logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

BAB 02

Titip Benih
BAB 02
"Sial!!!" Teriakku prustasi. Bagaimana bisa aku sebodoh ini? Keluar dari kandang singa malah masuk kekandang macan.
Aku menarik rambutku dengan kasar. Aku benar-benar bingung.
Aku mencoba menenangkan diri ku. Aku yakin jika dalam beberapa bulan aku tak kunjung hamil. Pasti dia akan menceraikan ku.
Ya... Aku harus sebisa mungkin mencegah kehamilan ku. Agar aku tak selamanya menjadi istri keduanya.
Setelah sedikit tenang. Aku beranjak keatas tempat tidur untuk mengistirahatkan tubuhku.
Keesokan paginya.
Ketika aku sedang mandi, pintu kamar terdengar dibuka.
Dan benar saja, ketika aku keluar dari kamar mandi, ternyata laki-laki itu sudah duduk diatas ranjang.
"Pagi... Ayo kita sarapan."
"Kenapa kamu tega mengunci ku?"
"Aku tidak bodoh. Aku tahu jika kamu pasti akan mencoba untuk kabur."
Aku terdiam mendengar hal itu. Karena memang benar apa yang dia ucapkan.
Laki-laki itu langsung menarik tanganku dan mengajakku untuk pergi.
Kami pergi kesebuah restoran yang terbilang cukup rame. Mungkin karena waktunya sarapan jadi sedikit rame.
Setelah memesan makanan. Dia berucap kepada ku.
"Airin... Dari kemarin Mas belum menyebutkan nama ya..."
Aku hanya mengangguk.
"Panggil saja aku, Ikhsan. Oh ya nanti sore kita akan menikah. Kamu tidak mau memberitahu keluarga mu? Setidaknya aku harus tahu siapa mereka karena aku juga butuh wali untuk menikahi mu."
"Mereka sudah lama meninggal."
Mas ikhsan diam mendengar jawaban ku.
"Maaf..."
"Tidak apa-apa... Mas. Apakah kamu benar-benar ingin menjadikan ku istri? Bagaimana jika aku tak kunjung hamil juga?"
"Aku yakin kamu pasti hamil."
"Kenapa Mas bisa seyakin itu?"
"Sudahlah Airin. Pokoknya jadilah istri yang manis untuk ku."
Setelah itu tak ada pembicaraan lagi. Dan tak berselang lama makanan yang kami pesan datang. Kami menikmati makanan itu tanpa bicara satu sama lain.
Setelah sarapan. Kami mampir kesebuah Boutiq untuk membeli kebaya.
Setelah selesai kami langsung menuju hotel. Setelah didalam kamar tiba-tiba ponsel mas ikhsan berbunyi.
"Hallo sayang."
"Iya... Mas sudah katakan semuanya sama Airin."
Mendengar namaku disebut aku sedikit terkejut.
"Iya dia setuju. Pokoknya kamu tenang saja. Kita pasti segera memiliki momongan."
"Sudah dulu ya sayang. Mas mau bersiap. Love you."
Setelah sambungan telepon mati. Mas ikhsan langsung mendekat kearah ku.
"Dek. Ayo bersiap, acaranya dimajukan jadi jam satu siang." Aku sangat terkejut mendengar hal itu.
Mas ikhsan lalu menyuruh ku untuk segera berganti baju dengan kebaya itu. Setelah selesai kami langsung berangkat ketempat dimana penghulu menunggu kami.
Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam akhirnya kami sampai di tempat tujuan.
Kami langsung turun dan langsung masuk kedalam sebuah rumah yang cukup besar dan megah.
Kami disambut oleh seorang wanita paruh baya.
"Tuan... Semua sudah siap. Nyonya pergi duluan karena ada pekerjaan mendadak."
"Baik, Mbok."
Setelah itu kami langsung masuk, di dalam sudah ada penghulu dan empat orang saksi.
Karena orang tua ku sudah meninggal, aku diwali hakim kan sebagai pengganti mendiang Ayah.
Ijab qobul berjalan lancar.
Setelah penghulu dan saksi pergi. Mas ikhsan menyuruh wanita paruh baya itu untuk melayani ku.
"Mbok Minah. Tolong layani Nyonya Airin. Tunjukkan dimana kamarnya dan tanya apa yang dia mau."
"Baik Tuan."
"Mari Nyonya, saya tunjukkan dimana kamar Nyonya."
Mbok Minah mengajakku menaiki sebuah tangga. Kamar ku terletak di lantai dua. Kamar itu sangat mewah. Tak pernah terbayangkan oleh ku jika aku memiliki kamar semewah dan senyaman ini.
Setelah itu Mbok Minah pamit kembali ke dapur.
Setelah kepergian mbok Minah. Aku duduk diatas ranjang. Ketika aku sedang kalut. Tiba-tiba pintu terbuka.
Mas ikhsan sudah berdiri disana.
"Dek. Mandilah itu ada baju didalam lemari."
"Mas... Apakah aku akan tinggal bersama istri pertama mu?"
"Ha...ha...ha.... Ya tidak dong Dek. Aku harus bisa menjaga bagaimana perasaan kalian. Rumah ini adalah rumah mu. Memang saat ini sertifikat masih atas namaku tapi jika kamu sudah melahirkan anakku maka rumah ini akan menjadi milik mu."
"Mas... Apakah setelah aku melahirkan anak mu, lalu kamu akan menceraikan aku?"
"Jangan takut. Aku tidak sekejam itu. Berusahalah menjadi istri yang baik untuk ku. Maka aku akan mempertimbangkan mu."
DEG... Terasa perih hatiku ketika mendengar hal itu. Entah mengapa aku merasa jika Mas ikhsan dan istrinya pasti memiliki sebuah rahasia.
Aku yakin jika mas Ikhsan dan Laras pasti memiliki rencana. Jika tidak, mana mungkin Laras mengijinkan suaminya menikah lagi.
"Dek. Malam ini mas tidur disini ya?"
Aku hanya mengangguk. Karena aku tahu ini adalah malam pertama untuk kami. Ya walaupun bagiku ini bukan hal sepesial. Karena aku sudah sering melayani laki-laki hidung belang.
"Mas... Mbak Laras tidak marah?"
"Istri Mas lagi keluar kota tadi siang."
"Keluar kota?"
"Iya... Sepertinya Laras ingin memberikan kesempatan untuk kita berbulan madu."
"Hahahaha... Bulan madu? Mas tahukan aku dulu siapa?"
"Memang kenapa? Kamu istriku dan kita baru menikah, jadi wajar dong jika kita bulan madu."aku semakin bengong mendengar ucapan mas Ikhsan.
Malam itu aku menunaikan kewajiban ku sebagai seorang istri. Mas Ikhsan sepertinya sangat senang dengan pelayanan ku.
Adzan subuh berkumandang, aku segera bangun dan mandi. Karena aku ingin memulai untuk menjalankan kewajiban sebagai umat Islam yaitu Sholat.
Selama aku bekerja sebagai kupu-kupu malam, aku tidak pernah lagi yang namanya beribadah. Aku merasa jika diriku sangatlah kotor sehingga tidak pantas untuk beribadah.
Karena sekarang ini aku sudah menikah dan tidak lagi bekerja seperti dulu. Maka aku putuskan untuk kembali kejalan Allah.
Setelah menjalankan sholat subuh. Aku turun kedapur untuk menyiapkan sarapan.
Ketika aku sampai dapur. Mbok Minah sudah ada.
"Mbok... Mau masak apa untuk sarapan?"
"Eh... Nyonya bikin Mbok kaget."
"Mbok nglamunin apa?"
"Gak ada Nya..."
"Mbok mau masak apa? Sini biar aku bantu."
"Eh... Jangan Nya... Nanti Tuan marah. Biar Mbok saja yang masak."
"Tuan gak akan marah Mbok... Sini biar aku yang masak. Ini masakkan pertama ku untuk suami ku."
"Ya sudah kalau Nyonya memaksa. Tuan biasanya suka sarapan makanan yang berkuah."
"Oh... Kalau begitu kita masak capcay kuah saja Mbok."
Lalu Mbok Minah dengan sigap memotong-motong sayur dan menyianginya.
Sedangkan aku meracik bumbu. Setelah selesai semuanya. Aku segera memasaknya dan setelah masakan matang, aku meminta Mbok untuk menata dimeja makan. Sedangkan aku membangunkan Mas Ikhsan.
Aku langsung masuk kedalam kamar, ketika pintu terbuka ternyata mas Ikhsan sudah selesai mandi dan berganti baju.
"Mas... Sarapan sudah siap."
"Dek. Har ini kita akan pergi keluar kota."
"Mau kemana Mas?"
"Kita akan bertemu dengan Laras."
Deg... Jantungku berdegup kencang ketika mendengar nama itu. Semoga apa yang aku takutkan tidak terjadi. To pernikahan ini terjadi juga karena dia yang menyetujui.
Kami langsung bergegas menuju meja makan. Tak ada yang kami bicarakan ketika di meja makan.
Setelah selesai makan. Mas Ikhsan menyuruhku untuk bersiap.
"Mas... Apakah engkau mengijinkan jika aku ingin berhijab?"
Mas Ikhsan menatap ku.
"Berhijab? Apa kamu sudah yakin mau berpakaian tertutup seperti itu?"
"Mas. Aku dulu pernah bernazar. Aku terlepas dari tempat itu. Aku akan berhijab."
"Ya itu terserah kamu. Jika memang niatmu berhijab maka nanti kita beli baju seperti yang kamu inginkan di perjalanan."
"Jadi, mas mengijinkan?"
"Apapun yang kamu ingin lakukan maka lakukan saja selama itu baik."
"Terima kasih Mas."
Mas Ikhsan mengangguk sambil tersenyum kearah ku.
Pukul sebelas siang kami berangkat diantar supir.
Mas Ikhsan duduk di kursi depan sedangkan aku di kursi belakang.
Aku tahu jika Mas Ikhsan tidak mau menyakiti hati Mbak Laras.
Setelah menempuh perjalanan sekitar enam jam. Akhirnya kami sampai disebuah villa.
Mas Ikhsan menyuruhku untuk turun. Ketika aku turun. Ada seorang wanita cantik yang menghampiri Mas Ikhsan.
Wanita itu langsung menghampiri Mas Ikhsan dan bergelayut manja di lengan Mas Ikhsan.
Hatiku berdesir melihat pemandangan itu. Tapi aku harus sadar diri, jika aku adalah istri kedua. Sedangkan wanita itu adalah istri pertama Mas Ikhsan yaitu Mbak Laras.
"Sayang... Kenalkan ini Airin." Ucap mas Ikhsan melihat kearah ku. Mbak Laras hanya tersenyum tanpa menyapa ku.
Aku mengulurkan tangan namun tak di hiraukan oleh Mbak Laras.
"Mas... Aku kangen... Ayo kita masuk."ucap Mbak Laras manja.
Mereka lalu masuk kedalam villa dan meninggalkan ku yang masih berdiri diluar.
Tak berselang lama ada wanita paruh baya menyapa ku.
"Maaf... Nyonya mari masuk."ajaknya.
Aku lalu mengekor di belakang wanita itu. Aku di tunjukkan dimana letak kamar ku.
Setelah masuk kedalam kamar. Aku mandi dan beristirahat.
Entah sudah berapa lama aku tertidur. Aku terbangun ketika ada yang mengetuk pintu.
"Nyonya... Tuan dan Nyonya Laras sudah menunggu di meja makan."serunya.
Aku lalu bangkit dan mencuci muka. Setelah itu aku keluar menuju meja makan.
Ketika aku sampai di meja makan. Aku di suguhkan dengan sebuah pemandangan yang sangat luar biasa. Mas Ikhsan dan Mbak Laras sedang suap-suapan. Mereka terlihat sangat bahagia dan saling mencintai.
Melihat hal itu entah mengapa dadaku tiba-tiba terasa sesak. Hatiku sangat sakit. Tapi aku tidak bisa marah kepada mereka.
Ketika aku akan berbalik badan, ternyata Mbak Laras melihat ku.
"Airin. Mau kemana kamu? Sini duduk kita makan bersama, bagaimana pun juga kamu adalah adik maduku."
"I-iya mbak.' jawabku sambil berjalan kembali ke meja makan.
Mas Ikhsan hanya tersenyum kearah ku. Setelah itu mereka melanjutkan makan. Sedangkan aku hanya mengaduk-aduk makanan yang ada di piring ku. Melihat mereka seperti itu selera makan ku hilang.
Aku meminta ijin untuk kembali ke kamar. Namun mbak Laras mencegahku. Katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan.
"Airin. Mas Ikhsan akan pulang kerumah mu setiap Sabtu dan Minggu saja. Sedangkan senin sampai jumat akan dirumah ku. Kamu tidak boleh protes ataupun menggaggu mas Ikhsan ketika dia bersama ku."
"Kamu harus sadar jika pernikahan mu itu bukan seperti pernikahan ku dengan mas Ikhsan jadi kamu jangan meminta atau protes."
"Iya Mbak. Aku mengerti."
"Bagus. Jadi jangan melewati batasan mu! Ya sudah kamu pergi istirahat sana. Selama di villa mas Ikhsan hanya akan tidur dengan ku."
Jujur hatiku teramat sakit mendengar hal itu. Jika mas Ikhsan hanya akan bersama Mbak laras, lalu untuk apa aku dibawa kesini. Apa mereka memang sengaja membawa ku untuk jadi penonton kemesraan mereka?

Book Comment (216)

  • avatar
    Satria

    seru

    21/09

      0
  • avatar
    ivenawidiawansilvia

    terimakasih

    02/08

      0
  • avatar
    MartaKristina

    sangat bagus

    20/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters