logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Pandemonium

Pandemonium

Moody Moody


Bab 1 Introduction

Malam hari terlihat sangat dingin dengan hujan lebat yang mengguyur seluruh kota. Bulan purnama tidak lagi terlihat semuanya tertutup kegelapan malam seakan cahaya sudah lenyap. Perasaan yang kini memenuhi isi kepalaku semakin membuatku terjaga seolah aku telah meneguk segelas cafein.
‘Sial aku tidak bisa tidur,’ batin ku
Semakin lama aku menutup diriku dengan selimut membutku sulit untuk memjamkan mata walau hanya berpura-pura. Sudah beberapa hari aku merasakan yang seperti ini dan kali ini pun sama. Meskipun sudah menghabiskan banyak sedatif ternyata tidak terlalu berpengaruh semua ini tidak ada gunanya. Perasaan itu semakin menjalar dalam diriku seperti tengah mengalir disetiap nadi.
Keesokan harinya suasan terlihat begitu ramai semua orang berlalu lalang kian kemari terlukisakan dari sudut pandang kota kesibukan membuat semakin terasa hidup. Pemandangan yang terlihat sama semuanya membuat jiwaku bergerak untuk waktu yang cukup lama. Hari ini aku harus melakukan aktivitasku kembali menempuh perjalananku yang tinggal menunggu beberapa waktu lagi. Rasanya memang mendebarkan seakan jantungku akan lepas dari tubuh semua ini ku rasakan setiap detik di sini di kota Roland. Tempat dimaana diriku harus menempuh hidup mandiri jauh dari keluargaku.
Namaku Gray Vermillion saat ini aku hanya seorang mahasiswa tingkat akhir setiap waktu aku hanya menghabiskan diriku di tempat ini perpustakaan merupakan tempat kedua diriku selain asrama memang membosankan hanya saja aku harus melaukannya demi diriku. Setiap hari setelah selesai kelas dan bimbingan aku hanya bisa menghabiskan waktu di sini berbeda dengan teman-temanku yang selalu berkumpul di cafe tidak tahu mengapa itu sama sekali tidak membuatku tertarik.
Terisolasi seperti ini dari lingkungan yang penuh dengan keributan memang menjadi ciri khas ku terkadang aku membuat batasan yang cukup ketat agar orang lain tidak mengenaliku terlalu dalam pasalnya aku memiliki kepribadian berbanding terbalik dengan mereka.
“Hey kau sudah selesai bimbingan?” tanya seseorang yang tiba-tiba datang. Orang itu tidak lain adalah teman satu bimbingan ku dia adalah Alex. Perawakan yang tinggi berkulit putih cerah dan bermata biru. Dia satu jurusan denganku style nya memang terlihat keren oleh karena itu dia sangat terkenal di kalangan perempuan.
“Baru satu kali. Kenapa kau kemarin tidak ada?” tanya Gray
“Ah itu ada sesuatu yang mendesak,” ucap nya. Dari perkataannya jelas sekali dia berbohong memang anak ini bisa di tebak memgingat pikirannya hanya berisi hal yang yang bersifat kesenangan semata.
“Kalau begitu apa kau akan mengikutinya hari ini?”
“Tentu saja. Ohh ya kau tahu rumor yang tersebar itu?”
“Rumor apanya. Tidak tahu tuh.”
“Ah masa.”
“Sudah ku bilang tidak tahu!”
“Ada apa ini kalian tidak tahu tempat? Berisik nya jangan di sini!” ucap seseorang kepada kami. Rupanya dia adalah Selena teman satu jurusan ku juga. Gadis yang terlihat elegan itu ternyata bisa menjadi marah secara tidak terduga jika dia merasa terganggu.
“Hai Selena,” ucap Alex
“Ohh Selena aku tidak tahu kau juga ada di sini,” ucap Gray
“Apa itu? Kau membaca buku yang menarik?” tanya Alex dengan penasaran
“Apaan sih kau tidak perlu tahu,” ucap Selena dengan sedikit marah
“Ya kalau begitu tidak masalah.”
“Gray kau akan bimbingan hari ini?” tanya Selena
“Ah iya,” ucap ku
“Kalau begitu ayo sebentar lagi bukan,” ucap Selena
“Hey kau tidak mengajak ku?” ucap Alex sambil berlari ke arah kami
Situasi yang membuat terasa menyenangkan menghadapinya selalu dinantikan dalam setiap hembusan nafas setiap detik terasa begitu berharga bagaikan sinar matahari berwarna emas menerangi dunia. Namun kiasan seperti itu tidak akan selamanya berada di antara kita semuanya hanya bersifat fana tanpa adanya keabadian sedikit pun dalam ruang kosong ku berdiri dengan pikiran yang dipenuhi dengan berjuta pertanyaan yang akan membuat kepala terasa begitu berat. Setiap tarikan nafas yang ku rasakan hanyalah kehampaan itulah yang akan ku rasakan jika aku terus berada dalam dekapan keputusassan. Menghadapi kenyataan memanglah sulit mengingat diriku selalu terbayang akan hari itu. Ketika semua orang pergi meninggalkanku sendirian dalam kurungan sempit yang melindungiku tubuh terasa mati rasa tidak tahu apa yang harus ku lakukan mengingat jika aku keluar nyawaku akan melayang. Ingatan itu terlihat jelas ketika aku hendak menutup mata di malam yang dingin. Seolah ingatan itu sudah seperti meradang dalam tubuhku.
Bahkan meskipun sekarang aku tidak sendirian ingatan itu sekan memakan keberanianku tanpa adanya matahari yang menyinariku aku tidak akan bisa berdiri sampai sekarang beriringan dengan ingatan sialan itu. Dari libuk hatiku yang paling dalam aku hanya menginginkan sebuah kisah yang terukir dengan manis di musim semi. Sampai detik ini tidak pernah terbayangkan akan kebahagiaan yang menyelimuti imajinasi itu sungguh amat tidak bisa diungkapkan nyatanya hanya sebuah angan belaka.
Setiap harinya terkadang diriku meresa ingin sekali menghilangkan eksistensi yang selama ini melekat dalam jiwa ku. Karenanya diriku terasa di ambang garis antara dua pilihan yang ekstrim bahkan kenyataan yang ada di hadapan diriku bagaikan asap yang berwarna kelabu samar namun keberadaannya membuat seluruh jiwaku hancur.
Ekspektasi yang kubayangkan tidak pernah seindah dalam bayangan semuanya selalu saja memutar balikan kenangan yang selalu ingin ku lupakan dimana hanya ada diriku yang tidak berdaya membeku seakan tak bernyawa menahan ketakutan yang tidak bisa terungkapkan dengan sebuah kata. Kisah ini terus berputar seperti kincir angin mungkin selamanya sampai eksistensiku lenyap itulah isi hatiku sebenarnya.
Tepat jam makan siang di kampus tidak terasa waktu berlalu begitu singkat. Diriku tidak lama lagi akan beranjak untuk pergi menikmati waktu istirahat ini. Rupanya temanku juga mengajak diriku.
“Akhirnya selesai. Hari ini kau ada waktu? Mau pergi makan?” ucap Selena
“Ah iya kebetulan hari ini aku tidak ada kegiatan,” ucap ku
“Apa-apan kalian. Apa kalian kencan?” tanya Alex. Seperti biasanya dia memang sering meledek seperti itu tentu saja alasannya sudah jelas karena dia sepertinya menyukai Selena.
“Bukankah Alex juga harus ikut? Semakin banyak orang semakin ramai?” ucap ku kepada Selena
“Yasudah jika Gray yang menginginkannya,” sahut Selena
“Baiklah aku kan ikut dengan senang hati,” ucap Alex. Dalam wajahnya terpancar senyuman bahagia
Setelah itu tidak lama kemudian kami bertiga pergi ke sebuah cafe yang tidak jauh dari kampus tempat ini memang sangat ramai terlebih lagi lokasinya yang strategis membuat pengunjungnya tiada henti.
“Silahkan masuk,” ucap ramah seorang pelayan
“Gray kau akan pesan apa?” tanya Selena sambil membuka buku menu makanan di cafe ini. Setelah di pilih-pilih akhirnya aku memutuskan akan memesan apa.
“Carbonara Pasta,” ucap ku
“Baiklah aku juga akan pesan itu,” sahut Selena
“Wah-wah sepertinya kita memiliki selera yang sama ya Selena. Aku juga akan pesan itu,” ucap Alex
“Oke,” ucap Selena
Setelah kami pesan makan tidak perlu menunggu waktu lama hanya 8 menit kemudian pesanan yang kami pesan akhirnya datang. Sambil makan kami juga sedikit berbincang tidak terkecuali membahas laporan tugas akhir memang sepantasnya dibahas semuanya terlihat sangat kesulitan dengan itu. Untungnya kami mendapatkan dosen pembimbing yang budiman ini membuat kami sedikit bisa bernafas lega.
“Padahal sedikit lagi kenapa aku kesulitan sekali kalian seperti itu juga kan?” tanya Selena. Bagaimana pun juga selena adalah orang yang polos dia tidak terlihat mengerikan seperti teman-temannya dan lagi bisa dibilang sangat berbeda jika di bandingkan berdasarkan pemikiran dia terlalu terbuka.
“Begitulah lagi pula semua orang juga merasakan hal yang sama,” ucap ku
“Tapi walau begitu aku sedikit menikmatinya apa kalian juga sama?” tanya Selena
“Tidak sama sekali jujur saja aku ingin ini selesai secepatnya aku sudah muak,” ucap Alex. Terdengar dari ucapannya saja sudah sangat jelas dia frustasi memang benar aku juga merasakan hal yang sama dengan Alex ini bukanlah hal yang mudah cukup untuk membuat seseorang terkena tekanan batin.
“Kau benar tapi bukan berarti kau harus menghindarinya bukan? Lagi pula jika melakukan itu sangat jelas kalau itu pengecut,” ucap ku dengan sedikit tegas. Sudah kuduga reaksi mereka akan seperti itu.
“Wah kau lebih baik jadi motivator saja sana,” ucap Alex sambil meledek ku
“Ya itu masuk akal juga. Semua audiens pasti akan menyukaimu,” ucap Selena
“Aku tidak berpikir seperti itu jadi jangan seenaknya membuat lelucon oke,” ucap diriku kepada mereka berdua. Memang akun tidak terlalu menyukai lelucon yang sedikit sensitif tidak tahu kenapa rasanya diri ini tidak nyaman.
“Baiklah,” ucap Selena
Lagi-lagi waktu berjalan begitu cepat saatnya kami harus kembali ke kediaman masing-masing. Kebetulan hari ini tidak banyak bimbingan jadi bisa pulang dengan cepat. Tapi aku tidak beranjak dari tempat duduk ku di cafe ini dan rasanya masih ingin berada di sini. Berbeda dengan mereka berdua yang langsung pergi begitu saja karena ada hal yang harus mereka kerjakan. Rasanya seperti menjadi diriku kembali. Sejujurnya diriku tidak terlalu menyukai keberadaan yang membuatku terusik rasa tentram lah yang selalu menemaniku mungkin ini memang terdengar sangat membosankan pasalnya memiliki kepribadian yang cenderung tertutup tidak terlalu membuat orang terlihat menyenagkan. Hanya diriku lah yang paham akan semua ini.
Tidak terasa aku terlalu lama berada di sini sudah 4 jam berlalu akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke asrama dan menikmati tugas revisi sangat melelahkan itu lah kenyataan yang sebenarnya sulit untuk ku ungkapkan tapi diriku tidak akan pernah berbohong. Aku tepat berada di depan pintu kamar asrama ku suasananya persis seperti diriku yang tidak terlalu menyukai hal-hal yang kotor semuanya tertata dengan rapi bahkan tetangga sebelah sering kali mengatakan diriku penderita OCD karena perbedaan yang sangat besar. Aku merapikan diriku dan saatnya mengerjakan rutinitasku selain itu aku juga ditemani musik dan segelas ice americano yang tidak lama ku beli ketika pulang dari cafe tadi.

Book Comment (103)

  • avatar
    Tiara Azwa Resize

    500

    22d

      0
  • avatar
    GantengHaidar

    us ke djk

    05/07

      0
  • avatar
    Nursolehah Sahidan

    goodluckkkkkkkk

    02/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters