logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Amplop putih tersembunyi

Ya Tuhan, kenapa imam yang selama ini ku dambakan malah menjadi sesuatu yang tak kuharapkan sama sekali.
Aku malah merasa takut olehnya.
Apalagi dia telah memperlihatkan sifat asli dirinya yang sebenarnya.
Dia mengurungku dan Dona di kamar.
Entah kemana ia pergi sekarang.
Ibu dan bapak, ternyata mereka berdua ikut andil dengan apa yang suamiku lakukan.
Orang tua macam apa mereka.
Sejak tadi Dona terus menangis setelah ia melihat perlakuan ayahnya padaku. Yang kasar dan membuatnya takut.
Kini Dona perlahan menjadi lebih tenang setelah aku bujuk ia untuk istirahat kembali dan mencoba berbagai cara supaya ia tak merasa ketakutan.
Kini Dona sudah tertidur pulas kembali.
Dadaku benar-benar sesak memikirkan semuanya.
Aku layaknya wanita bod*h yang hanya bisa diperdaya dan dibohongi oleh mereka.
Air mata yang sempat kuhapus tadi kini keluar kembali. Tak tahan rasanya meratapi nasib diriku dan juga Dona yang benar-benar buruk sekali.
Aku selalu membayangkan kebahagiaan selalu tertoreh dalam kehidupan ini.
Namun nyatanya, hanya kebohongan yang menjijikan kini kutemukan setelah sekian lama.
Entah sejak kapan mas Dani menjadi laki-laki macam itu. Sudah lamakah, sejak dulukah, atau sejak kulihat perubahan sikapnya yang selalu pulang larut.
Kepalaku benar-benar pusing.
Kuremas rambut ini sampai wajahku tak lagi terlihat menyenangkan.
Rambutku mengusut. Andai bila disisir pasti rasanya sakit dan susah sekali.
Pengabdianku padanya kini benar-benar sia-sia.
Tak tahan ingin segera keluar dari rumah yang sudah sangat pengap oleh kebohongan yang ia torehkan padaku.
Padahal selama ini aku tak pernah menuntut untuk hidup mewah ataupun belanja-belanja barang mewah setiap saat.
Aku mengerti dan mengikhlaskan berapapun uang dan haji yang ia dapatkan selama ia menjadi seorang karyawan biasa.
Sungguh benar-benar menyakitkan.
Ingin rasanya kuteriak sekeras mungkin di puncak gunung. Berharap stres yang kualami segera hilang tertelan angin malam yang seokan anginnya bisa sampai menusuk ke dasar jantung.
Kucoba dekati jendela.
Karena kudengar suara-suara yang asing ditelinga.
Duk Duk Duk!
Entah suara apa.
Aku langsung berniat mencaritahu suara yang berasal dari balik tirai jendela kamar itu.
Segera kubuka dan kulihat.
Hah, mata ini benar-benar membulat sempurna.
"Mas Dani, apa yang kamu lakukan!" teriakku sekencang mungkin padanya yang terlihat sedang menancapkan paku dibalik jendela.
Sekeras mungkin aku menggedor-gedor kaca jendela.
Apa yang ia lakukan?
Dia menghalangi seluruh bagian kaca dan jendela supaya aku tak bisa keluar.
Benar-benar gil*!
"Mas, kamu gila ya! Apa yang kamu lakukan!" teriakku makin kencang.
Benar-benar tak masuk akal.
Suamiku membuatku terkurung di rumahku sendiri.
Duk! Duk!
Suara pukulan palu masih terdengar nyaring di telinga.
Aku benar-benar takut sekali. Tak kusangka suamiku akan melakukan hal sebod*h itu!
Dor dor dor!
Kaca jendela terus kupukuli sambil air mata ini terus berderai oleh tangis takut dan emosi yang makin tak bisa terhalangkan oleh rasa apapun lagi.
Kucoba lari ke arah pintu kamar dengan resah dan gelisah oleh rasa takut.
Namun apa yang terjadi. Pintu kamar telah ia kunci. Aku dan Dona terkurung di dalam kamar.
"Tolong! Mas Dani! Hu hu hu," tangis dan teriakanku kembali kuperdengarkan padanya. Atau pada siapapaun yang kebetulan lewat ke depan rumahku.
Nihil.
Tak ada sahutan apapun.
Suamiku benar-benar ...
Aku tak menyangka dia akan melakukan hal sekeji ini.
Nafasku dengan cepat naik turun.
Rasanya sudah tak ada jeda lagi untuk hal yang lain. Hidungku kembang kempis sambil menahan rasa takut yang makin menjadi-jadi.
Tangisanku memuncak.
Apalagi yang bisa kulakukan.
Daun pintu hanya bisa dijadikan senderan olehku. Tak bisa kubuka sama sekali.
Tumpahlah seluruh tangisanku malam itu.
Dona juga kembali terbangun.
Aku benar-benar syok dengan apa yang terjadi.
Kasihan sekali anakku.
Dona menangis dengan wajah ketakutannya. Aku hanya bisa kembali menenangkannya dengan mengelus-elus kepala yang sudah dibasahi oleh keringat dingin.
Anakku benar-benar ketakutan.
"Kamu tidak boleh pergi Diandra. Diam disana!" kata suamiku dengan kerasnya.
Teg!
Apa yang ia lakukan?
Benar-benar dia sakit!
Tak kuhiraukan suara lantangnya. Takutnya Dona buah hatiku makin merasa ketakutan.
Kuraih seluruh tubuhnya untuk kupeluk.
Tak tahan lagi dada ini menyimpan kesesakan yang begitu mendalam atas sikap mas Dani yang amat keterlaluan.
Kugendong Dona, berharap ia bisa tidur nyenyak kembali. Sambil terus kupeluk erat tubuhnya.
Aku takut mas Dani berbuat hal yang lebih aneh.
Kini sifatnya berubah seratus delapan puluh derajat.
Ini jauh dari prasangkaku selama ini.
Andai saja tadi aku langsung kabur dan pergi dari rumah ini, mungkin aku dan anakkku tak akan terkurung senaas ini di rumahku sendiri.
Tapi semua ini diluar akal sehatku.
Aku benar-benar masih syok dengan perlakuannya.
Dia bagaikan bukan manusia lagi. Dia layaknya hew*n yang sedang mengurung mangsanya.
Lalu tujuannya mengurungku dengan Dona untuk apa? Kenapa tak ia serahkan saja aku pada ibu dan bapak.
Dona perlahan mulai tenang kembali.
Aku tak henti-hentinya meminta maaf pada Dona atas tidur nyenyaknya yang selalu terganggu.
Kuharap Dona tak mengerti dan tak menangkap apapun yang bisa membuat memori di otaknya mengingat hal buruk ini dengan keras.
Aku takut mas Dani menyakiti anaknya. Tapi itu tidak mungkin. Yang benar saja kalau dia sampai berani menyentuh Dona untuk melampiaskan amarahnya.
Sembari mengais Dona dan membuat matanya tidur lelap kembali. Kaki ini masih terus melangkah kesana kemari mencari jalan keluar.
Mencari benda apapun yang bisa membuatku dan Dona segera keluar dari rumah menakutkan ini.
Kulihat setiap sudut dan benda dalam kamar. Berharap ada sebuah benda yang dapat dengan cepat membantuku keluar.
Semua benda sudah kupastikan kalau tak ada satupun barang yang bisa membuatku keluar dari kamar.
Sampai ke belakang lemari pun aku susuri.
Siapa tahu saja ada pisau atau golok yang tak sengaja aku atau mas Dani simpan.
Setelah melihat ke belakang lemari yang tidak menempel ke dinding. Ada jarak sekitar lima sentimeteran.
Kulihat ada sebuah benda putih. Itu ternyata hanyalah sebuah mall kelihatannya.
Kembali keyakinanku untuk segera keluar tergagalkan.
Tapi, keningku melipat. Aku ingin segera menggedor lagi pintu berharap mas Dani bisa mengeluarkanku dengan Dona.
Namun aku penasaran dengan sebuah amplop putih yang jatuh di belakang lemari pakaian.
Aku sama sekali tidak ingat kalau ada amplop yang terjatuh di belakang lemari.
Segera aku menidurkan Dona di ranjang dengan posisi terlentang. Menepuk-nepuk pahanya perlahan supaya ia tak terbangun oleh goncangan tanganku yang merubah posisi tidurnya dari lengan ke ranjang.
Aku penasaran dengan amplop yang kulihat namun tak bisa kuraih dengan tangan kosong.
Kedua bola mataku menguntit sesuatu barang yang bisa kupergunakan untuk mengambil amplop putih di belakang lemari itu.
Ya, asa seikat lidi yang lumayan panjang.
Bisa aku pergunakan untuk meraih amplop yang berada di ujung belakang lemari. Karena kebetulan lemarinya sedikit menempel di pojok tembok.
Jadi hanya bisa kuraih dari satu sisi saja.
Kuambil lidi untuk menggapai amplop yang membuatku penasaran.
Kok bisa ada amplop putih jatuh di belakang lemari.
Aku makin penasaran dan dengan cepat tangan ini memasukkan lidi kebalik lemari.
Memang sedikit susah.
Kalau aku geser lemarinyapun pasti sangat berat sekali.
Lemarinya begitu tinggi dan lebar.
Dengan terus berusaha kugapai amplop itu sambil sesekali menggigit bibir dan meringis.
Belum juga bisa kuambil.
Terus saja kucoba menggapainya sebisa mungkin dengan sebuah lidi panjang.
Beberapa saat kemudian.
Akhirnya amplop putih itu telah berada di bawah kakiku.
Aku berhasil meraihnya.
Keningku melipat dengan heran.
Ternyata itu adalah sebuah amplop berukuran agak lebar seperti ada sesuatu di dalamnya.
Kutelan ludah sembari menduga-duga.
Tak sabar lagi ingin kulihat isi di amplop itu yang lumayan tebal.

Book Comment (90)

  • avatar
    CirengitKomar

    bagus

    26/07

      0
  • avatar
    MbullGembull

    mantap

    10/06

      0
  • avatar
    rahardiShinta

    mantap

    21/05

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters