logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 7. Apakah anda sudah menikah?

Fic masih menatap Erina yang tiba tiba memerah wajahnya.
"Ayo silahkan duduk!"
Erina masih terpaku, sampai Melda menariknya.
"Erin! Kamu kenapa bengong?"
"I, iya." Erina tersadar dan mengikuti pergerakan mereka duduk di sofa.
Fic duduk tepat di hadapan mereka bertiga. Baru saja Melda ingin berbicara, seorang pria datang memasuki ruangan dan memanggil Presdir Albarez.
"Tuan Presdir." Tangannya membawa tumpukkan berkas dan menaruhnya di meja kerja.
"Usai Wawancara ini, ada tamu penting yang ingin bertemu."
Fic hanya mengangguk. Erina sempat melirik pria tadi, dia masih mengenal dengan baik pria yang baru saja datang itu, dia adalah pria yang sudah dilihatnya beberapa kali bersama suaminya.
Setelah Jefri keluar, Melda membuka suara.
"Presdir Albarez. Bisakah kita memulainya sekarang?"
"Silahkan." Fic menjawab, hanya melirik sedikit pada Erina dan kembali acuh tak acuh seperti tidak saling mengenal. Erina sampai berpikir, apakah dia suaminya atau bukan. Atau hanya kebetulan mirip? Tapi pria tadi? Ah, Erina benar benar seperti orang linglung.
Melda mulai merekam wawancara ini.
"Em.. Presdir Albarez. Anda terkenal begitu sangat misterius. Selain anda tidak pernah menunjukkan diri dihadapan publik bahkan semua orang tidak mengetahui nama anda." Oca bertanya meskipun dengan gugup. Seharusnya ini adalah pekerjaan Erina, tetapi karena melihat Erina tiba tiba seperti bleng, Oca Akhirnya yang memulai pertanyaan.
"Bolehkah kami mengetahui siapa nama anda?"
"Fico Albarez!"
Deg! Jantung Erina langsung terpompa sangat keras, dia mendongak dengan cepat menatap Fic yang juga langsung menatapnya. Mata mereka bertemu beberapa detik dan kemudian saling menunduk. Erina semakin gugup, tetapi Fic biasa saja.
Fico Albarez! Dia sungguh pria yang menikahi ku kemarin?
"Wah, nama yang keren. Seperti sosoknya!" Sanjung Oca.
Melda melirik Erina yang masih menunduk. Melda nampak khawatir saat melihat kedua tangan Erina yang gemetaran.
"Erin. Kau kenapa?" Melda mengira Erina mendadak sakit.
"Tidak. Aku tidak apa apa." Jawab Erina, tetapi Matanya kembali menatap Fic yang tersenyum tanpa menatap dirinya.
Erina kembali menunduk, dia meremas kedua lututnya.
"Em. Baiklah." Melihat keadaan Erina, Melda yang akhirnya menggantikan Oca untuk pertanyaan selanjutnya. Tetapi saat Melda memberikan Handycam kepada Oca, Erina tersadar dan segera mengambil alih pertanyaan yang seharusnya memang menjadi tugasnya. Erina berusaha untuk fokus dan profesional.
Fic menjawab semua pertanyaan Erina seputar Perusahan dan bisnis Galaxy Group.
Mendengar semua jawaban Presdir Albarez, Erina merasa konyol. Pria itu adalah Suaminya, tapi dia sama sekali tidak mengetahui secuil pun tentang suaminya bahkan perusahan besar dan Bisnis yang begitu luas milik suaminya itu.
Wawancara pun berjalan lancar tanpa hambatan, meskipun Fic terkesan dingin tetapi menjawab dengan jelas semua pertanyaan yang diberikan dengan tak melepas senyum hangat. Hingga membuat Erina sedikit melupakan keterkejutannya tadi dan bahkan melupakan sebentar jika pria yang sedang diwawancarainya itu adalah Suaminya sendiri.
Namun saat Erina menatap konten pertanyaan Terakhir, mendadak dia terdiam cukup lama sampai membuat Melda dan Oca kembali khawatir.
"Erin. Kamu kenapa?Apa sakit lagi?" Tanya Melda.
"Oh, tidak tidak. Maafkan aku." Erina menjawab dengan gugup, lalu menguatkan hatinya.
"Maafkan kami Presdir Albarez. Pertanyaan Terakhir ini bersifat pribadi. Tapi, seluruh dunia pasti sangat ingin mengetahui tentang ini. Apalagi, banyak wanita di penjuru dunia yang tertarik kepada anda." Erina mencoba untuk menguasai diri, menahan rasa aneh yang tiba tiba muncul di hatinya. Dia kemudian bertanya sesuai dengan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya tanpa mengurangi sedikitpun.
"Apakah… Anda Sudah menikah?"
Astaga, Erina ingin sekali menggigit lidahnya saat bertanya seperti ini.
Pertanyaan Erina kali ini bisa membuat raut wajah Fic berubah sedikit gugup. Namun Fic menarik nafas lebih dalam kemudian kembali terlihat tenang. Fic tersenyum sedikit. Senyuman Fic membuat Erina Ragu. Apa dia akan berbohong jika dia benar suaminya?
Fic berbicara dengan sedikit pelan sambil menatap Erina. "Kalau menurut Nona sendiri bagaimana? Apakah aku sudah menikah? Atau masih lajang?"
Dia bertanya, atau ingin aku menebak?
Apa yang harus aku jawab?
Meskipun dia tidak tau harus menebak atau menjawab apa, tetapi Erina mencoba untuk menjawab. "Anda orang yang sangat luar biasa dan keren. Mencari pendamping hidup untuk orang seperti anda tentu tidak bisa sembarangan. Aku menebak, jika anda pasti masih lajang."
Meskipun berkata demikian tapi didalam hati, Erina seperti merasa bersalah. Tak seharusnya dia berkata demikian. Bagaimana kalau dia benar benar suaminya?
Fic terdengar berdehem. "Kau salah Nona. Aku sudah menikah. Dan baru saja kemarin aku menikahi Gadis pilihanku!"
Mata Erina membulat sempurna. Dia sungguh suamiku?
"Sepertinya anda juga sudah menikah bukan?" Tiba tiba Fic balik bertanya. Melirik tangan kiri Erina yang ada sedang memegang tablet.
Erina langsung menurunkan tangannya.
"Aku memang belum memakai cincin pernikahan. Tetapi hari ini, istriku berjanji akan mendapatkan cincin itu untuk kami, karena kemarin aku memintanya untuk memilih sendiri cincin pernikahan kami."
"Aku terkesan seperti suami yang jahat ya? Ah, tapi sebenarnya bukan seperti itu. Jika dia yang memilih, bisa sesuai dengan keinginannya sendiri."
Erina menelan ludah. Melirik kedua temannya yang juga sedikit merasa aneh.
"Presdir Albarez menikah kemarin? Kau Juga Erin. Wah..! Kenapa bisa kebetulan? Haha.. Aku hampir saja mengira jika kalian pasangan yang menikah kemarin!" Tidak diduga, Oca berkata demikian membuat Erina ingin berteriak.
Dia itu Suami Dadakan ku! Aku yakin! Sekarang aku yakin seratus persen!
"Maafkan kami Presdir Albarez. Kami hanya ingin bercanda sedikit." Oca kembali berbicara.
"Baiklah. Terima Kasih atas semua jawaban anda yang sangat memuaskan. Semoga anda semakin jaya dan pernikahan anda akan bahagia selamanya." Terakhir kata Oca menutup wawancara dan meminta izin untuk memotret Presdir Albarez.
Fic mengizinkan, dengan wajahnya yang kembali datar dan acuh tak acuh, Melda mulai memotretnya.
"Bolehkah kami berfoto dengan anda?" Tiba tiba Oca bertanya demikian. Sebelum Fic menjawab dia menoleh dulu kepada Erina yang langsung menunduk.
"Apakah Nona juga ingin berfoto denganku?"
Erina menjawab dengan gelengan. "Biar aku yang mengambil foto kalian."
Usai mengambil beberapa Foto Fic dan kedua temannya bersama Fic, mereka berpamitan untuk undur diri.
"Tunggu sebentar." Fic menahan langkah mereka dan terdengar memanggil sekretaris. Jefri masuk dengan membawa Tiga buah Paperpag.
"Ini adalah tanda mata dari Presdir untuk kalian. Terimakasih sudah mau datang." Jefri mengulurkan pada Oca dan Melda, lalu terakhir kepada Erina.
Oca dan Melda sangat kegirangan.Wah..terima kasih atas Hadiahnya. Bukan hanya tampan dan kaya, Presdir Albarez ternyata sangat murah hati."
Mereka berjalan beriringan keluar. Melda dan Oca tidak sabar untuk membuka Paperbag. Dan mengeluarkan sebuah kotak satu dari sana. Keduanya tertawa senang. "Wah. Ini Jam tangan mahal! Produk dari salah satu Perusahan milik Galaxy Group!" Suara Oca sangat keras.
"Apa punyamu juga sama?"
"Iya sama!" Jawab Melda dengan memamerkan jam tangan dari Kotak.
Sebenarnya Erina tidak ingin membuka Paperbag miliknya, tapi karena kedua temannya memaksa dia pun akhirnya membuka. Matanya seketika terbelalak dengan jantung yang berdegup keras.
"Apakah sama?"
Erina langsung menutup kembali Paperbag sebelum Melda sempat melihatnya. "Sama saja seperti punya kalian."
"Ah, aku ingin ke Toilet sebentar. Perutku tiba tiba melilit. Tunggu sebentar ya?" Dia bergegas pergi ke Toilet setelah bertanya pada seorang Satpam.

Book Comment (535)

  • avatar
    Shienthink86Shayek

    sangat bagus tapi ceitanya kurangenarik sedikit

    24d

      0
  • avatar
    Nisa Handayani

    sange

    26d

      0
  • avatar
    SyahWawan

    menarik

    13/08

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters