logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Bab 5

Sebuah museum seni yang terletak di jantung kota Eldelius. Bangunan yang tampak megah walau terlihat dari kejauhan. Di dalam sebuah ruangan pameran yang sedang dibuka untuk umum, banyak sekali orang yang berdatangan ke sana. Di satu sisi Gabriel sedang melihat-lihat dengan matanya sambil memegang sebuah brosur yang satu minggu sebelumnya diberikan oleh seorang staf galeri. Beberapa orang datang untuk menyaksikan lukisan-lukisan yang dipamerkan oleh museum seni ini. Diduga lukisan tersebut berasal dari 100 tahun yang lalu. Jika dilihat dari kejauhan seperti gambar seorang wanita muda biasa dengan tatapan yang sangat cantik. Namun, begitu melihatnya dari dekat tampak ekspresi yang lain di wajah lukisan tersebut. Gabriel yang menyadari akan hal itu tidak lama kemudian dirinya mundur selangkah. Langkah kakinya seakan berat. Ketika dirinya semakin lama mundur, akhirnya bertabrakan dengan seorang pria tua di belakangnya.
DUAK.
“Oh, maaf,” ucap Gabriel dengan sopan kepada pria tua tersebut. Dan orang itu langsung pergi begitu saja.
Gabriel kemudian mengambil nafas. Rasanya melegakan baginya. Keramaian terjadi di tempat ini sehingga membuat dirinya merasa kelelahan dan memutuskan untuk mencari udara segar. Ketika hendak meninggalkan galeri seni tersebut, Gabriel kemudian melihat seseorang yang dikenalnya. Postur orang itu tidak terlalu tinggi dengan kulit putih. Karena penasaran, Gabriel pun menghampiri orang itu.
“Permisi, apa kau....”
“Maaf tuan, anda kenapa?” ucap orang itu kepada Gabriel dan merasa kebingungan dengan tingkahnya
“Ah, maaf. Saya salah orang.”
Gabriel langsung pergi meninggalkan orang itu dengan menahan rasa malu di wajahnya. Pameran ini akhirnya mencapai puncaknya. Orang-orang semakin antusias menyambut acara tersebut. Di tengah keramaian yang terjadi di dalam galeri seni tersebut, lagi-lagi Gabriel merasakan keanehan. Dirinya seakan bisa merasakan kehadiran seseorang. Kali ini dirinya mencoba untuk fokus dan ternyata benar saja. Di tengah keramaian itu muncul seseorang yang berpakaian hitam kemudian membuat orang-orang panik, kepanikan itu terjadi akibat banyak korban yang terbunuh di tempat tersebut. Suara alunan melodi yang mirip dengan melodi dalam jam sakunya membuat Gabriel terdiam untuk sesaat. Begitu dirinya terhipnotis dalam lamunan tidak disangka seseorang datang menyeretnya dari kematian.
“Hey, kau tidak apa-apa? kenapa melamun? Seharusnya kau pergi menyelamatkan diri,” ucap suara yang ada di hadapannya
Gabriel kemudian sadar dari apa yang terjadi barusan. Dengan menggelengkan kepalanya dirinya mencoba untuk mencerna situasi. Kali ini semua orang banyak yang mati di tempat. Mayat-mayat berserakan dengan percikan darah di mana-mana. Gabriel hanya terdiam saking terkejutnya akan kejadian tersebut dan kemudian dirinya mendadak sesak nafas begitu melihat sekitar.
“Aghhh,”
“Hey kau? Gawat,” ucap orang tersebut
“Apa yang terjadi? Kenapa mereka semua mati?” tanya Gabriel dengan nada rendah
“Aku tidak tahu. Ayo kau harus di bawa ke rumah sakit.”
Gabriel yang diselamatkan oleh orang asing tersebut kini sudah berada di sebuah rumah sakit. Dirinya yang sedang duduk di tempat tidur rumah sakit sambil memandangi sebuah jam saku. Tatapannya yang terlihat sayu membuat dirinya menyedihkan. Dokter datang menghampirinya dan kemudian mengajukan beberapa pertanyaan mengenai kondisinya.
“Gabriel, bagaimana sekarang? Apa masih sesak?” ucap Dokter kepada Gabriel
“Tidak ada.”
“Apa kepalamu terasa sakit?”
“Tidak juga.”
“Hmmm...... kalau begitu kau cukup beristirahat saja.”
“Iya.”
“Saya permisi.”
Dokter pun meninggalkan dirinya sendirian di ruangan rawat. Gabriel masih termenung seperti mengalami kesedihan mendalam. Di tangannya, jam saku tersebut kemudian di buka dan menunjukan waktu jam 12 siang. Bunyi melodi mengisi ruangan yang sepi. Irama yang terdengar penuh dengan emosi membuat Gabriel untuk sesaat mengalami halusinasi. tapi, dirinya mencoba untuk tetap sadar dan mulai mengingat kejadian sebelumnya di sebuah galeri seni. dirinya Kemudian menutup kembali jam saku tersebut dan dengan ajaib di dalam ingatannya dirinya melihat sosok gadis itu dan membawa sebuah bunga camelia. Gabriel yang merasa tersentak langsung menjatuhkan jam sakunya itu.
“Apa yang baru saja ku lihat?” gumam Gabriel
Dua jam sebelumnya, tepatnya di kediaman Antoni. Gabriel sedang memeriksa sesuatu di saku bajunya dan ternyata itu adalah brosur pameran seni. Tidak lama kemudian, Leo melihatnya dan membiarkannya begitu saja. Antoni yang sedang sibuk dengan pekerjaannya itu tidak mempedulikannya. Pandangannya terfokus ke depan monitor komputer. Setelah Leo selesai dengan penelitiannya mengenai naskah sejarah kuno dalam dokumen-dokumen yang dikumpulkannya, Gabriel menghampirinya dan sempat melihat untuk sesaat. Namun, dirinya langsung pergi ke luar dan berencana datang ke pameran seni. Tujuannya bukan hanya untuk mencari informasi saja, melainkan mencari suasana baru.
“Kau akan pergi ke mana?” ucap Leo
“Mencari angin. Kenapa?”
“Apa kau akan mendatangi pameran seni?”
“Ah, sial. Bagaimana kau tahu itu?”
“Dasar bodoh. Aku melihatnya. Kau memiliki brosur itu.”
“Ah, itu benar. memangnya kenapa? Lagi pula ini tidak akan mempengaruhi rencana.”
“Aku tahu. Tapi, kau tetap harus waspada.”
“Iya-iya tukang mengomel.”
Setelah berdebat kecil dengan Leo, akhirnya Gabriel pergi dari kediaman Antoni untuk menuju ke pameran seni. Sebelumnya dirinya pernah datang dan tentunya ada yang membuatnya penasaran. Untuk menuju ke lokasi dirinya hanya perlu berjalan sebentar, karena kebetulan lokasinya tidak jauh dari kediaman Antoni. Melihat orang-orang yang juga mengantri di sana membuat Gabriel harus menunggu untuk beberapa menit. Dan setelah tiba gilirannya, dirinya memasuki galeri seni.
“Selamat datang,” ucap seorang staf
Gabriel tidak mempedulikannya dan masuk ke dalam. Di sana, orang-orang sudah memenuhi ruangan dengan antusias. Gabriel yang juga tidak ingin kalah datang ke hadapan sebuah lukisan seorang wanita muda. Sebelumnya dirinya juga merasa tertarik dengan lukisan tersebut. Dan ketika dilihat lebih teliti seakan dirinya pernah melihat orang yang menjadi model lukisan tersebut. Pandangan Gabriel semakin tertuju ke sana dan benar saja. Tiba-tiba ingatan di kepalanya muncul tapi itu tidak sepenuhnya. Sampai akhirnya kejadian mengerikan itu terjadi di sana.
Gabriel yang masih berada di rumah sakit kemudian di jenguk oleh Leo. Antoni tidak dapat menemuinya karena harus pergi ke suatu tempat. Ketika Leo memasuki ruangan Gabriel, wajahnya yang terlihat cemas terpancar dengan jelas. Gabriel yang menyadari kedatangan Leo hanya mempersilahkannya masuk.
“Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja kan?” tanya Leo kepada Gabriel
“Iya. Tidak ada yang membuatku terluka.”
“Apa yang kau lihat di sana? Apa mereka?”
“Tidak. Aku tidak melihat orang yang mencurigakan. Hanya mayat-mayat dan orang yang membawaku kemari.”
“Astaga. Sudah ku bilangkan untuk tidak bertindak gegabah!”
“Kau menyalahkan semuanya padaku?”
“Tidak. Bukan seperti itu.”
“Lalu?”
“Jujur saja. Selama ini ada yang aneh dengan dirimu. Apa terjadi sesuatu?”
“Itu.... sulit dijelaskan.”
Saat ini Antoni sedang berada di sebuah tempat yang terlihat seperti pusat informasi. Di sana Antoni mencoba untuk mencari tahu mengenai keberadaan Abyss. Orang yang sekarang berada di hadapannya tidak lain adalah seorang profesor arkeologi di kota Eldelius. Orang itu berpenampilan sederhana dengan rambut yang sudah memutih. Meski terlihat seperti pria tua yang berumur 60 tahun, tidak membuatnya kesulitan dalam mengemukakan informasi yang diketahuinya. Antoni duduk di hadapannya, pria itu terus membaca dokumen yang dibawa oleh Antoni dengan pandangan yang cukup serius dan itu membuat Antoni merasa penasaran.
“Bagaimana kau menemukan ini semua?” ucap Pria tua itu sambil meletakan dokumennya di atas meja.
“Tentu saja dari berbagai forum dokumen lama. Apa itu ada hubungannya dengan semua ini?”
“Terlalu dini untuk bertanya seperti itu.”
“Apa maksudnya?”
“Sebaliknya kamu tidak mengenalnya terlalu dalam. Ini di luar perkiraanmu.”
“Apa lagi itu? aku datang kemari hanya untuk memastikan apakah dokumen ini benar atau hanya sebatas karya sastra.”
“Hmmm..... aku mengerti. Hanya saja....”
“Hanya saja apa?”
“Seperti yang ku bilang sebelumnya. Ini di luar perkiraanmu.”
“Aku tidak peduli. Satu kali lagi. apakah ini ada hubungannya dengan semua ini profesor?”
Antoni sudah meninggalkan tempat itu dan sekarang dirinya sudah berada di dalam mobil sambil memikirkan apa yang baru saja di katakan oleh pria tua itu. Antoni menghela nafas panjang sebelum kemudian dirinya mengemudikan mobilnya. Di sisi lain, Gabriel dan Leo yang sedang berada di rumah sakit mereka berdua terlihat serius. Gabriel memegang sebuah jam saku dan menceritakan semua yang dialaminya kepada Leo. Leo yang mendengar hal tersebut hanya bisa terdiam dengan wajah terkejut. Selama ini Leo tidak mengetahui apapun mengenai Gabriel. Dan sekarang sudah tahu apa yang membuatnya seperti itu. keheningan menyelimuti ruangan tersebut dan tidak lama kemudian seorang suster datang ke ruangan Gabriel.
“Permisi, saatnya untuk mengganti cairan infus,” ucap suster
“Ah, iya.”
Leo masih terdiam dan mencoba untuk mempercayai apa yang baru saja di katakan oleh Gabriel. Ketika Gabriel hendak tertidur, Leo kemudian mengatakan sesuatu padanya.
“Bagaimana kau bisa yakin soal itu?”
“Entahlah. Aku hanya mengikuti instingku.”
“Jika seperti itu, rasanya masuk akal.”
“Apa? jangan bilang kau?”
“Saat ini Antoni sedang mencari kebenaran dokumen itu. hasilnya akan seperti apa aku tidak akan terkejut. Sudah sepantasnya ku jalani.”
“Ini mengerikan.”
“Cepatlah pulih. Kita akan mendatangi orang itu.”
“Siapa?”
Leo tidak menjawab pertanyaan Gabriel dan langsung pergi dari ruangan Gabriel dirawat. Wajahnya berubah menjadi serius di tambah lagi seperti menahan rasa marah. Suster yang sebelumnya merawat Gabriel memberi salam kepada Leo dan pergi. Hari yang cukup membingungkan, semuanya di luar kendali. Orang-orang yang menjadi korban atas kejadian di galeri seni membuat seisi kota panik. Teror kembali melanda. Di tempat yang berbeda, seseorang sedang memantau kota. Di tempat yang tinggi, keberadaanya tidak dapat disadari. Senyuman di wajahnya seakan mengatakan sebuah pertanda buruk. keramaian mengisi setiap sudut kota. Jam terus berputar setiap detiknya perlahan semakin cepat tidak terasa. Antoni sudah sampai di suatu tempat. Namun, dirinya harus dihadapkan dengan sesuatu.

Book Comment (129)

  • avatar
    Nul fikriAfrihan

    ngap lu

    12d

      0
  • avatar
    Jakajaya Anugerah

    ini sangat bagus sekali

    03/07

      0
  • avatar
    LungsetMan

    menarik

    30/06

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters