logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Hari pertama

Aliya berbinar mendengarkan kata kata kakeknya, dan segera menggenggam tangan kakek Rio.
"Beneran kek? Boleh?" Aliya tampaknya sangat berharap.
"Et, tapi bohong," kata kakek Rio sembari tersenyum mengejek.
"Kakek tahu kalau kamu memang mengharapkan ini, tapi kamu harus tahu kamu tidak boleh membatalkannya," seru kakek Rio menatap cucunya sinis, kemudian melepaskan genggaman tangan Aliya.
Bukannya kesal Aliya justru tersenyum mendengar kata kata kakek Rio, Aliya kemudian menggenggam kembali tangan kakek Rio.
"Kakek tenang saja Liya yakin kok, kalau memang bukan jodoh pasti ada saja yang akan menghalangi selama tiga bulan ke depan, tapi kalau jodoh ya mau bagaimana lagi, dan satu hal lagi Liya yakin kok kalau kami bukan jodoh."
Kakek Rio mendengus mendengar kata kata dari Aliya, namun ia juga mengangguk menyetujui kata kata Aliya, jika mereka memang bukan jodoh pasti akan ada ada saja yang menghalangi mereka.
Namun kakek Rio juga harus bersyukur setidaknya Aliya bersedia menerima perjodohan ini, meskipun kedepannya ia tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
................
Pagi ini Aliya bangun pagi pagi sekali, Aliya berencana untuk datang ke rumah Chandra, ini hari pertamanya menjalankan tugasnya sebagai pengawal dan juga calon istri dari Chandra Kostak.
Aliya memang di latih sebagai seorang prajurit, bahkan mandi dan berpakaian ia hanya butuh waktu lima belas menit, termasuk mengenakan skin care dan juga sunblock.
Setelah bersiap siap Aliya segera sarapan, tampaknya kakek Rio masih tidur, hingga tidak ikut untuk sarapan pagi ini.
Aliya kini sudah memanaskan motor sport nya, kebetulan sekali ia memang suka mengenakan motor, jika akan pergi latihan.
Aliya segera melajukan motor sport nya menuju rumah Chandra, ia tampak begitu tomboi dengan hal itu.
Saat berada di persimpangan jalan Aliya membuka sedikit kaca helm nya, seorang polisi tiba tiba datang dan menanyakan sim Aliya, karena saat ini Aliya sedikit keluar dari line berhenti khusus motor.
"Seorang wanita?" tampaknya polisi itu tak percaya karena Aliya tampak seperti laki laki.
Aliya segera membuka helmnya, dan menampakkan wajah cantiknya, beberapa laki laki terkesima melihat wajah Aliya, belum lagi motornya yang ia kenakan memang lebih pantas untuk laki laki.
Saat melihat tanda pengenal Aliya, polisi itu segera mundur, karena ternyata ia adalah seorang colonel.
"Maaf, silahkan maju lagi sedikit, anda sedikit keluar dari line khusus motor," polisi tersebut segera mengembalikan identitas Aliya.
"Ah iya terimakasih," Aliya segera menyimpan tanda pengenalnya dan mengenakan helm, kemudian memajukan motornya.
Kini Aliya telah sampai di halaman rumah Chandra, bahkan ia hanya butuh waktu empat puluh lima menit, termasuk pemberhentian di perempatan jalan tadi, karena memang Aliya melaju dengan kecepatan tinggi.
"Halo jadwalkan kembali latihan, aku hanya bisa melatih di hari Minggu, dan di malam hari," Aliya segera menutup telfonnya dan berjalan menuju pintu rumah Chandra, bersiap untuk mengetuk pintu.
Tok, tok, tok.
Setelah beberapa kali mengetuk, akhirnya seorang wanita membuka pintu utama tersebut.
"Selamat pagi tante," sapa Aliya kemudian menyalami tangan nyonya Mona.
"Pagi masuk sayang," kata nyonya Mona merangkul Aliya untuk segera masuk ke dalam rumah.
Nyonya Mona mengajak Aliya segera menuju ruang makan, agar sarapan bersama. Nyonya Mona sangat bahagia mendapati calon menantunya yang datang pagi pagi sekali.
"Pagi om," sapa Aliya ketika memasuki ruang makan.
"Pagi sayang udah datang? Ayo duduk," sapa tuan Omer, tersenyum ketika melihat calon menantunya datang.
Nyonya Mona segera mempersilahkan Aliya untuk duduk, Aliya pun segera duduk di hadapan nyonya Mona.
Aliya terlihat tersenyum sangat cerah, seolah ia akan menjalani hari hari yang sangat baik, padahal sudah banyak rencana yang difikirkan di otaknya.
"Sayang ayo makan dulu," kata nyonya Mona menyodorkan piring ke arah Aliya.
Aliya tersenyum, tiba tiba mengingat ibunya yang dulu akan sangat memanjakannya, meski dia sendiri dulu sangat tidak suka, namun entah kenapa hari ini, melihat perlakuan nyonya Mona, tiba tiba ia merindukan hal itu.
"Kalau nunggu Chandra akan lama lagi sayang, dia memang gitu," lanjut nyonya Mona tiba tiba membuyarkan lamunan Aliya.
"Ah, maaf tante saya sudah sarapan tadi," Aliya sedikit tidak enak menolaknya, namun ia juga masih kenyang karena memang sudah sarapan.
"Hm, makan roti aja deh, biar tambah semangat," ujar Aliya kembali, karena tak enak menolak nyonya Mona.
"Iya sayang ini rotinya, kamu sama kayak Chandra aja," kata nyonya Mona tersenyum sembari memberikan Aliya roti tawar.
Aliya segera mencomot roti tawar dan mengolesinya dengan selai kacang.
"Ah, maaf sebelumnya om kan Aliya di sini sebagai pengawal dari kak Chandra, tapi semuanya mengikuti arahan dari om," kata Aliya sembari memakan roti yang baru saja di buat tadi.
Mendengar kata kata dari Aliya, tuan Omer sungguh sangat senang, sepertinya mulai sekarang anaknya akan menjadi lebih sering ke psikiater.
"Nah setelah selesai rapat pagi ini, kalian langsung saja ke psikiater, kalau perlu paksa si Chandra, dia itu suka sekali bolos dari jadwal pemeriksaan," kata tuan Omer sembari tersenyum.
"Hm, jadwalnya jam berapa om? Biar Liya catat," kata Aliya mengeluarkan ponselnya untuk mencatat jadwal.
"Jam sepuluh, paling kalau lewat lewat dikit doang," Jawab tuan Omer tersenyum.
Aliya mangut mangut, sembari menyetel jam peringatan, agar dirinya tidak lupa.
"Oh ya, jangan sampai dia bertemu dengan laki laki itu, tolong ya Aliya," kata tuan Omer, tampak jelas wajahnya terpancar jelas kesedihan di sana.
"Iya om, tenang aja," kata Aliya berusaha menghibur tuan Omer.
"Tapi om ngomong ngomong cowok ya yang mana ya? Kan aneh kalau Aliya main curiga curiga aja," kata Aliya sedikit terkekeh.
"Ah yang ini," tuan Omer segera mengeluarkan foto dua orang laki laki yang nampak tengah saling merangkul.
Tampak jelas wajah tersenyum bahagia dari Chandra, dengan seorang laki laki. Aliya sedikit bergidik saat melihat hal itu, ia sedikit merinding, setelah sekian lama ia bergaul dengan banyak laki laki, tak pernah Aliya melihat hal seperti itu.
"Kamu ngapain kesini," suara seorang laki laki dengan nada berat mengejutkan semua penghuni meja makan pagi ini, sontak saja membuat mereka semua memandang ke arah sumber suara.
"Ya makan lah ngapain lagi coba," kata Aliya santai.
Chandra rasanya kehilangan mood tiba tiba, namun ia tetap mendudukkan dirinya di samping Aliya, dan segera mencomot roti selai milik Aliya.
"Ya roti gue," Aliya tidak terima dengan hal itu, segera merebutnya dari tangan Chandra.

Book Comment (387)

  • avatar
    khalibkhuzaipah

    lanjuttt...😁

    11/08

      0
  • avatar
    Mei

    Seru sihhh ini

    25/06

      0
  • avatar
    yanaYuli

    seruuuuu😍😍

    12/05

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters