logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bertemu dokter Juwita

"Tapi gue beneran ga sengaja, lagian siapa sih yang suka ngerem mendadak," Chandra benar benar kesal di buat nya.
"Alah alasan, buktinya tu muka lo merah," kata Aliya memojokkan Chandra.
"Diam lo kutil," sarkas Chandra.
"Kutil kutil gini di sosor juga," balas Aliya tak mau kalah.
Chandra benar benar kesal di buat Aliya, ia memang tak sengaja mendaratkan bibirnya di atas bibir Aliya, namun ia juga tak bisa memungkiri bahwa ada sesuatu yang aneh, terlebih ini pertama kalinya ia mencium seorang wanita.
"Diem lo ya, gue bilang diem ya diem," kesal Chandra berusaha menutup mulut Aliya dengan tangan kirinya.
"Ngelawan lo ya," kesal Aliya berusaha melepaskan bekapan tangan Chandra dari mulutnya.
"Kalau iya mau apa lo?" Chandra kini menantang Aliya.
"Gila lo," kesal Aliya balas memegang tangan Chandra.
"Karena lo," balas Chandra.
Kini mereka benar benar bertengkar seperti seorang anak kecil, mereka bahkan tak segan segan baku hantam dan saling memukul di dalam mobil, sehingga menyebabkan mobil sedikit bergoyang.
Pak Ujang menjadi sedikit kewalahan membawa mobil mereka, karena pergerakan di bangku penumpang benar benar bar bar.
"Nona muda dan tuan muda tolong tenang sedikit, saya sedikit sulit mengendalikan mobilnya," kata pak Ujang mencoba melerai mereka.
"Diam," jawab Aliya dan Chandra serentak, sontak membuat pak Ujang terdiam.
"Giliran gini aja kompak, tadi berantem," gumam pak Ujang namun masih bisa di dengar oleh makhluk yang masih saja bertengkar di belakang.
"Di bilang diam ya diam," kata Chandra dan Aliya serentak, tampaknya kedua orang ini benar benar kompak dalam menyudutkan orang lain.
Pak Ujang memilih untuk menutup mulutnya, dan bersabar untuk mendengarkan kucing dan tikus yang tengah bertengkar. Tampaknya pertengkaran mereka akan awet seperti tadi pagi, dan kini adu mulut itu berlangsung hingga sampai di tempat dokter pribadi khusus Chandra.
Mereka turun dengan borgol yang masih terpasang, mereka tidak berpura pura lagi karena Chandra sudah berada di rumah dokter khusus yang menanganinya.
Sebenarnya Aliya cukup terkejut ketika menyadari mereka berhenti di depan rumah sahabatnya.
Juwita terkejut melihat sahabat nya uang datang bersama dengan pasiennya, yang suka sekali lari lari, dan kabur menghilang ketika jadwalnya.
"Eh Juwita, lo kok bisa di sini waw," sepertinya Aliya mengeluarkan jurus shock_nya.
"Alah ga usah sok shock deh, lo juga sering ke sini biasanya," kata Juwita segera mempersiapkan mereka masuk ke dalam rumah.
"Ya gue biar sok shock gitu, kayak di film film yang suka lo tonton," kata Aliya segera masuk membuat Chandra terseret.
"Gila lo ya, ngapain lo kesini?" Juwita malas memandang sahabat tomboinya ini.
"Nih ngantar ni orang, pasien khusus lo," kata Aliya melirik Chandra yang mengikutinya sejak tadi.
"Lo kira dia tahanan?" Juwita tak habis fikir ketika melirik tangan Aliya dan Chandra yang berada di dalam satu borgol.
"Suka kabur sih, tugas gue ngawal ni orang," Aliya mempersilahkan Chandra duduk, sementara Aliya berdiri di sampingnya.
"Sabar ya, dia emang gitu orangnya," kata Juwita kepada Chandra.
Chandra hanya mengangguk, malas membalas ataupun sekedar menyahuti omongan Juwita yang menanganinya sejak awal.
"Wit lo ga punya makanan gitu? Atau minuman," Aliya tiba tiba meminta minum dan makanan untuknya.
"Minuman bentar lagi di antar bibi, makanan lo ambil sendiri," sahut Juwita, sembari membuka buku pasien.
"Hm tuan Chandra bagaimana? Apa sejak awal pengobatan hingga sekarang ada perubahan?" Juwita kini bersiap untuk menulis di buku pasien khusus Chandra.
"Ada, tadi dia nyosor gue," potong Aliya sontak membuat Chandra seketika menoleh ke arahnya.
"Eh tadi cuman kecelakaan ya," sanggah Chandra memandang Aliya dengan sengit.
"Ya tetap aja, masa kecelakaan sampai lima kali, itu kesengajaan kalau di hukum," kata Aliya dengan pandangan mengejek ke arah Chandra.
Juwita sedikit menggelengkan kepalanya, sungguh kelakuan temannya ini tak pernah berubah, jahil dan suka sekali menggoda orang lain.
"Ya tetap aja tadi itu cuman kecelakaan, pak Ujang hobi rem mendadak," kesal Chandra membuat Juwita tersenyum, karena baru kali ini ia melihat Chandra begitu banyak bicara, meski hanya bertengkar.
"Gila lo ya?" Aliya sungguh tak mau kalah.
"Segila gilanya gue lebih gila elo," Chandra membalasnya tak kalah sengit.
"Udah lah Wit, suntik aja ni orang, pusing gue ngadepinnya," Aliya mengalihkan pandangannya ke arah Juwita yang sejak tadi menjadi penonton setia.
"Eh cil yang ada gue yang pusing," kesal Chandra merubah nama Aliya.
"Cal cil, cal cil, cal cil, potong kambing lo! Diem ga lo kalau ga gue suntik lo," Aliya juga sama tak mau kalahnya.
"Jangan macam macam lo ya," kesal Chandra mulai berdiri menantang Aliya.
Juwita hanya menghela nafas kasarnya melihat sepasang kucing dan tikus tersebut, mereka terus saja bertengkar.
"Sudah ayo kita mulai pemeriksaan nya," akhirnya Juwita menghentikan pertengkaran mereka.
Sepanjang pemeriksaan Aliya sibuk memakan makanan yang di bawa asisten rumah tangga Juwita, sementara Juwita dan Chandra sibuk berbincang bincang mengenai penyakit yang di miliki oleh Chandra.
"Sebenarnya apa yang membuat kamu jatuh hati kepada pacar kamu yang sekarang," Juwita tampaknya memulai sesi diskusinya.
"Sebenarnya dia itu orangnya lembut, dan penyayang, terlebih lagi dia tidak kasar dan perhatian," kata Chandra sedikit melirik Aliya.
Chandra memang mengatakan hal yang sejujurnya, namun juga bermaksud menyinggung Aliya.
"Apa lo liat liat, suka bilang," Aliya tampak nya merasa tersinggung dengan ucapan Chandra di kalimat terakhir.
"Idih kasar banget lo, ga ada ntar yang mau sama lo," kata Chandra kesal.
"Yang mau banyak, tapi ngantri," Aliya tampaknya sangat percaya diri, tapi memang benar banyak yang menyukai Aliya, hanya saja Aliya yang tidak terfikir untuk menjalin hubungan.
"Sebenarnya salah satu cara penyembuhannya adalah membiasakan diri bersama dengan lawan jenis, dan menghindari pertemuan pertemuan serta memutuskan hubungan dengan kelompok tersebut," Juwita mencoba memberi saran kepada pasiennya di akhir pertemuan.
Setelah melakukan pemeriksaan, akhirnya mereka kembali ke kantor, namun sebelum ke sana mereka bersiap untuk makan siang.
"Eh lepasin borgolnya dong, gue mau makan," kata Chandra mencoba membujuk Aliya.
"Makan tinggal makan ribet amat," kata Aliya santai.
"Lo yang ribet, gue kaga," Chandra tak ingin kalah.
"Cerewet lo," balas Aliya.
"Lo yang cerewet," Chandra semakin kesal saja di buat Aliya.
Sesampainya di cafe, mereka segera turun dari mobil, dengan tangan Chandra yang berada di kantong jas, dan tangan Aliya yang ikut berada di sana.
Banyak orang orang yang mengambil gambar untuk mengabadikan momen tersebut, pasalnya Chandra tak pernah sekali pun terlibat dengan berita wanita, meskipun sebenarnya banyak yang menginginkannya.

Book Comment (387)

  • avatar
    khalibkhuzaipah

    lanjuttt...😁

    11/08

      0
  • avatar
    Mei

    Seru sihhh ini

    25/06

      0
  • avatar
    yanaYuli

    seruuuuu😍😍

    12/05

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters