolot Gladys. “Saya tidak ada hubungan apa-apa dengan orang bernama Bernald itu. Saya hanya sekedar tahu namanya!!” imbuhnya bersi keras tidak mau dibawa kemanapun.
“Kita akan membahas di kantor.” Sahut Kelvin berwibawa namun terdengar sangat arogan.
“Tidak. Kalau kamu ingin membawa saya ke kantor. Kamu harus membawa surat tugas!!” keukeuh Gladys.
Kelvin menarik napas supaya bisa mengatur kesabarannya. Lalu ia mengeluarkan surat tugas didalam saku bahwa dia ditugaskan menangkap Bernald karena menjadi tersangka pengedar obat-obatan terlarang.
Gladys kian tak percaya, bahkan ketika membaca surat tersebut matanya seolah keluar dari peradapan.
“Mari, ikut saya ke kantor sebagai saksi.” Lugas Kelvin.
“Tidak.” Bentak Gladys tidak terima. “Kalian datang tiba-tiba ke apartemen saya, lalu menggeledah seenaknya sendiri, dan sekarang mau membawa ku?!! Tidak.”
“Ini sudah protocol kami.” Kelvin mulai kehabisan kesabaran. “Kami menemukan tempat ini dari ponsel Bernald. Jadi kami harus mengecek dan memeriksanya. Jika anda tidak proaktif denga kami, terpaksa kami akan membawa anda dengan paksa.” Jelas Kelvin yang kemudian menyuruh anak buahnya yang seketika mengeluarkan borgol.
Gladys yang tahu dirinya akan diberogol seperti tersangka, ia pun memilih untuk mengikuti protocol yang dimaksud.
“Ok, ok. Saya ikut. Tidak perlu memakai itu.” Mata Gladys tertuju pada borgol yang diikuti Kelvin disana. “Tapi aku juga harus memanggil rekan saya dan juga pengacara saya. Sebab jika nama saya tercemar, saya akan memenjarakan kalian semua.” Ancam Gladys membuat Kelvin geleng-geleng kepala sembari memijat kecil keningnya.
*

Book Comment (225)

  • avatar
    Selamet Mujianto

    lanjutt

    4d

      0
  • avatar
    WibowoNayla ramadhina putri

    suka banget sama ceritanya

    4d

      0
  • avatar
    Fino Chipeng

    cinta ini

    8d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters