logo
logo-text

Download this book within the app

bab 7

KETIKA SI MISKIN YANG DIHINA MENJADI JUTAWAN
BAB 7
"Waalaikumsalam, " aku tidak bisa mengatakan apapun selain membalas salam dari Bu Emi, karena jujur sampai saat ini aku masih bingung, siapa sebenarnya orang itu, belakangan ini memang seperti banyak sekali malaikat penolong di hidupku.
***
Hari ini jadwal aku dan Citra mengambil seragam kerja dipabrik, pagi-pagi sekali aku sudah bersiap karena takut akan terlambat, yah meskipun jam pengambilan baju kerjanya bebas sih, tapi untuk kesan pertama aku tak mau terlihat seperti malas-malasan, itulah sebabnya aku mengajak Citra untuk mengambilnya pagi.
Sebelum berangkat tentu saja aku berpamitan dengan Zahra terlebih dahulu.
"Zahra Sayang, Ibu mau ke pabrik dulu ya, kamu di rumah sama Nenek Tiar, jangan nakal ya, doakan Ibu diberi keselamatan dan kemudahan dalam bekerja."
"Iya ,Bu, Ibu kerja buat bayar uang masuk sekolah Zahra ya?"
"Oh iya, Ibu lupa, Ibu belum cerita sama Zahra ya, soal sekolah Zahra sudah bisa masui sekolah minggu depan, Nak, ada orang baik yang mendaftarkan kamu di sekolah itu," ucapku sembari mengelus surai Zahra.
"Yang bener, Bu! " pekik Zahra kegirangan dengan kabar yang kuberikan.
"Benar dong Sayang, memangnya pernah Ibu berbohong sama Zahra? "
"Nggak, Bu," Zahra menjawabku sembari tertawa, menampilkan deretan giginya yang ompong.
"Ya Sudah, Ibu pamit kerja dulu ya, sebentar lagi Nenek Tiar akan datang, Ibu perginya sama tante Citra. "
"Iya Bu, Ibu hati-hati ya, " ucap Zahra dan kujawab dengan seulas senyum di bibirku.
***
"Kamu kenapa Ri? Kok kelihatan lagi kayak ada masalah gitu? Coba cerita, mana tau aku bisa kasih solusi," tanya Citra padaku saat kami berjalan menuju pabrik.
"Aku lagi bingung Cit. "
"Bingung kenapa? "
"Kamu masih ingat kan pria yang tempo hari ngasih aku sembako banyak banget, nah beberapa hari kemudian dia datang lagi dan memberikan amplop yang ternyata isinya uang sebesar Lima juta rupiah Cit, terus kemarin tiba-tiba saja ada orang mengaku dari Tk Ceria datang ke rumah, terus dia nyuruh aku isi formulir data siswa, katanya ada seorang pria yang ngaku kakeknya Zahra, daftarim Zahra masuk ke sekolah Tk itu Cit, tapi kamu kan tahu, kakek nya Zahra itu sudah lama almarhum. "
"Jangan-jangan suami kamu lagi Ri. "
"Maksud kamu Mas Anam? "
"Ya Iya Mas Anam, memangnya suami kamu ada berapa? "
"Hehe, tapi Cit apa iya Mas Anam ya? Tapi dia ngapain sembunyi -sembunyi kalau memang benar itu dia? "
"Ya mungkin saja mau bikin kejutan buat kamu kali, kan banyak tuh aku sering baca cerita di grup penulis yang isinya si suami menghilang eh pulang-pulang udah jadi jutawan, mana tau kamu suami kamu begitu juga. "
"Ah masa iya sih Cit? Jangan ngaco kamu ah. "
"Ya kali aja Ri, lagian coba pikir siapa yang mau kasih kamu begitu banyak barang, ngasih uang cuma-cuma, bayarin hutang sama masukim sekolah anakmu, pasti itu semua ulah suamimu. "
"Masa iya sih itu semua Mas Anam yang lakuin, tapi untuk apa Mas Anam melakukan itu semua? Bukankah dia bisa langsung mnemuiku dan memberiku tanpa harus bermain teka-teki seperti ini, " gumamku dalam hati.
"Mbak Riri? " saat aku dan Citra akan sampai di pabrik, tiba-tiba saja ada yang memanggilku.
"Mas Toni? Kok sudah pulang? " tanyaku pada Toni, di adalah teman satu kerjaan sama Mas Anam, bahkan dulu berangkatnya juga bersamaan.
"Iya Mbak, saya udah kangen sama anak istri, jadinya pulang, ngomong-ngomong gimana kabar Mas Anam? "
"Mas Anam? Kabar? Lho kok tanya saya? Bukannya Mas Anam masih di kota?"
"Lho, Mas Anam sudah pamit pulang empat bulan yang lalu Mbak, katanya udah kangen banget sama mbak dan juga Zahra, makanya dia memutuskan buat pulang kampung. "
Degh, bagaimana bisa, lalu kemana Mas Anam kalau dia beneran pamit pulang kampung tapi nyatanya Mas Anam sama sekali belum pulang, lalu kemana suamiku itu, lemas rasanya tubuh ini mendengar berita yang disampaikan oleh Mas Toni.
"Riri, kamu gak papa? " tanya Citra sembari memapahku.
"Citra, kalau Mas Anam pamit pulang tapi nyatanya gak pulang, lalu dia kemana? Dan lagi nomor handphone nya tidak bisa dihubungi lagi, ya Allah Mas Anam, kemana kamu Mas, " ucapku dengan tubuh masih di pegang oleh Citra, luruhlah sudah airmataku, aku tak bisa menahan kesedihan yang teramat akibat kehilangan suamiku, kini aku tak tau ia kemana, sudah empat bulan kami tidak berkabar, karena awalnya aku mengira ponsel Mas Anam sedang rusak, tapi kenyataannya Mas Toni membawa berita yang tak pernah kukira sebelumnya.
"Kamu yang sabar Mbak Riri, nanti aku coba cari tahu, aku tanyakan ke teman-teman, siapa tau ada yang mengetahui dimana Anam berada," ujar Toni, ucapannya sedikit memberikan angin segar bagiku.
"Tolong kabari saya segera ya Mas, kalau Mas Toni sudah mengetahui keberadaan Mas Anam. "
"Pasti Mbak, saya pasti akan kabari Mbak Riri kalau sudah tahu dimana Anam berada, kalau gitu saya permisi, yang sabar ya Mbak," ucap Mas Toni dan setelahnya ia berlalu.
"Mas Anam, dimana kamu, Mas... "
"Sabar Ri, nanti kita cari sama-sama. "
"Tapi mau dicari kemana Cit? Aku tidak tahu dimana Mas Anam berada. "
"Ri, jangan-jangan benar apa yang kukatakan tadi tentang suamimu yang ternyata ngasih semua itu sama kamu."
Aku sedikit termenung, dan mencerna baik-baik apa yang Citra katakan.
"Apa iya itu adalah Mas Anam? "

Book Comment (104)

  • avatar
    Lan Lan

    nice

    10d

      0
  • avatar
    Riandi

    bagus

    08/08

      0
  • avatar
    NaimAinun

    ceritanyabagus

    06/07

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters