logo
logo-text

Download this book within the app

bab 8

KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN
BAB 8
"Tolong kabari saya segera ya Mas, kalau Mas Toni sudah mengetahui keberadaan Mas Anam. "
"Pasti Mbak, saya pasti akan kabari Mbak Riri kalau sudah tahu dimana Anam berada, kalau gitu saya permisi, yang sabar ya Mbak," ucap Mas Toni dan setelahnya ia berlalu.
"Mas Anam, dimana kamu, Mas... "
"Sabar Ri, Mas Anam pasti ketemu, lagian dia kan udah bukan anak kecil lagi, pasti dia akan pulang kok, " ucap Citra berusaha menenangkanku.
"Makasih ya Cit. Eh ngomong-ngomong kita jadi kelamaan di jalan nih, ya udah ayo kita segera ke pabrik."
"Ya ampun aku sampai lupa karena terlalu fokus sama kamu, tapi kamu gak papa kan? "
"Aku udah gak papa kok Cit, yaudah ayo nanti kesiangan."
Aku dan Citra pun akhirnya kembali berjalan menuju pabrik. Sesampainya disana kami segera menuju tempat pengambilan seragam, tapi ternyata begitu sampai tepat itu, si petugas pemberi seragam sedang tidak ada.
"Gak ada orang Ri. "
"Hmm ya mau gimana, kita tunggu saja, mungkin orangnya lagi ke toilet. "
Aku dan Citra menunggu sembari mengobrol, hanya obrolan ringan saja, dengan celotehan has nya Citra yang periang, bisa sedikit menghilangkan rasa sedih akibat masalah yang beberapa kali datang dalam hidupku termasuk masalah hilangnya Mas Anam.
Cukup lama aku dan Citra berbincang hingga tak terasa sudah hampir satu jam kami menunggu kedatangan sang petugas pemberi seragam itu, sudah lelah kami menunggu tapi yang bersangkutan belum juga menampakkan batang hidungnya.
"Ri, ngomong-ngomong ini orang yang kita tunggu kenapa belum datang juga ya," ucap Citra padaku
"Iya nih, Cit, kok belum datang juga ya, ini udah satu jam lho. "
"Coba deh aku tanya lagi ke resepsionis, soalnya kalau cuma ke toilet gak mungkin selama itu, kamu tunggu disini ya," lantas Citra pun meninggalkan ku sendiri di ruangan yang memang dikhususkan untuk pengambilan baju seragam.
Cukup lama aku menunggu kedatangan Citra, karena memang letak resepsionis ada di lantai satu, sementara ruangan yang ku singgahi ini ada di lantai lima.
"Riri? Sedang apa kamu disini? " ucap seseorang padaku, lalu aku pun menolehkan kepalaku ke arah suara tersebut, cukup terkejut karena yang barusan saja memanggilku ternyata Bagas, suami dari Lintang.
"Bagas? Sedang apa kamu disini? "
"Aku nanya kamu kok kamu malah nanya balik, kalau aku disini ya sedang kerja, apa kamu gak lihat aku pakai seragam kerja? "
"Kamu? Kerja disini juga? Sebagai apa? "
"Sebagai staff HRD lah secara lulusan ku kan D3, dan tugasku sekarang ya membagikan seragam kerja dan mendata siapa saja yang sudah mendapatkan seragam kerja itu, lalu kamu sendiri ngapain kesini? Oh kamu juga mau ambil seragam kerja ya? Pasti jabatannya juga jadi OG karena yah memang hanya itu sih yang pantas untukmu," ucap Bagas sembari senyum mengejek kearahku.
Bagas ini sebelas duabelas sama Lintang, memang benar ternyata, pasangan itu cerminan diri, Lintang yang angkuh dan sok kaya itu sama halnya juga dengan Bagas, dia angkuh dan sok, padahal dia disini juga bekerja sebagai bawahan saja, tapi sombongnya udah ngalahin bosnya sendiri, kalau aku yang jadi boss nya udah kupastikan orang seperti si Bagas ini aku pecat.
"Ya ampun aku ini ngelamunin apa sih, mau kayak apa si Bagas juga bukan urusanku, urusanku segera ambil seragam dan pulang, " gumamku dalam hati.
"Heh, ditanya kok malah bengong, kamu mau ambil seragam juga? " ucapan Bagas membuyarkan lamunanku.
"Iya, mana baju seragam punya ku dan Citra, cepat berikan karena aku mau segera pulang," ucapku dengan malas pada Bagas.
"Eits nanti dulu, ada syaratnya dong. "
"Syarat? Syarat apa? Perasaan ambil seragam gratis deh, gak dipungut biaya. "
"Kamu pikir di dunia ini ada yang gratis? Kamu bisa kok gak bayar pake uang tapi... " Bagas menjeda ucapannya yang membuatku semakin penasaran.
"Tapi apa? "
"Tapi cium aku dulu, nanti aku kasih bajunya secara cuma-cuma," ucap Bagas sembari tersenyum mesum kearahku, ucapan Bagas sontak membuat mataku membelalak.
"Kurang ajar sekali dia, aku ini kan kakak iparnya, beraninya dia merayuku," batinku geram.
"Gak usah ngaco deh kamu, aku ini Kakak iparmu. "
"Alah, kakak ipar tiri aja kok, Mas Anam dan Lintang kan hanya saudara tiri jadi sah-sah aja dong jika kamu sama aku berhubungan."
"Gak usah ngaco kamu! Apa kamu gak malu merayuku seperti itu? "
"Alah Ri, gak usah munafik deh, aku tau kamu butuh itu, secara kamu sudah ditinggal lama sama Mas Anam, dan lagi sekarang Mas Anam gak bisa dihubungi kan? "
"Tau darimana kamu? "
"Semua orang juga tau, suamimu itu udah ninggalin kamu, dan daripada kamu capek-capek kerja, mendingan kamu jadi simpanan ku saja, lagian gak usah sok suci, kabar kamu seorang simpanan juga sudah beredar. "
"Bren*sek! Jangan asal bicara kau Bagas, aku bukan perempuan seperti itu!" hardikku pada Bagas.
"Alah Ri gak usah ngeles, sekarang logikanya saja, mana ada orang ngasih ini dan itu mana banyak banget sampai-sampai semua hutangmu jua dibayarkan kalau tidak ada imbalannya? Apalagi yang bisa kamu berikan sama orang itu selain tubuhmu? Jadi gak usah munafik deh. "
Aku terdiam atas ucapan Bagas, memang benar bahwa di dunia ini tidak ada yang gratis tapi tuduhan bahwa aku menukar dengan tubuhku tidaklah benar, bahkan hingga saat ini pun orang itu tidak meminta apapun padaku.
"Kenapa diam? Apa yang aku ucapkan benar kan? Kau munafik Ri, semua orang itu butuh duit, lihatlah hidupmu sungguh menyedihkan, apa kamu mau terus-terusan dihina miskin? Kamu itu cantik Ri, tapi kau tidak merawatnya, ya, aku tahu bagaimana kau mau merawatnya jika uang saja kau tak punya, makanya aku menawarkan kau jadi simpananku saja, dengan begitu kau tidak perlu bekerja lagi, aku akan rutin tiap bulan memberimu uang, hanya saja kau harus memberikan service terbaik untukku, " Bagas berjalan mendekatiku dan tiba-tiba saja tangannya berada di pundakku dan mengelusnya.
Sontak saja aku terkejut hingga tanpa aba-aba lagi aku meludahi wajah Bagas, dan tepat sasaran, air liurku seketika itu mendarat dengan mulus di wajah Bagas yang menjijikkan itu.
"Cuih, jangan kegeeran kamu Bagas, bahkan jika aku menjadi orang termiskin di dunia sekalipun tak akan pernah aku menjual tubuh dan cintaku demi orang sepertimu, camkan itu! " tegas kepada Bagas. Kini wajah Bagas sudah memerah antara marah dan malu, tangannya mengepal dan seperti bersiap-siap ingin menerkamku.
"Kurang ajar kau Ri, beraninya meludahi wajahku, kau pikir kau itu cantik ha! "
"Lalu kalau aku tak cantik kenapa kau merayuku, apa kau sudah tidak laku lagi sehingga kakak iparmu pun kau rayu? Memalukan! "
"Jangan sombong kau Ri, bahkan sepuluh kali wanita sepertimu bisa kudapatkan! "
"Terserah aku tak peduli, mau sepuluh kek mau seratus sekalipun aku tak peduli, dan aku kesini hanya ingin mengambil seragam, berikan seragam itu dua buah karena aku kemari bersama Citra. "
"Kau kira kau bos disini seenaknya memerintahku? "
"Lho, tugasmu yang membagikan seragam ini kan? Atau mau kulaporkan kelakuanmu pada atasan mu bahwa kau merayu karyawan baru hanya untuk pengambilan sebuah seragam yang seharusnya gratis itu ha! Baik kalau itu maumu, biar aku temui atasanmu sekarang juga! "
Saat aku berbalik badan hendak meninggalkan Bagas, Bagas pun kembali memanggil namaku.
"Tunggu Ri, jangan lapor, ini seragammu dan temanmu, sekarang kau boleh pulang. "
"Nah gitu dong dari tadi, kan gak perlu repot-repot adu otot, " ucapku sembari tersenyum, " oke kalau gitu makasih ya, aku pulang dulu, " lanjutku lagi. Tapi belum sempat aku keluar ruangan, Citra sudah datang dan menghampiriku.
"Riri orangnya udah datang belum? " tanya Citra.
"Udah, nih seragamnya, ayo kita pulang. "
"Lho itu kan adik iparmu? " ucap Citra yang melihat Bagas.
"Iya, dia petugas pembagi seragam, sekarang aku udah dapat, ayo pulan," ucapku sembari menggamit lengan sahabatku itu.

Book Comment (104)

  • avatar
    Lan Lan

    nice

    10d

      0
  • avatar
    Riandi

    bagus

    08/08

      0
  • avatar
    NaimAinun

    ceritanyabagus

    06/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters