logo
logo-text

Download this book within the app

Pengawalan

Pagi ini Chandra di bangunkan dengan suara keras dari ponselnya, Chandra segera meraih ponselnya dan melihat siapa si penelpon nya pagi pagi begini, seketika Chandra tersenyum melihat si penelpon.
"Selamat pagi sayang," suara laki laki yang sedikit serak dan mesra menyapa di ujung sana.
Ya, laki laki yang berani menelpon di pagi pagi buta itu adalah Brayen, kekasih hati dari Chandra.
Chandra tersenyum mendengar suara tersebut, inilah rutinitasnya saat pagi di telpon terlebih dahulu oleh sang kekasih hati, sebagai alarm untuk bangun pagi.
"Selamat pagi juga sayang," jawab Chandra dengan tak kalah mesra sembari memeluk memeluk sebuah bantal guling.
"Kamu pasti pagi pagi gini belum bangun kan," kata Brayen dengan mesra membuat Chandra semakin tersenyum.
"Iya kan yang bangunin kamu," kata Chandra tak kalah mesra.
Bagaiman mungkin dirinya tidak jatuh cinta terhadap Brayen, jika laki laki itu sangat perhatian dan juga lembut terhadapnya.
"Bagaiman dengan dengan semalam? Terus kita bagaimana? Apa kita akan berhenti di sini?" Brayen terdengar sedikit sedih di ujung sana.
"Sayang, tenang saja soalnya aku akan melakukan segala cara untuk menggagalkan perjodohan konyol ini," jelas Chandra, ia tak ingin kekasihnya salah faham dan bersedih.
"Hm, terus?" Brayen meminta kejelasan kepada Chandra.
"Kamu tenang saja, aku cintanya cuman sama kamu, jadi dia ga akan pernah mampu menggoyahkan kita," Chandra kembali menjelaskan kepada kekasihnya.
"Beneran sayang?" suara Brayen terdengar girang di ujung sana.
Chandra terkekeh mendengar suara kegirangan dari Brayen, baginya hal itu sangat menyenangkan untuk didengar.
"Ya udah kamu mandi dulu gih sana, pasti masih bau iler," lanjut Brayen.
"Iya sayang ini baru mau bangun," terdengar suara Chandra sedikit menguap di telfon.
"Hm, yang bersih," kembali lagi Brayen mengingatkan hal tersebut.
"Hm, sudah dulu ya sayang, i love you," kata Chandra.
"I love you too," kata Brayen sebelum akhirnya menutup telfon tersebut.
Beginilah rutinitas dari Chandra setiap paginya, di bangunkan dan selalu berkabar dengan kekasih hati, hal itu semua semakin membuat Chandra semakin bersemangat.
Chandra kemudian segera bergegas untuk masuk ke kamar mandi, setelah melakukan aktivitas mandinya selama lima belas menit, Chandra kemudian segera bersiap siap memakai semua baju bajunya.
Setelah memakai pakaiannya dengan lengkap Chandra segera mencomot ponselnya kembali, dan bersiap untuk berkabar kembali dengan sang pujaan hati.
Chandra segera membuka aplikasi pengirim pesan, untuk mengirim pesan kepada Brayen.
"Nanti bertemu jam sepulu lewat di cafe biasa, i love you," isi pesan Chandra untuk Brayen.
Tanpa menunggu dari balasan dari kekasihnya, Brayen. Chandra kemudian turun untuk sarapan bersama dengan keluarganya.
Saat berada di tangga ia melihat Aliya yang tengah sarapan bersama dengan kedua orang tuanya, sungguh pagi ini tiba tiba moodnya hilang, senyum yang ada pun tiba tiba luntur.
"Kamu ngapain kesini," kata kata Chandra mengejutkan semua penghuni meja makan pagi ini, sontak saja membuat mereka semua memandang ke arah sumber suara.
"Ya makan lah ngapain lagi coba," kata Aliya santai.
Chandra rasanya kehilangan mood tiba tiba, namun ia tetap mendudukkan dirinya di samping Aliya, dan segera mencomot roti selai milik Aliya.
"Ya roti gue," Aliya tidak terima dengan hal itu, segera merebutnya dari tangan Chandra.
"Terus?" Chandra menantang Aliya yang duduk di sampingnya.
"Ya balikin, lo mau apa coba ngerebut makanan gue," protes Aliya sedikit kesal.
Saat ini jika tidak di hadapan nyonya Mona dan tuan Omer, mungkin saja Aliya sudah mematahkan tangan laki laki yang menyebalkan ini.
"Ya makan lah ngapain lagi coba," kata Chandra santai.
Chandra tersenyum puas karena berhasil membalas kata kata dari Aliya, sontak saja membuat Aliya semakin kesal di buatnya.
"Chandra, udah dulu sayang jangan ngajak berantem," nyonya Mona mencoba melerai kedua orang yang sudah bertunangan tersebut.
"Dia akan menjadi pengawal kamu sampai tiga bulan kedepan, mama harap kalian akan menemukan kecocokan hingga tiga bulan ke depan," lanjut nyonya Mona tersenyum ke arah Chandra dan juga Aliya.
Chandra terkejut mendengarkan kata kata dari nyonya Mona, sungguh ia tak mempercayai hal tersebut, ia di kawal oleh seorang wanita? Di mana harga dirinya sebagai seorang laki laki?
Chandra mengalihkan pandangannya ke arah Aliya, dapat Chandra lihat senyum manis gadis tersebut, namun di mata Chandra senyum itu lebih seperti senyum setan untuknya.
Saat Chandra memandang Aliya, pandangan mata mereka bertemu. Aliya segera menyunggingkan senyum manisnya untuk Chandra, yang sebenarnya itu adalah peringatan tanda bahaya dari Aliya untuk Chandra.
"Welcome to my zone" kata Aliya dalam hati, sembari memandang Chandra dengan penuh kemenangan.
Chandra segera memasukkan roti lapis kacang tersebut, sembari memandang senyum Aliya, jantungnya berpacu dengan cepat, tiba tiba selera makannya hilang, sungguh moodnya benar benar hancur, ketika harus bertemu dengan Aliya pagi ini, terlebih lagi kabar yang di sampaikan oleh nyonya Mona.
"Sepertinya akan susah bertemu dengan Brayen hari ini," Kata Chandra dalam hati, sembari melihat Aliya yang tengah memainkan ponselnya.
Setelah selesai sarapan mereka segera pamit dan menyakini tangan nyonya Mona kemudian tuan Omer.
"Om nanti tolong kirimi apa saja yang boleh dan tidak boleh," kata Aliya sebelum melepas genggaman tangan tuan Omer.
"Ok, tolong jaga Chandra ya, ingat pesan om tadi," kata tuan Omer segera mengusap lembut kepala calon menantunya itu.
"Asiap bos qyu," Aliya segera melangkah menuju mobil mereka.
Chandra mengernyit tidak mengerti dengan percakapan antara Aliya, dan juga tuan Omer, namun Chandra menepis semua hal itu, baginya itu tak masalah karena bukan urusannya.
Chandra segera masuk ke dalam mobil di susul oleh Aliya yang juga masuk dari sebrang sana.
Ketika Aliya masuk ke dalam mobil tersebut, ia terkejut dengan Chandra yang menatapnya dengan pandangan tak suka.
"Lo mau apa sebenarnya?" Chandra memandang Aliya dengan pandangan jengah, karena saat ini Aliya berada tepat di sampingnya.
"Sesuai perjanjian gue bakalan ngawal lo selama tiga bulan," kata Aliya santai dan kembali memainkan ponselnya.
Chandra segera terdiam, ia dapat melihat ekspresi wajah Aliya yang benar benar cuek terhadapnya, bahkan Aliya saat ini tak menganggapnya ada.
Diam diam Chandra tersenyum melihat hal tersebut, ini artinya wanita yang tengah duduk di sampingnya ini bisa di ajak kerja sama.
"Lo main game itu ya? Seru kayaknya," Chandra mulai melakukan pendekatan, berharap gadis itu bisa di ajak kerja sama untuk mengelabui orang tuanya.
Aliya mengangkat alisnya sebelah, lalu memandang Chandra dengan tatapan heran, kemudian kembali lagi ke ponselnya guna melanjutkan permainan yang tertunda tadi.

Book Comment (387)

  • avatar
    khalibkhuzaipah

    lanjuttt...😁

    11/08

      0
  • avatar
    Mei

    Seru sihhh ini

    25/06

      0
  • avatar
    yanaYuli

    seruuuuu😍😍

    12/05

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters