logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 25

Steve melihat jam di pergelangan tangan kanannya. Saat ini ia tengah berjalan di koridor menuju ruang makan. Saat tiba di sana, ia tidak melihat siapapun kecuali Robbie yang sedang memasak di dapur. Mungkin ia datang terlalu cepat.
Steve lalu berbalik dan memutar langkahnya. Ia hendak mencari keberadaan Dave sekarang.
Tapi ia tidak menemukan sepupunya itu di mana pun. Hingga akhirnya langkahnya berhenti di depan pintu studio yang terbuka.
Steve melihat ke dalam ruangan dan menemukan Dave dan Helena di dalam studio. Mereka tampak sedang membicarakan sesuatu. Posisi mereka berdua berada di samping piano milik ayahnya.
Steve melangkah masuk, namun langkahnya terhenti saat ia hampir mendekati Dave. Karena ia mendengar pertanyaan Dave.
"... Kau sadar jika Steve itu adalah orang yang setia pada pasangannya?"
Steve terdiam.
"Ya, aku sadar itu."
Kening Steve berkerut.
"Dan aku juga berharap dia tidak berubah."
Steve merasa sudut kelopak matanya bergerak.
"Kau tidak pernah berharap Steve akan bersamamu?"
Steve menahan napasnya.
Lalu yang selanjutnya Steve lakukan adalah berdiri dalam diam di belakang mereka berdua.
Ia mendengarkan sampai akhir.
Di balik tubuh Helena yang sedang duduk, Steve melihat lukisan wajahnya sendiri. Ia tertegun.
Steve melirik beberapa lukisan yang ada di studio itu. Matanya berhenti di sebuah lukisan yang membuatnya terpaku sama seperti ia melihat lukisan dirinya di depan Helena.
Lukisan dirinya yang tengah duduk di depan piano. Ini adalah gambaran dirinya saat bermain piano di depan Helena.
Lalu ia juga menemukan banyak lukisan dirinya yang latar belakangnya berada di apartemennya.
Seperti lukisan saat ia berdiri di balkon kamar apartemennya, atau saat duduk di sofa, atau juga saat ia memperhatikan makanannya.
Semua lukisan dirinya tersebar diantara banyaknya lukisan lainnya milik Helena.
"Lalu, apa kau juga tidak mau perasaanmu berubah? Atau malah sebaliknya?" tanya Dave terakhir kalinya yang bisa di dengar Steve.
Steve kembali memandang ke arah Helena dan lukisan wajahnya, satu-satunya lukisan dirinya yang terlihat tersenyum. Menantikan jawaban Helena.
Helena menjawab pertanyaan Dave dengan pelan, "Aku tidak tahu."
Steve menutup matanya sejenak, sebelum akhirnya ia berbalik dan pergi keluar studio tanpa suara.
Steve berjalan sembari memikirkan tentang Helena dan semua tentangnya. Langkahnya berhenti di tengah jalan.
Ingatan tentang pembicaraan yang pernah terjadi antara dirinya dan ibunya kembali berputar di otaknya.
Saat Helena pergi setelah membatalkan pertunangan mereka, Steve dipanggil ibunya.
Mereka lalu melakukan pembicaraan secara empat mata tanpa Helena. Tapi, topik yang mereka bicarakan adalah tentang Helena.
"Mom setuju untuk membatalkan pertunangan kalian," kata ibunya bersuara pertama kali.
Steve duduk dengan menunduk di depan ibunya. Ia duduk seperti laki-laki pada umumnya dengan kedua kaki terbuka dan tangan yang menumpu di atas kakinya.
Punggungnya sedikit bengkok dan tubuhnya condong ke depan, seolah tengah berdiskusi dengan kliennya.
Hanya saja Steve sekarang menunduk, hal yang tidak ia lakukan pada kliennya.
"Apa kau senang?" tanya ibunya dengan nada dingin yang jelas menyindirnya.
Steve meremas kedua tangannya yang memang terkait satu sama lain diantara lututnya.
Ia tidak menjawab.
Sebenarnya ia sama sekali tidak senang seperti yang ibunya tuduhkan padanya. Ia juga tidak lega sama sekali pertunangannya dibatalkan.
Apa lagi rasa bersalahnya pada ibunya sangat besar.
"Mom sudah memikirkannya. Helen akan batal bertunangan denganmu. Tapi, Mom sudah putuskan, Helen akan menjadi anak angkat Mom."
Steve sontak mengangkat kepalanya mendengar jika Helena akan menjadi saudara angkatnya.
Ibunya mengangkat sebelah alisnya.
"Kenapa? Kau mau mengatakan sesuatu?" tanya Michelle.
"Mom serius?" tanya Steve.
"Sangat serius." Michelle menjawab dengan raut wajah dingin.
"Apa Helen akan mau, Mom?" tanya Steve mengabaikan perasaan tidak nyaman karena melihat ekspresi marah ibunya.
"Itu tugasmu. Kau yang katakan pada Helen tentang hal ini." Michelle berkata dengan serius.
Steve kehilangan kata-kata untuk sementara, saat ibunya menyuruhnya untuk memberitahu hal tersebut pada Helen langsung.
"Bagaimana jika Helen menolak, Mom?" tanya Steve.
"Jangan memaksanya. Biar Mom yang akan memintanya jika dia ragu."
Steve menunduk kembali lalu merenung.
Steve bergumam, "Kenapa Mom seolah sangat menyayangi Helen?"
Bahkan menyaingi kasih sayangnya pada anak kandungnya sendiri, Steve.
Mendengar itu, Michelle mulai mengumpulkan semua kenangan tentang Helena. Spontan ia mengingat masa lalu.
"Kau ingat? Saat kau masih dalam masa sekolah. Dulu Mom memasukkanmu ke sekolah asrama terbaik. Di sana kau aman dari para musuh keluarga ini." Michelle memandang anaknya yang kini mengangkat kepalanya.
"Selama kau di sana, Helen selalu menemani Mom jika Mom sendirian. Saat itu, ia masih lima tahun saat orang tuanya bercerai. Ibunya bernama Alicia adalah teman ayahmu, mereka adalah teman sesama pianis."
Michelle mulai bercerita.
Michelle ingat suaminya dan Alicia belajar memainkan piano bersama sejak kecil. Lalu ia dekat dengan Alicia. Dan mereka juga menjadi sahabat. Mereka bertiga.
Suami Michelle atau ayah Steve bernama Gerald.
Dulu mereka sempat terlibat cinta segitiga, karena meski Gerald menjalin hubungan dengan Michelle, Alicia ternyata memiliki perasaan lebih dari sekedar sahabat untuk teman masa kecilnya itu, untuk Gerald.
Alicia menyukai Gerald sejak kecil dan patah hati saat Gerald menyukai gadis lain yaitu Michelle.
Sejak Michelle menjadi kekasih Gerald, Michelle jadi sering bertemu dengan Alicia. Dari situlah Michelle dekat dengan Alicia.
Meski Alicia menyukai Gerald, ia tidak menganggu hubungan diantara sahabatnya.
Namun, Michelle sempat kecewa saat ia mengetahui perasaan Alicia saat itu. Alicia pun meminta maaf.
Michelle lalu akhirnya sadar jika Alicia sama sekali tidak bersalah.
Alicia bahkan sering membantu hubungannya dengan Gerald menjadi semakin dekat hingga bisa ke jenjang pernikahan.
Alicia sendiri dijodohkan oleh keluarganya. Ia menikah dengan Mike Morgan.
Namun Michelle maupun Alicia diterjang badai dalam pernikahan mereka masing-masing.
Michelle kehilangan suaminya saat Steve berusia dua tahun. Alicia yang menjadi sandarannya saat itu.
Lima tahun berikutnya, kabar Alicia bercerai dengan suaminya sampai ke telinga Michelle. Michelle menawarkan bantuan.
Lalu mereka akhirnya bisa hidup dengan rumah yang saling bertetangga. Sejak saat itu mereka saling mendukung satu sama lain.
Meski Michelle dan Alicia adalah sahabat, Steve dan Helena tak pernah dekat atau akrab. Mereka bahkan jarang bertemu satu sama lain.
Hal itu karena Steve yang berumur tujuh tahun dimasukkan ke sekolah asrama. Demi keamanannya.
Awalnya Michelle mengira Helena selalu datang padanya karena ia kesepian saat Alicia bekerja.
Tapi saat Steve pulang dari sekolah asramanya untuk liburan, Helena berhenti datang. Michelle mengira Alicia sudah punya waktu bersama Helena.
Tapi yang sebenarnya terjadi adalah pekerjaan Alicia justru menumpuk saat masa liburan seperti itu.
Helena datang bukan karena kesepian.
Ia datang karena ingin menemani Michelle yang kesepian.
Karena sebenarnya, selalu ada pengasuh yang merawat Helena. Helena tidak benar-benar kesepian.
Helena melakukan itu karena menuruti permintaan ibunya untuk sering menemani Michelle.
Meski umurnya masih lima tahun, Helena benar-benar tidak pernah menolak permintaan ibunya. Ia akan melakukannya meski ia tidak mengerti mengapa ibunya ingin ia dekat dengan ibu dari anak lain.
Sampai akhirnya Alicia meninggal, Michelle mengerti. Alicia dari awal seolah mempersiapkan segalanya untuk anaknya sebelum meninggal.
*****

Book Comment (29)

  • avatar
    Tallu tondokFadly

    cerita ya menarik dan tidak membosankan

    1d

      0
  • avatar
    NuraeniAnisa

    lopyuuu deh buat novellah seruu bangetttt Makasih novellah aku jadi GK kesepian lagi makasih banyakk

    5d

      0
  • avatar
    Mera12

    suka dehh🤗

    20/01/2023

      0
  • View All

End

Recommendations for you