logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

2. Kekejaman Para Prajurit Tonggon

Seiring demikian, tubuh kekar pria tersebut, langsung tumbang bergelimpangan. Kepalanya mengeluarkan darah yang sangat deras akibat benturan keras mengenai batu padas yang ada di pinggiran tembok gerbang istana.
"Hebat sekali pemuda itu," desis salah seorang prajurit, "aku rasa, kita tidak akan mampu mengalahkannya," sambungnya merasa ragu jika dirinya dan juga semua prajurit keamanan dapat mengalahkan Lui Tau dengan mudah.
"Kita harus segera menangkap pemuda ini, kalian jangan mundur!" seru prajurit lainnya.
Demikianlah, maka para prajurit keamanan itu kembali maju. Tanpa banyak bicara lagi, mereka langsung melakukan serangan terhadap Lui Tau.
Namun naas bagi para prajurit itu, ternyata kemampuan bela diri yang dimiliki oleh Lui Tau jauh lebih tinggi dari kemampuan ilmu bela diri yang mereka miliki, sehingga dengan begitu mudahnya Lui Tau dapat menumbangkan beberapa orang prajurit yang berusaha mencelakainya.
"Pemuda itu sangat luar biasa sekali, kita harus hati-hati dalam menghadapinya!" desis seorang prajurit senior.
Setelah itu, dia dan kawan-kawannya kembali melakukan serangkaian serangan terhadap Lui Tau.
Dengan begitu ganasnya Lui Tau membalas serangan tersebut dengan jurus andalannya—Pedang Naga Terbang.
"Ini adalah balasan bagi orang-orang yang sudah melakukan tindakan kejam terhadap kedua orang tuaku!" bentak Lui Tau dengan sorot matanya yang tajam menatap wajah-wajah prajurit yang sudah berhasil dia kalahkan.
Ganasnya jurus pedang yang dikeluarkan oleh Lui Tau, membuat belasan orang prajurit keamanan tidak dapat tertolong lagi. Terutama Panglima Xio Lie yang mengalami luka cukup parah, darah segar terus mengalir dari bahu dan kepalanya sangat deras sekali. Sehingga, dia pun tewas saat itu juga.
Jurus Pedang Naga Terbang memang tak dapat ditandingi dengan jurus pedang apa pun, jarang sekali seorang pendekar kungfu di negri itu yang dapat menguasai dengan sempurna jurus tersebut.
Hanya Lui Tau saja dari kota Anming yang mampu menguasainya dengan sempurna, semua itu berkat pelajaran dari Hong In—seorang musafir tua yang selama ini telah menurunkan kesaktiannya itu kepada Lui Tau.
"Siapa lagi yang ingin mati? Ayo, maju!" teriak Lui Tau penuh emosi, ia sudah tidak dapat mengendalikan amarahnya.
Di saat demikian gentingnya, ketika rasa takut mulai menghantui jiwa dan pikiran para prajurit tersebut. Tiba-tiba saja, Jenderal Tong Xian Guo datang dan langsung melakukan serangan terhadap Lui Tau.
Pukulan yang sangat keras hinggap di kepala pemuda itu, hingga menyebabkan Lui Tau terjatuh. Ia tak dapat menghindari serangan tersebut, karena datang secara mendadak dan begitu cepat.
"Kau memang hebat, Anak muda. Tapi kau tidak mungkin bisa lari dari buruanku!" seru Jenderal Tong Xian Guo menatap tajam ke arah Lui Tau yang sudah terpuruk di hadapannya, "mereka boleh kau kalahkan dengan waktu cepat, tetapi kau tidak akan mungkin dapat mengalahkan aku dengan mudah," imbuh Jenderal Tong Xian Guo.
"Jangan sombong kau Jenderal!" bentak Lui Tau sambil mengatur napas sejenak.
Ada rasa pusing dan sakit yang begitu hebat hinggap di kepalanya akibat terkena pukulan keras dari sang jenderal. Jika saja ia tidak memiliki ketahanan tubuh yang kuat, mungkin Lui Tau sudah jatuh pingsan terkena pukulan tersebut.
"Ayo, bangunlah! Jika kau ingin bertemu dengan kaisar. Maka, langkahi dulu mayatku!" seru Jenderal Tong Xian Guo tersenyum sinis menatap wajah Lui Tau.
Lui Tau tampak geram melihat sikap sombong dari sang jenderal yang berdiri angkuh di hadapannya.
"Jangan sesumbar kau Jendral! Meskipun kau memiliki kedudukan tinggi di istana, aku tidak akan pernah takut!" bentak Lui Tau bangkit dan berusaha mengokohkan pijakan kakinya.
Ketika Lui Tau sudah bersiap hendak menyerang sang jenderal. Tiba-tiba saja, datang seorang pria paruh baya, bergerak cepat menyambar tubuhnya dan langsung membawanya terbang menjauh dari istana. Entah siapa pria paruh baya yang sudah membawa kabur Lui Tau? Kehadirannya sangat mengejutkan Jenderal Tong Xian Guo dan para prajuritnya.
Melihat pemandangan seperti itu, sang jenderal tampak kaget, begitu juga dengan para prajuritnya. Mereka menduga bahwa Lui Tau sudah dibawa lari oleh sesosok siluman.
"Siapa dia?" tanya Jendral Tong Xian Guo berpaling ke arah para prajuritnya.
"Entahlah, kami pun baru melihatnya, Jenderal," sahut salah seorang prajurit tampak kebingungan.
"Apakah mungkin, itu adalah sosok siluman api yang kerap mengganggu kita?" tanya sang jenderal kepada para prajuritnya.
"Aku rasa, dia itu memang siluman api seperti yang Jenderal katakan," sahut prajurit lainnya menjawab pertanyaan Jenderal Tong Xian Guo.
Jenderal Tong Xian Guo menarik napas dalam-dalam, kemudian berkata lagi, "Sebaiknya kalian urus jasad Panglima Xio Lie dan kawan-kawan kalian ini! Aku akan segera melaporkan peristiwa ini kepada yang mulia."
"Baik, Jenderal." Mereka menyahut serentak sambil membungkukkan badan.
Demikianlah, maka para prajurit itu langsung melaksanakan perintah sang jenderal. Mereka mengangkat jasad Panglima Xio Lie yang telah tewas di tangan Lui Tau, dan juga jasad para prajurit lainnya. Sementara itu, Jenderal Tong Xian Guo langsung masuk ke dalam istana hendak menghadap Kaisar Ming dan Perdana Menteri Chan Yuan. Ia akan melaporkan peristiwa yang baru saja terjadi kepada Kaisar Ming.
Kemarahan Lui Tau dipicu karena sikap para prajurit kekaisaran Tonggon yang sudah bertindak semena-mena. Mereka telah membunuh kedua orang Lui Tau beberapa hari lalu. Peristiwa tersebut tidak diketahui oleh Lui Tau, karena saat itu dirinya tengah berada di luar kota Anming.
Empat hari yang lalu ....
Rumah orang tua Lui Tau telah kedatangan delapan orang prajurit kekaisaran Tonggon. Mereka datang ke rumah tersebut berdasarkan informasi dari pihak penyelidik istana yang menyatakan bahwa Changyi sebagai kepala keluarga di rumah itu, telah terlibat dalam kasus pemberontakan yang dilakukan oleh suku Uighar.
"Katakanlah! Di mana para pemberontak itu bersembunyi?" bentak seorang prajurit.
"Aku sungguh tidak mengetahui bahwa ada kelompok pemberontak di desa ini," jawab pria paruh baya itu, dengan wajah sudah berlumuran darah akibat disiksa oleh para prajurit tersebut.
Pria paruh baya itu adalah Changyi—ayah Lui Tau. Changyi dituduh telah merahasiakan tentang keberadaan para pemberontak dari suku Uighar oleh pihak istana.
Bahkan, Changyi pun telah dimasukkan dalam daftar pencarian orang dari pihak keamanan Tonggon, mereka menganggap bahwa Changyi merupakan bagian dari para pemberontak, karena dianggap sebagai pelindung dan pendukung para pemberontak tersebut. Padahal, tuduhan itu tidaklah benar, Changyi dan istrinya tidak mengetahui hal itu.
"Kau tidak akan pernah mengakui bahwa dirimu bersalah. Namun, kami telah mendapatkan bukti yang kuat, bahwa kau telah terlibat dalam kasus ini."
"Ampuni aku, Prajurit. Aku tidak pernah merahasiakan tentang keberadaan para pemberontak itu, karena aku sendiri benar-benar tidak mengetahuinya," ujar Changyi berusaha membela diri, "harus kalian ketahui bahwa aku bukanlah bagian dari para pemberontak itu. Kalian telah salah menuduhku!" imbuh Changyi dengan tegasnya.

Book Comment (94)

  • avatar
    MahdiMuhammad

    semoga seru tak di awal

    21/07

      0
  • avatar
    ZainalNizam

    best

    15/06

      0
  • avatar
    MHuma

    cerita tersebut sangatlah menarik untuk di baca

    10/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters