logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 4 Narumi Chizuko #01

“Kaasan, kaasan! Cepaaaattt….”
“Sabar, Chizuko!” Mirai tertawa maklum melihat tingkah putri kecilnya, menarik-narik roknya agar wanita itu mengikuti keinginan Chizuko kecil.
“Cepaaaatt… mereka sudah akan mengumumkan pemenangnya.” Chizuko merengek.
Mirai pun akhirnya menggamit tangan Chizuko dan mengikuti gadis kecil itu ke tempat yang ia inginkan. Mereka menuju ke depan sebuah panggung dimana si pembawa acara sedang bicara.
Hari itu sebagai peringatan hari anak nasional, diadakan sebuah perlombaan melukis untuk anak sekolah dasar dari seluruh Jepang. Kebetulan sekali diadakan di salah satu hall besar di Gunma. Mirai yang tau putrinya sangat senang melukis mengizinkan gadis kecil itu untuk mendaftar. Maka seharian ini Ia menemani Chizuko kecil mengikuti rangkaian kegiatan di acara tersebut.
“Kaasan…” panggil Chizuko lagi sambil menarik rok Mirai untuk ikut duduk bersamanya di salah satu kursi kosong yang mereka temukan. Mirai pun ikut duduk di samping putrinya.
“Ne, kaasan, bagaimana kalau aku tidak menang?” Mirai tersenyum mendengar nada khawatir dari putri kecilnya itu.
Mirai tersenyum sambil membelai kepala Chizuko, “Mereka belum mengumumkannya,”
“Tapi bagaimana kalau tidak menang?” wajah Chizuko sudah hampir akan menangis saat itu.
“Hmm… menang atau kalah, untuk kaasan juga tousan tidak akan masalah. Chizuko sudah berusaha memberikan yang terbaik. Karena diantara seluruh teman-teman, sekolah sudah memilih Chizuko untuk ikut, berarti Chizuko sudah menjadi yang terbaik di antara mereka.” ucap Mirai menenangkan putrinya.
“Selanjutnya kita akan mengumumkan pemenang lomba lukis tingkat sekolah dasar se-Jepang.”
Mendengar ucapan dari pembawa acara di atas panggung, Chizuko langsung memeluk Mirai dan menenggelamkan wajahnya di sana.
“Chizu…chan?”
“Aku tak mau dengar!”
Mirai tersenyum dan ganti memperhatikan ke atas panggung. Karena peserta berasal dari seluruh perwakilan sekolah dasar se-Jepang, maka peserta lomba ini memang sangat banyak. Pemenang pun ada 6 orang, dari harapan ketiga sampai juara pertama.
Satu per satu nama peserta yang menang di panggil, sampai pengumuman juara kedua nama Chizuko juga tidak dipanggil. Pelukan gadis kecil itu semakin erat pada ibunya. Mirai tersenyum lembut sambil mengelus punggung Chizuko kecil untuk menenangkan.
“… dan akhirnya yang kita nantikan, juara lomba melukis kali ini dimenangkan oleh………… Narumi Chizuko dari Sekolah Dasar Gunma!”
“Menang! Chizu-chan menang!”
Mirai mengguncang tubuh putri kecilnya agar melepas pelukan dan segera naik ke panggung. Tapi gadis kecil itu terlihat seperti sulit percaya, namun saat sang pembawa acara kembali memanggil namanya baru seulas senyum lebar terukir di wajah gadis kecil tersebut.
Mirai langsung sedia dengan sebuah handy-cam di tangannya dan merekam saat Chizuko kecil menerima hadiah di atas panggung. Tubuhnya yang kecil sambil membawa sebuah piala yang begitu besar dan senyuman lebar, Mirai tersenyum haru melihat putri kecilnya dari depan panggung.
=*=
Suara berisik dari kelas 6-A Sekolah Dasar Osaka begitu menghiasi suasana sekolahan itu, yang di penuhi oleh anak-anak kecil. Namun, kebisingan itu seketika lenyap dan digantikan dengan keheningan, semua murid langsung duduk di tempat mereka masing-masing dan bersikap dengan rapih saat mengetahui kalau sang guru masuk ke kelas mereka.
Tanpa disuruh pun, salah satu anak murid yang diketahui ketua kelas sudah berdiri dan menyuruh teman-temannya untuk memberi salam, begitu patuh anak-anak itu walaupun umur mereka masih sangat kecil.
Sesaat selesai memberi salam dan keheningan itu kembali menyelimuti suasana, guru mereka mulai berbicara.
“Anak-anak, hari ini kita kedatangan teman baru dari Nagoya.” guru itu menoleh kearah pintu dan menyuruh salah seorang masuk.
Patuh akan apa yang disuruh, seorang anak perempuan masuk sambil memegang tasnya yang ada di dukungan punggungnya.
Wajah sang gadis begitu ceria diselimuti dengan pipinya yang tembam, memberi aksen manis pada wajahnya, “Salam kenal, namaku Narumi Chizuko dari Nagoya, mohon bantuannya!”
Dan tak butuh waktu lama semua murid yang ada dikelas menyambut teman barunya. Chizuko pun merasa sangat senang karena kehadirannya tidak diacuhkan, dan tidak memakan waktu lama untuk bersosialisasi.
Tibalah beberapa Bulan menuju ujian kelulusan, beberapa murid mulai resah akan kelulusan ataupun pisah dengan temannya. Termasuk Chizuko.
“Chizuko, kalau sudah lulus nanti apa kita akan satu sekolah lagi?” tanya salah seorang anak berkepang disamping Chizuko, gadis itu akrab dipanggil Minami.
“Iya Chizuko-chan, kalau kita satu sekolah lagi aku ingin sekali wajahku dibuat menjadi gambar sama Chizuko-chan. Ne? Gambar Chizuko itu keren!” sahut anak yang lainnya meminta persetujuan dengan Minami.
Gadis itu mengangguk, saat ini Chizuko sedang berkumpul dengan kedua teman akrabnya di kelas. Minami dan Haru. Menikmati bekal mereka di jam istirahat.
Berpikir sebentar, sebenarnya Chizuko ingin sekali menjawab kalau ia berusaha agar mereka akan berada di sekolah yang sama lagi saat SMP, tapi gadis itu ragu. Ia teringat dengan kepindahannya sedari ia memasuki sekolah dasar. Seperti jadwal rutin yang tidak bisa diganggu gugat.
Chizuko memasang senyum kecutnya,”Kita lihat nanti ya, Minami-chan, Haru-chan,” kemudian langsung menyuapkan lagi telur asin kesukaannya dengan santai.
“Eeeeeeh, nande?!” seru mereka kompak saat Chizuko berkata demikian, Chizuko menunduk dalam, begitu bahagianya gadis itu saat tahu kalau teman-temannya ingin sekali terus bersama dirinya.
Mungkin saja, kali ini Chizuko tidak pindah sekolah lagi dan Ia akan lulus di sekolah ini dan melanjutkan SMP di Osaka, kalau memang begitu kenyataannya kenapa Chizuko meragukan teman-temannya.
“Tidak,” sergah Chizuko tiba-tiba, "Kita akan satu sekolah lagi kok tenang saja..” kemudian Minami dan Haru langsung memeluk Chizuko, menggambarkan perasaan senang bahwa mereka akan terus bersama.
Suara canda tawa terdengar, menyelingi suara sumpit yang berbenturan dengan mangkuk. Suasana makan malam yang hangat untuk sebuah keluarga kecil yang beranggotakan ayah, ibu, dan seorang anak perempuannya, Chizuko.
“Sayang, siap-siap ya malam ini kita akan ke Tokyo,”
Di tengah makan malam yang damai, dan membuat Chizuko senang karena hari ini adalah hari yang langka, ayah dan ibunya bisa makan malam bersamanya, dirumah. Hanya bertiga, namun kebahagiaan itu runtuh saat sang ibu berkata demikian.
“Kita akan pindah lagi?” tanya Chizuko dengan suara seraknya, menahan tangis mengetahui ia akan kembali meninggalkan teman-teman sekolah.
Mata gadis kecil itu sudah mengembang menahan air mata di pelupuk kelopak matanya. Minami dan Haru harus Ia tinggalkan, mengubur angan-angan mereka untuk masuk di SMP yang sama.
“Iya, Chizuko...” tangan sang ayah membelai rambutnya dengan sayang. “kamu tahu kan, perusahaan Tousan itu ada di beberapa kota. Tousan janji, kali ini di Tokyo kamu tidak akan pindah lagi,” jelasnya dengan lembut, memberi sebuah senyuman untuk meyakinkan anaknya yang kini tengah berlinang air mata.
Bagaimana mungkin Ia meninggalkan kedua temannya itu? Chizuko sudah berjanji untuk selalu bersama mereka. Harus berkata apa Chizuko kepada Minami dan Haru?
Tidak rela, gadis itu sama sekali tidak rela jika harus pindah saat ini.
Tanpa bicara, Chizuko berlari ke kamarnya dan membanting pintu meninggalkan ayah dan ibunya, bahkan makanan yang ada di piring masih tertinggal banyak.
“Ren, bagaimana ini?” tanya ibu Chizuko khawatir, takut anak kesayangannya akan sedih terus.
“Tenang, Chizuko sebentar lagi juga ceria lagi seperti biasa, dia masih kecil, Mirai...” tangan pria itu terbuka lebar dan sang istri langsung memeluknya. Mencoba untuk menenangan diri di dalam pelukan suami.
Tapi ternyata perkataan Ren salah, Chizuko yang biasanya akan kembali ceria setelah marah karena tahu mereka akan pindah lagi, kini menjadi pendiam dan tidak ada senyum sedikitpun dari wajah menggemaskan Chizuko. Seolah-olah keceriaannya telah pergi entah kemana.
Mirai dan Ren awalnya mengira kalau itu akan sementara setidaknya sampai Chizuko lulus sekolah dasar, namun tidak, sampai saat ini ia masuk SMP, sikap dinginnya tidak berubah sama sekali. Dan yang mereka tahu dari guru Chizuko bahwa anaknya kini tidak memiliki teman sama sekali hingga semester kedua.
Ditambah, Ren dan Mirai selalu sibuk bekerja hingga larut malam, tak jarang mereka pergi saat Chizuko masih tertidur dan mereka pulang ternyata Chizuko sudah terlelap dialam mimpinya, membuat keluarga itu jarang sekali berkomunikasi satu sama lain, namun satu yang patut Mirai dan Ren syukuri bahwa prestasi Chizuko dari awal sampai saat ini tidak merosot sama sekali, kebalikannya pretasi Chizuko malah bertambah dan membuat para guru bangga padanya.
“Chizuko…”
Malam itu, Mirai melihat Chizuko sedang duduk disofa saat ia baru saja pulang dari kerja, tidak biasanya Chizuko masih terjaga ditengah malam seperti ini.
Chizuko menoleh saat merasa namanya disebut dan menatap sang ibu datar, "Kaasan, aku merindukan teman-temanku.” ucap Chizuko, segera Mirai mendekatinya.
“Benarkah? Kamu punya teman? Syukurlah,”
“Bukan teman disini Kaasan, tapi temanku saat SD di Osaka waktu itu, aku janji dengan mereka kalau aku akan satu SMP bersama mereka. Tapi Kaasan dan Tousan menghancurkan janjiku...”
Hening seketika, saat bibir tipis itu mengucapkan kalimat yang membuat Mirai terpaku, tanpa permisi air mata ibu dan anak itu keluar membasahi pipi keduanya.
Mirai memeluk Chizuko sambil menangis. "bahkan aku belum sempat berpamitan dengan Minami dan Haru, Kaasan...” lanjut Chizuko di tengah tangisnya.
“Maafkan Kaasan dan Tousan, Chizuko...” lirih Mirai menyesal.

Book Comment (22)

  • avatar

    saja

    27d

      0
  • avatar
    AwaliaArdina

    saya beruntung

    02/07

      0
  • avatar
    KurniawatiIndah

    bagus

    05/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters