logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

HUKUMAN UNTUK XABIRU

Nara tiba di kediaman keluarga Smith, dia yang sepertinya sudah terbiasa mampir ke rumah ini, terlihat biasa saja. Rumah tiga lantai dan terdapat taman yang cukup luas, ya tidak heran jika pemiliknya pun seorang pengusaha sukses.
Sementara Xabiru bersungut-sungut di dalam mobil tapi, Naraya sudah masuk ke dalam rumah terlebih dahulu. Dia tidak mengerti kenapa Danu menyuruhnya untuk datang ke rumah ini. Bukankah masalah kantor bisa di selesaikan di kantor juga. Tapi dia tahu ada sesuatu yang cukup penting yang akan di sampaikan.
Tiba di depan pintu, belum sempat Nara menekan bel seorang pembantu rumah tangga sudah terlebih dahulu menghampirinya dengan senyum ramah, persis seperti pada seorang majikan.
“Non Nara, ayo masuk tuan sudah menunggu di dalam.” Nara tersenyum pada wanita paruh baya itu, lalu dia mengangguk dan melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah.
Baru saja ART itu ikut menyusul Nara, suara Biru menginterupsi hingga membuat wanita yang kerap di panggil Bibi itu menghentikan langkahnya.
“Bibi.” Dia menoleh ke belakang lalu berbalik dan membungkukkan punggungnya untuk menyapa anak majikannya itu.
“Aden, ada apa?” tanyanya dengan sopan, lain hal dengan wajah Biru yang entah bagimana bentuknya. Marah, jengkel, kesal semua bercampur aduk. Mungkin jika secara kasat mata, rambut Biru sudah keriting semua sekarang.
“Ngapain sopan sama wanita itu!” ucapnya dengan nada marah, sebenarnya tidak marah pada Bibi hanya saja aura-aura kejengkelannya masih terasa hingga sekarang.
“Tapi Tuan yang memerintahkan saya Aden.” Kening Biru mengerut, jika Papi yang meminta berarti Nara sudah sering kemari dan bahkan ART pun mengenalinya.
“Dia sering ke sini?” Raut kemarahannya semakin jelas terlihat, ketika Bibi menganggukkan kepalanya. Dan Biru paham sekarang.
Ini tidak bisa dibiarkan, sepertinya Nara sudah terlalu jauh melangkah dan untuk itu dia tidak akan memberikan celah untuk wanita itu merusak keharmonisan keluarga Smith. Tidak akan.
Wanita paruh baya itu kebingungan ketika Biru melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah dan meninggalkan dia begitu saja. Tadi dia yang memanggil dan sekarang dia pula yang meninggalkannya.
Nara melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga, tempat biasa semua orang berkumpul. Dia benar-benar sudah hapal seluk beluk rumah ini, tanpa terkecuali.
“Selamat siang Tuan dan Nyonya Smith.” Suara ramahnya mengagetkan sepasang suami istri yang tampak asyik dengan tayangan televisi, sontak mereka menatap ke asal suara.
“Oh astaga. Nara, kamu sudah sampai?” Wanita cantik berpenampilan high class itu berdiri dari duduknya dan langsung menghampiri Nara yang berdiri tidak jauh dari mereka.
Tanpa aba-aba atau peringatan dia memeluk Nara dengan erat, bahkan Danu yang melihatnya sampai geleng-geleng kepala.
“Apa kabar kamu? Sudah lama tidak mampir ke sini.” Wanita itu mengurai pelukannya, dia menatap wajah Nara yang di hiasi dengan senyum manis lalu kembali memeluknya.
Nara sendiri sampai gelagapan karena ulah istri dari Danu itu.
Dia Nyonya Diana Smith, yang berarti ibu Xabiru.
“Baik Tante,” jawab Nara sambil membalas pelukan Dian dengan mengusap punggungnya.
Jujur, ketika pertama kali Nara bertemu dengan Dian dia seperti bertemu sosok wanita yang benar-benar memiliki figure seorang Ibu. Pertemuan pertama mereka di kantor, dan Dian sendiripun merasa sangat menyukai Nara bahkan pada pandangan pertama. Dan sejak saat itu keduanya menjadi sedekat ini.
“Tante apa kabar?” Nara mengurai pelukan mereka, lalu melirik Danu yang hanya bisa menggelengkan kepalanya beberapa kali.
Ya, jika sudah bertemu Nara maka akan di pastikan dia seperti penjaga nyamuk.
“Baik dong. Kamu saja yang jarang mampir ke sini lagi.” Diana mengusap lengan Nara dengan lembut, dan itu membuat Nara sendiri sangat nyaman.
Nara tertawa kecil, lalu dia mengikuti langkah Dian yang menuntunnya untuk duduk di sofa. Dan lihatlah, Danu hanya bisa berdiri memperhatikan mereka.
“Iya Tante, akhir-akhir ini banyak sekali pekerjaan di kantor.” Seketika tatapan Diana berubah, dan langsung menatap Danu yang berdiri di samping sofa dengan tajam.
Merasa dirinya di tatap dengan sengit, Danu yang paham langsung mengangkat kedua tangannya seolah mengatakan, ‘bukan aku bukan aku.’
“Pi, kan Mami sudah bilang jangan kasih Nara banyak pekerjaan. Lihat sekarang dia jadi jarang bertemu Mami kan.” Danu meneguk salivanya dengan susah payah, akan berat urusannya jika istrinya sudah mengomel.
“Bukan Papi loh ya Mi, yang menjadi CEO sekarang siapa? Xabiru.” Danu mencari jalan aman, akan terkesan aneh jika sampai istrinya itu memelintir telinganya di depan Nara.
Diana mendengus kesal, lagi-lagi anak petakilan itu membuat masalah.
“Bukan Tante. Nara Cuma ngerasa bosan di apartemen. Jadi lebih baik menyibukkan diri dengan pekerjaan.” Danu bernafas dengan lega ketika Nara memberikan pembelaan terhadapnya. Jika Biru yang ada di posisi Nara sekarang, anak itu pasti akan semakin menyudutkannya.
Tatapan Dian melembut, dia menghela nafas lalu mengusap dengkul wanita itu.
“Jangan terlalu diporsir Nara, kamu juga harus memikirkan kesehatanmu loh ya.” Nara menganggukkan kepala sambil tersenyum, Dian benar-benar seperti Ibu kandungnya sekarang. Jadi tidak heran jika dia tak merindukan keluarganya, karena kehidupannya sekarang dia benar-benar menemukan kebahagiaan yang komplit.
Entahlah, Nara harus bersyukur di balik masalah berat yang dia alami. Ketika hidupnya hancur dan keluarganya membuang dia, dia menemukan hadiah yang benar-benar sempurna baginya.
Di tengah obrolan ringan mereka tiba-tiba Biru datang dengan langkah tergesa-gesa persis seperti orang yang ingin melabrak orang lain. Sampai-sampai Danu kebingungan di buatnya.
“Mami,” panggilnya dengan wajah marah sambil berkacak pinggang, dia memang tidak akan membiarkan wanita itu mengacau kehidupan romantis Mami dan Papinya.
Pokoknya semua kebusukan Nara harus dia bongkar hari ini, agar wanita itu tahu rasa dan mengenali orang yang berhadapan dengannya.
“Kamu ini kenapa. Datang-datang seperti orang kesurupan!” ucap Diana dengan jengkel, lalu kembali tersenyum saat menatap Nara. Seperti biasa dia akan mengabaikan putranya itu.
“Bi, mending kamu jangan di sini deh dari pada di amuk Mami,” bisik Danu dengan pelan berniat untuk menyelamatkan putranya itu, tapi bodohnya Biru masih tetap dengan pendiriannya.
“Enggak Pi. Mami harus tahu semuanya. Dan aku yakin Papi sudah bersekongkol dengan wanita itu,” ucapnya dengan menggebu-gebu, dan benar saja emosinya sudah di ujung tanduk sekarang.
Danu berdecak kesal, anak ini memang susah diberitahu kena amukan singa betina tahu rasa.
“Ck dasar keras kepala,” gumamnya sambil menjauhkan diri dari Biru dan duduk di sofa karena sekarang Dian sudah menatap sengit pada putranya itu.
Dian berdiri, menghampiri Biru yang masih di selimuti amarah mendalam.
“Maksud kamu apa?” Biru merasa senang sekarang karena Dian meresponnya denga baik dan ini saatnya dia membuka kedok wanita buruk itu. Sekilas Biru melirik Nara yang terlihat sangat santai, dia berdecak dalam hati.
‘Sial! Kenapa dia tidak panik sih.’ Dia selalu saja kesal dengan ekspresi wanita itu, tidak pernah takut pada apapun.
“Mi dia,” tunjuknya pada Nara yang masih duduk dengan santai sambil memperhatikan dia dengan seksama. Menunggu apa yang ingin dilakukan pria itu padanya.
“Dia itu wanita murahan yang berniat menghancurkan keluarga kita. Dia itu selingkuhan Papi Mi.”
‘Selamat menikmati dendamku Pak Ray Smith.’ Nara tersenyum puas, hanya dalam satu tarikan nafas dia akan benar-benar menang.
Plak!
Bersamaan dengan suara tamparan itu terdengar tawa sinis dari bibir Nara. Dia benar-benar menikmati ini. Langsung emosi Xabiru semkain tersulut ketika pipinya benar-benar panas.
“Mi! Dia itu wanita murahan Mi!”
Sejenak terjadi hening di antara mereka, sementara Danu hanya sebagai penonton dia tidak akan mau membantu anak itu. Siapa suruh menjadi anak keras kepala, dapat semburan mautkan.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
“Kamu ya! Siapa yang ngajarin kamu jadi anak yang tidak sopan seperti ini. Siapa!”
“Aaa Mami sakit Mi sakit. Mi sakit-”
Mendengar suara jeritan itu spontan Nara menoleh ke belakang dan mendapati pertempuran antara Dian bersama Xabiru. Telinga pria itu dipelintir oleh ibunya, bahkan tidak ada tanda-tanda berhenti karena sekarang Biru semakin menjerit.
“Mami sakit!” pekiknya, ini adalah hal yang paling dihindari Biru. Karena jeweran sang Ibu benar-benar menyakitkan.
“Siapa suruh kamu berbicara sembarangan tentang Nara ha! Mulut kamu ini pun sepertinya harus di beri pelajaran!” Tidak hanya telinganya yang di pelintir tapi bibir Biru pun ikut menjadi sasaran, hingga pria itu hanya bisa menggumam tidak jelas.
“Kemarin juga kamu mengatai Nara dengan hal buruk kan! Kamu membuat dia menangiskan!” Melihat kemarahan istrinya yang semakin menggila, Danu menggelengkan kepalanya. Jika tidak menghentikan mereka sekarang maka perangnya akan berlanjut sampai besok.
“Mi sudah Mi. kasihan Biru, malu ada Nara juga.” Danu menyentuh lengan Dian dan mengusapnya, berusaha menenangkan agar kegaduhan ini berhenti.
“Papi belain dia?! Anak bandel ini tidak perlu dibela Pi!”
‘Aish salah lagi.’
“Bukan Mi, biar Papi yang memberi hukuman. Sudah sudah.” Danu menarik tangan istrinya agar menjauh dari sana, dan terlihatlah bibir dan telinga Xabiru yang benar-benar memerah.
“Kamu, sekali lagi mengatai Nara yang tidak-tidak berurusan dengan Mami!” tunjuk Dian pada putranya itu. Dia benar-benar kesal, Dian bersikap seperti ini bukan karena benci pada Biru. Hanya saja anak ini perlu diberi pelajaran agar tidak sembarangan berbicara.
Suasana menjadi tenang kembali, Danu yang berhasil menenangkan istrinya dan Biru yang masih merengut karena bibir dan telinganya masih nyut-nyutan. Sementara Nara, dia tersenyum senang.
Wanita itu melirik Biru sekilas, lalu menyunggingkan bibirnya seperti tengah menantang pria itu, dan Xabiru menyadari hal itu. Dia bersumpah akan membuat Nara menyesal setelah ini, dia tidak akan membiarkan wanita itu menang, sekaligus dia harus membalaskan rasa malunya.
***

Book Comment (313)

  • avatar
    Imagirl

    good novel, dah gak bisa berword" lagi saya. 👍🤩

    04/04/2022

      0
  • avatar
    RosdianaDian

    bagus

    06/08

      0
  • avatar
    PutriAnisa

    alur nya bagus tidak membosan kan

    19/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters