logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 9 (Terbongkarnya kehamilan Misya)

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
(MASIH POV ATUN)
Pagi harinya seperti biasa aku pun melakukan aktifitasku. Ternyata Mbak Misya sudah bangun terlebih dahulu untuk memanggang roti rotinya itu yang ingin di setorkan ke warung warung.
"Mbak bangun pagi amat" ujarku menyapanya.
"Iya nih Dek, Mbak buat roti" jawabnya yang masih sibuk dengan roti roti itu semua.
Lalu aku pun segera meracik bumbu untuk sarapan pagi kali ini. Karna di kulkas cuma ada daging ayam sama tempe doang. Kuputuskan untuk memasak Gulai ayam sama sambal tempe keknya enak banget deh.
"Dek, Mbak nganter roti ini ke warung dulu ya" ujar Mbak Misya kepadaku.
"Iya Mbak, hati hati ya. Ini biar aku saja yang menyelesaikannya" jawabku.
Aku pun segera memasak, setelah selesai memasak. Ternyata ada yang manggil manggilku.
"Tuuunnn... Aaattuunnn" teriakannya.
"Iya bentar" jawabku sambil berjalan ke luar rumah. Ternyata yang manggilku Mpok Leha.
"Mbak mu Tun, ituuu Mbak mu" ujar Mpok Leha yang sambil ngos ngosan itu.
"Mbak Misya kenapa Mpok" jawabku yang merasa khawatir ini.
"Ayok lah ikut Mpok aja, nanti kamu juga bakal tau" ujarnya sambil menyeret tanganku.
Ada apa dengan Mbak Misya. Semoga saja Mbak Misya baik baik saja.
Setelah sampai di lokasi. Terlihat Mbak Misya pingsan kayaknya. Banyak para ibu ibu yang membantu membangunkannya. Tapi Mbak Misya tetap saja tak bangun.
Aku segera menelvon Mas Rahman untuk membawakan mobil lalu aku bawa ke klinik terdekat saja takut terjadi apa apa sama Mbak Misya.
Tttttuuuuutttt ttttuuttt ttttuuuuttt
Sambungan telvon pun akhirnya tersambung juga.
"Iya hallo dek,ada apa. Kan adek di rumah kenapa telvon mas segala sih" ujarnya yang malah ngajak bercanda ini.
"Mas bisa cepat bawakan mobil ke warungnya Mbok Ijah, Mbak Misya pingsan Mas. Kasih tau Mas Bram juga. Rafael juga di ajak juga Mas kasian kalau di rumah" ujarku dengan panjang lebarnya.
"Oke dek" jawab singkat suamiku itu.
Lalu aku pun mematikan sambungan telvonnya. Rasa khawatir akan kesehatan Mbak Misya membuatku jadi kepikiran bahwa Mbak Misya emang sedang hamil.
Tak butuh waktu lama akhirnya, mobil Mas Rahman sampai juga. Juga terlihat Mas Bram mengendong Rafael.
"Sini Mas Rafael biar aku gendong" ujarku sambil mengambil Rafael dari gendongan ayahnya.
"Makasih ya" jawabnya singkat.
Lalu Mas Bram pun mengangkat Mbak Misya yang di bantu juga sama Mas Rahman. Aku harap Mbak Misya lekas siuman.
Akhirnya mobil pun berjalan. Aku terus saja membangunkan Mbak Misya. Tapi ternyata Mbak Misya tetap saja tak mau bangun.
"Mbak ayo bangun Mbak" ujarku dengan mata yang mengembun.
Tetap saja Mbak Misya tak merespon ku. Untungnya Rafael anteng jadi tak terlalu repot buat gendongnya.
Akhirnya sampai juga di klinik, Aku sudah tak bisa menahan air mataku. Aku terus saja menangis. Takut Mbak Misya kenapa napa.
"Mohon kalian di luar dulu ya, biar dokter memeriksanya" ujar suster itu pada kami.
"Sudah jangan nangis dek, Mbak Misya bakalan tidak kenapa napa" ujar suamiku yang sambil mengelus pundakku.
"Huhhuhuhuhu" tangisku malah semakin derasnya.
"Suaminya pasien atas nama Misya" ujar dokter tersebut.
"Saya Dok" jawab Mas Bram.
"Selamat ya Pak, istri bapak mengandung lagi, sudah 2 minggu." ujar Dokter itu. Yang membuat Mas Rahman kaget. Ya jelas Mas Rahman kaget kan dia ngak tau.
"Tapi kenapa Mbak Misya bisa pingsan lama baget dok" ujarku bertanya.
"Dia kelelahan, memaksakan diri untuk melakukan aktifitas yang berat. Sebentar lagi dia bakal siuman" jawab dokter menjelaskan.
"Terima kasih dok" ujar suamiku.
Lalu kami bertiga pun, masuk ke ruangan Mbak Misya di rawat. Terlihat Mas Bram sangat gelisah.
"Ada apa Mas" ujarku bertanya.
"Anu Mas harus kerja. Takut nanti akan di pecat" jawabnya yang sepertinya binggung ingin menjaga istrinya atau bekerja.
"Ya sudah Mas, ayok aku antar sekalian aku ambil ke perluan Mbak Misya untuk di rumah sakit" ujar Mas Rahman kemudian.
"Lalu Rafael" ujar Mas Bram lagi.
"Sama aku Mas tenang saja" jawabku dengan senyum mengembang.
"Mas nitip dulu ya, kalau Mas dah pulang bakal kesini lagi" ujar Mas Bram yang sambil berjalan ke luar yang di ikuti oleh suamiku.
Aku pun hanya mengangguk, tak lupa juga Mas Rahman meninggalkan uang untuk aku berjaga jaga di rumah sakit ini.
"Duh kasian sekali kamu sayang, jangan nakal ya kamu bakalan punya adik yang bisa kamu ajak main nantinya" ujarku lirih.
Semoga saja Mbak Misya bisa melewati semua ini. Aku yang ingin punya anak, tapi belum di kasih juga. Mungkin emang aku harus bersabar dulu belum saatnya aku di beri amanah itu.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
POV MISYA
Saat aku bangun kenapa ruangan serba putih. Mataku berkeliling aku ada di mana ini. Terlihat Atun sedang duduk di sofa sambil bermain dengan Rafael. Lah kenapa aku bisa sampai di sini. Emang aku kenapa sih.
"Dek.." ujarku lirih.
"Ehhhh iya Mbak, Mbak dah siuman" ujarnya yang dengan bersenyum itu.
"Kenapa aku di sini dek" ujarku yang masih binggung.
"Mbak tadi pingsan saat antar roti ke warung. Jadinya Mas Rahman bawa kesini karna Mbak ngak sadar sadar dari tadi" jawabnya menjelaskan kejadian tadi padaku.
"Pingsan....tapi kenapa mbak di bawa kerumah sakit. Ngak ke bidan aja dek yang murah" ujarku bertanya lagi.
"Hehehe Mbak ini dah tenang saja, yang penting mbak lekas pulih, juga jangan bekerja yang berat berat mbak, kasian dedek utunnya" ujarnya yang membuat aku kaget. Berarti Atun sudah tau bahwa aku hamil. Padahal sudah sempet putus asa saat aku tahu bahwa aku hamil.
Flas back (Waktu Misya tahu hamil)
Sudah tak sanggup aku untuk hidup. Semuanya telah hancur. Kasihan pada Rafael masih perlu kasih sayangku kini harus sudah mau mendapatkan adik saja.
"Mas kita gugurin saja ya" ujarku memelas pada suamiku.
"Tapi.. Dek" jawabnya yang masih ragu.
"Aku ngak mau mas jadi bahan gosipan para tetangga. Aku malu mas, pasti mereka bakalan nyinyirin kita mas huhuhuhuhu" ujarku dengan air mata yang mengalir cukup deras.
"Iya Mas faham, tapi deeekkk" jawabnya malah yang tak yakin akan keputusanku ini.
"Huhuhuhuhuhuhu lalu gimana mas" ujarku.
"Mas bakal tanggung jawab, kasian dedek bayinya kalau kamu banyak pikiran begitu" jawabnya yang sambil memelukku.
"Huhuhuhuhuhuhuhu" tangisku mulai tak terkendali.
"Sudah dek, tenang saja kan ada Mas yang bakal tanggung jawab" ujarnya yang sambil menenangkanku.
Aku pun akhirnya menumpahkan air mataku di dada bidangnya suamiku. Aku bimbang atas semua ini. Bakalan nanti akan ada komentar pedas dari tetangga.
Setelah tangisku mereda aku pun langsung tidur. Karna banyak pikiran yang membuatku semakin jadi pusing saja.
Pagi harinya aku ingin segera mengugurkan janin ini. Aku tak mau jika Rafael harus punya adik. Setelah suamiku berangkat kerja. Aku pun membeli nanas muda di pasar.
Setelah dapat walau tadi banyak pertanyaan dari pedagangnya tapi aku mengeyel bahwa ingin membelinya.
Ku kupas lalu segera ku makan. Tiba tiba
Hhhhhhhuuuuuuuueeeeeeeeeeekkkk
Duh ngak enaknya, tapi aku harus makan. Demi Rafaelku. Sudah aku makan sampai habis walau kadang sampai muntah muntah. Tapi tetap saja Nihil. Aku mencoba meminum minuman yang bersoda (bukan miras ya gaes, tapi minuman yang bersoda seperti Big Cola, Sprit dll) . Juga tak ada reaksinya. Rasanya aku sudah putus asa sekali.
Sudah lah aku pasrah dengan semuanya. Sudah sia sia usahaku untuk mengugurkannya. Huhuhuhuhu 😭😭😭😭😭.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
"Mbak.... Mbak Misyaa...." ujar atun yang membuyarkan lamunanku ini.
"Iya dek...." jawabku dengan gugup.
"Mbak makan dulu ya, mumpung Rafael lagi tidur" ujarnya sambil menyodorkan makanan yang dari rumah sakit ini.
"Ngak mau makan itu dek" ujarku menolak secara halus.
"Ya sudah, tak cari keluar dulu, Mbak mau makan apa" ujarnya menawarkannya.
"Bubur ayam aja deh Dek" jawabku yang malu malu ini.
"Oke mbak siyap, tapi mbak jangan kemana mana ya janji" ujarnya lagi yang mewanti wantiku.
"Iya mbak janji" jawabku dengan senyum yang mengembang.
Lalu Atun pun pergi keluar untuk mencarikan ku bubur ayam. Aku makin tak enak di buatnya. Aku yang slalu merepotkan dia saja.
Tiba tiba Adikku Rahman datang.
"Dah siuman mbak" ujarnya yang dengan membawa banyak sekali barang.
"Iya Man,mbak sudah merasa baikan" jawabku.
"Istriku kemana Mbak" tanyanya.
"Lagi keluar Man nyariin Mbak bubur ayam" ujarku.
Rahman pun hanya manggut manggut. Tak butuh waktu lama Atun pun sudah kembali yang di tangannya menenteng kantung kresek.
"Udah nyampe sini Mas" ujar Atun pada suaminya itu.
"Iya dek baru aja kok" jawab Rahman.
"Ini Mbak bubur ayamnya, cepet pulih ya mbak, biar segera bisa pulang" ujar atun yang sambil membukakan bubur ayam itu untukku.
Aku pun hanya mengangguk juga dengan lahapnya aku makan bubur itu. Hemmmzzz enaknya bubur ini.
"Sekarang minum obatnya dulu ya mbak" ujar Atun sambil menyerahkan obat itu padaku.
Aku lalu meneguknya dengan air mineral yang tadi juga di beli oleh Atun.
"Man, boleh Mbak pulang sekarang ngak" ujarku merenggek pada adikku itu.
"Tunggu dokternya mengecek Mbak dulu ya" jawabnya dengan santai.
"Lalu Mas Bram kemana" ujarku bertanya padanya.
"Kerja Mbak, tadi juga ikut nganterin Mbak kesini, tapi katanya kalau ngak kerja dia bakalan di lecat sama bosnya" ujar Atun yang membuat aku senang. Suamiku ternyata tadi ikut juga. Berarti emang benar suamiku akan bertanggung jawab atas kehamilanku yang kedua ini.
"Makasih suamiku kau sudah menepati janjimu, semoga kau jadi panutan yang baik untuk anak anakmu" batinku dalam hati.
"Dek makan dulu gih, kan kamu dari tadi belum makan" ujar Rahman pada istrinya itu.
"Hehehe udah kok Mas tadi beli roti sih, sekarang masih kenyang kok" jawab Atun yang sambil nyengir itu.
"Kan cuma baru roti dek, sana makan dulu sama suamimu. Mbak di sini jagain Rafael sama nungguin dokternya datang" ujarku yang menyuruhnya untuk makan dulu.
"Tapi bener Mbak ngak papa kalau di tinggal" ujar Atun yang tak merasa yakin.
"Bener lah," jawabku menyakinkannya.
"Ya sudah aku pergi ke kantin dulu ya Mbak, kalau butuh apa apa langsung panggil perawat ya mbak" ujar Rahman padaku.
Aku pun hanya mengangguk, Melihat kepergian mereka untuk makan. Terlihat emang serasi sekali mereka. Makin membuat aku iri saja pada adikku itu.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Next ?
Gimana ya setelah pulang dari rumah sakit Misya ? Akankah jadi bahan gosipan para tetangga ?

Book Comment (70)

  • avatar
    Stiya rahmadaniWati

    sangat baguss

    3d

    Β Β 0
  • avatar
    RamadaniErna

    sangat bagus dan bikin nagih buat baca

    6d

    Β Β 0
  • avatar
    BetinaRusa

    bagus

    20d

    Β Β 0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters